Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kehidupan di Area Terdingin Dunia, Minus 40 Derajat Celsius Dianggap Sore yang Hangat

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Pasar Krestyanskiy di Yakutsk, Republik Sakha. Yakutsk mencatatkan suhu terendah dalam dua dekade terakhir, yang mencapai minus 62 derajat Celcius.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Jauh di Siberia, terdapat sebuah kawasan penyandang gelar wilayah terdingin yang dihuni manusia secara permanen di dunia.

Adalah Yakutia atau Republik Sakha, sebuah subyek federal di Rusia dengan suhu musim dingin mencapai minus 40 derajat Celsius.

Normalnya, suhu jauh di bawah 0 sudah cukup untuk membuat orang-orang menderita karena menggigil dan membeku hanya dalam waktu kurang dari lima menit.

Namun, bagi penduduk Yakutia, seperti dilansir The Sun, Kamis (30/11/2023), situasi tersebut dianggap sebagai sore hari yang hangat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahkan, rekor terendah minus 64,4 derajat Celsius yang pernah melingkupi ibu kota kawasan ini, Yakutsk, tak cukup untuk mengusir penduduknya dari sana.

Yakutia mungkin merupakan salah satu tempat paling dingin di muka Bumi. Kendati demikian, ribuan orang masih memilih untuk tinggal di sana dengan mengenakan pakaian dari bulu binatang dan sepatu boot tebal.

Baca juga: Tembus Minus 98 Derajat Celsius, di Mana Letak Area Terdingin di Bumi?


Makanan dan minuman terasa langka karena dingin

Hari-hari biasa bagi penduduk asli Yakutia adalah mengumpulkan kayu di pagi hari dan menyalakan api besar di dalam rumah menggunakan kompor.

Rumah mereka pun sering kali dibangun di atas panggung beton agar tidak merusak kondisi tanah di bawahnya yang membeku karena dingin.

Jika tidak dibentuk panggung, panas dari bangunan tersebut akan mencairkan lapisan es di bawahnya dan membuat struktur rumah yang dibuat tenggelam.

Rumah-rumah penduduk juga dirancang khusus untuk tahan terhadap cuaca sekaligus menahan panas sebanyak mungkin.

Tanpa radiator atau pemanas, rumah-rumah penduduk dihangatkan menggunakan kayu dalam jumlah melimpah selama sembilan bulan yang sangat dingin saat suhu berada di bawah titik beku.

Selain memanaskan dan membuat rumah tetap hangat untuk ditinggali, mencari air minum bersih adalah pekerjaan tersulit di Yakutia.

Hampir semua fasilitas pengolahan air selalu macet karena pipa logam membeku. Akibatnya, air di sini sering kali berasal dari es, yang dipotong dan dicairkan untuk dikonsumsi.

Makanan di Yakutia, termasuk Yakutsk, sama langkanya dengan air dikarenakan penduduk tak punya pilihan mengembangbiakkan tanaman yang tepat.

Sebagian besar makanan bergizi, seperti stroberi atau produk berbahan dasar susu, perlu dipanen selama bulan-bulan di musim panas.

Dilansir dari Kompas.com, Jumat (6/1/2023), penduduk Yakutia pun tidak perlu menyimpan alat pendingin seperti kulkas di dalam rumah untuk mengawetkan bahan pangan.

Bahkan, saat musim dingin tiba, penduduk di kawasan ini akan menyimpan bahan makanan begitu saja di balkon.

Hal ini disebabkan suhu udara jauh melebihi dinginnya kulkas, sehingga mampu membekukan makanan dan air minum penduduk.

Di sisi lain, para ayah biasanya akan menggali jauh di bawah permukaan es dan menjatuhkan kail pancing untuk menarik perhatian ikan.

Ikan menjadi sumber daging utama yang hampir setiap malam menghiasi meja makan setiap rumah.

Sedangkan, saat hari sedang dingin-dinginnya, mereka terbiasa mengonsumsi sup untuk menambah kehangatan bagi tubuh.

Baca juga: Kota Terdingin di Dunia Tembus Minus 62 Derajat Celsius, Berapa Suhu Terendah yang Aman untuk Manusia?

Penuh perjuangan untuk lawan es yang cepat merambat

Kendati terbiasa hidup dengan suhu di bawah titik beku, hari-hari "istimewa" di Yakutia dianggap terlalu berbahaya bagi anak-anak untuk pergi sekolah.

Misalnya, saat suhu mencapai angka minus 55 derajat Celsius, anak-anak rawan terkena masalah karena harus berjalan kaki menuju sekolah.

Belum lagi, anak-anak dan orang dewasa perlu melakukan rutinitas kebersihan sebelum beraktivitas.

Tanpa keran, air langsung masuk ke corong yang terletak di atas bak cuci, sebagai alat dan bahan bagi penduduk untuk membersihkan diri. 

Kegiatan sehari-hari seperti menyikat gigi atau menyiram wajah setelah bangun tidur pun dapat menjadi efek kejut di pagi hari karena air es dingin yang menusuk ke kulit.

Kondisi serupa juga menimbulkan masalah saat penduduk Yakutia harus menggunakan toilet.

Selepas mandi, mereka perlu mengenakan pakaian yang tepat sebelum mulai menjelajahi timbunan salju persis di depan pintu rumah.

Beberapa lapis celana panjang adalah kostum wajib karena penduduk sering menganggap lutut sebagai area paling rawan terkena dampak dingin.

Pemandangan orang-orang yang menutupi seluruh wajah dengan syal tebal dan penutup telinga pun menjadi hal biasa di kota dan desa di Yakutia.

Sayangnya, upaya pencegahan ini masih tidak membuahkan hasil optimal. Saat mulai melangkah keluar, jenis rambut apa pun yang terlihat akan langsung berubah menjadi es.

Ujung alis dan bulu mata bahkan ditumbuhi es kecil, disertai sensasi perih yang menjalar ke wajah serta jari tangan dan kaki dengan cepat.

Baca juga: Apa Menu Keseharian Penduduk yang Tinggal di Kota Terdingin di Dunia?

Punya budaya dan warisan memesona

Yakutia terletak di lapisan tanah beku yang terdiri dari tanah, kerikil, serta pasir yang disatukan oleh es.

Republik ini populer dengan sejarah aktivitas penambangan dengan ekspor utama berlian dan batu bara.

Dilansir dari Live Science, Sabtu, (20/5/2023), Republik Sakha menyimpan kota terdingin di dunia, Yakutsk, serta desa terdingin di dunia, Oymyakon.

Pada 25 Februari 1891, Yakutsk mencatatkan suhu terdinginnya yang mencapai minus 64,4 derajat Celsius.

Suhu terdingin ini hampir terulang kembali, saat Yakutsk melaporkan minus 62,2 derajat Celsius pada 18 Januari 2023.

Tak kalah dingin, desa Oymyakon bahkan pernah mencatatkan suhu mencapai minus 71,2 derajat Celsius pada 1924.

Meski terkenal terutama karena kondisi cuacanya yang buruk, Yakutia penuh dengan budaya dan warisan yang memesona.

Kawasan ini bangga dengan empat teater utama, museum seni rupa, serta sejarah yang didedikasikan untuk cuaca dingin.

Festival musim panas tahunan, Ysyakh, rutin diadakan pada akhir pekan terakhir bulan Juni saat musim dingin hampir berakhir.

Dirancang untuk merayakan kelahiran kembali alam dan awal tahun baru di Yakutia, festival ini penuh dengan ritual dan upacara khusus, tarian rakyat, balap kuda, musik, makanan, olahraga, serta kompetisi menyenangkan lainnya.

Tempat ini juga memiliki dunia film yang memikat penonton internasional selama beberapa tahun terakhir berkat gaya penggambaran wilayah dan masyarakatnya yang unik.

Mendapat julukan "Sakhawood", industri film tersebut pun dipandang sebagai bagian penting dari masa depan Yakutia.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi