Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Standar Ganteng Tergantung Zaman, Sosiolog: Produk Sosial dan Budaya Masyarakat

Baca di App
Lihat Foto
YouTube
Salah satu adegan dalam film Nostalgia di SMA
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Lini masa media sosial ramai membahas standar ketampanan dan kecantikan seseorang yang berubah seiring perkembangan zaman.

Topik tersebut bermula dari warganet X (dulu Twitter) @TukangParaf, Selasa (28/11/2023) pagi.

Tampak dalam unggahan, warganet membandingkan pendapat perempuan kelahiran 1990-2000 dengan kelahiran 1960-1970 terkait aktor senior dan anggota DPR RI Rano Karno.

Menurutnya, sebagian besar perempuan kelahiran 1990-2000 menganggap penampilan Rano Karno tidak menarik atau tidak tampan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Gw nanya ke bbrapa orang ibu2 kelahiran 60-70an, 100% jawab ganteng. Apakah ganteng itu tergantung selera zaman ya?" kata pengunggah.

Hingga Rabu (29/11/2023) siang, unggahan tersebut telah dilihat lebih dari 972.000 kali, disukai 5.100 pengguna, dan diunggah ulang oleh lebih dari 1.400 warganet.

Lantas, mungkinkah standar ketampanan dan kecantikan dipengaruhi oleh zaman?

Baca juga: Mengapa Remaja Zaman Dulu Tampak Lebih Tua dari Usia Sebenarnya? Ini Kata Ilmuwan


Standar ketampanan dan kecantikan berubah seiring zaman

Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono membenarkan, standar kecantikan dan ketampanan akan berubah seiring dengan perkembangan zaman.

"Jadi memang kecantikan dan kegantengan itu merupakan produk atau akibat dari konteks sosial dan budaya masyarakat," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (29/11/2023).

Bukan faktor kekayaan atau kecerdasan, menurut Drajat, ketampanan dan kecantikan adalah suatu reputasi yang berasal dari penampilan dan tubuh seseorang.

Perubahan standar ketampanan pun dipengaruhi oleh konstruksi budaya dan sosial masyarakat di suatu wilayah yang juga berkembang sepanjang peradaban manusia.

Tak heran, kata Drajat, banyak masyarakat dari berbagai kalangan dan budaya menerjemahkan cantik dan ganteng dengan definisi berbeda-beda.

"Misalnya, zaman dulu, cantik itu kalau wanita gendut. Demikian juga zaman dulu, laki-laki tampan malah kurus dan berpenampilan rapi, tampak bagus," ungkap Drajat.

Di masa lalu, definisi perempuan cantik juga dapat dilihat dari pakaiannya yang megah sebagai simbol kesejahteraan.

Namun, seiring waktu, seorang perempuan cantik diartikan memiliki tubuh kurus serta pinggang yang dapat dicapai hanya dengan pelukan tangan.

"Bahkan di China, perempuan cantik itu kalau kakinya kecil. Semakin kecil kakinya, maka semakin cantik," tuturnya.

Baca juga: Mengapa Wajah Terlihat Lebih Cantik di Cermin daripada di Foto?

Faktor perubahan pandangan masyarakat

Pengaruh budaya asing dan media yang kerap menyorot sosok yang dianggap mewakili definisi cantik, turut mengubah standar di tengah masyarakat.

"Kalau sekarang kita lihat, cantik itu putih," kata Drajat.

Hal serupa terjadi pada laki-laki, standar ketampanan bergeser dari berpenampilan formal dan rapi menjadi bertubuh kekar.

Itu sebabnya, tak jarang pria yang memamerkan bentuk tubuhnya untuk menambah tingkat ketampanan.

Drajat menceritakan, sosok aktor Rano Karno memang sempat menjadi standar ketampanan seorang laki-laki pada zamannya.

"Zaman saya dulu, Rano Karno itu ganteng dan ketika dia berpasangan dengan Yessy Gusman dalam film Gita Cinta dari SMA, itu wah itu menjadi idola, dulu," ujarnya.

Berbeda, masyarakat kelahiran dua atau tiga dekade lalu tak lagi dapat merasakan sensasi serupa saat menonton film yang rilis pada 1979 itu.

"Memang setiap zaman itu memiliki perspektif berbeda-beda, termasuk penilaian-penilaian yang dipengaruhi oleh struktur, misalnya kelas," ungkap Drajat.

Meski hidup di zaman yang sama, dia melanjutkan, setiap tingkatan kelas sosial dalam masyarakat juga pasti memiliki standar berbeda terkait kecantikan atau ketampanan seseorang.

"Itu sebabnya fesyen, bisa pakaian atau cara berdandan, berubah terus. Fesyen itu merupakan suatu produk yang mengalami perubahan sejalan dengan konstruksi masyarakat," tutupnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi