KOMPAS.com - Sebanyak 75 pendaki dilaporkan tengah mendaki Gunung Marapi sebelum letusan terjadi.
Diketahui, gunung berapi yang terletak di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat itu meletus pada Minggu (3/12/2023) pukul 14.54 WIB.
Berdasarkan catatan Kompas.com, Senin (4/12/2023), sebanyak 52 pendaki sudah dievakuasi dalam keadaan selamat.
Sementara 12 pendaki masih dalam pencarian dan 11 pendaki lainnya dilaporkan meninggal dunia.
Baca juga: Penyebab Gunung Marapi Meletus Tiba-tiba Tanpa Didahului Aktivitas Vulkanik, Ini Penjelasan PVMBG
Masuk melalui dua pintu
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari membenarkan bahwa 75 orang mendaki Gunung Marapi sebelum letusan terjadi. Mereka masuk melalui dua pintu.
Ia menjelaskan, sebanyak 54 orang mendaki Gunung Marapi melalui pintu masuk Batu Palano di Kabupaten Agam.
Sementara 21 pendaki lainnya mendaki Gunung Marapi melalui pintu masuk Koto Baru, Kabupaten Tanah Datar.
"Terkait dengan aktivitas vulkanik, PVMBG masih menetapkan Gunung Marapi pada status level II atau 'Waspada'," ujar Abdul dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Senin.
Baca juga: Warganet Sebut Gunung Marapi Tiba-tiba Meletus Minggu Sore, Ini Penjelasan PVMBG
Korban meninggal masih diidentifikasi
Lebih lanjut, Abdul menyampaikan bahwa sebelas pendaki yang meninggal dunia masih dilakukan identifikasi.
Ia menjelaskan bahwa 28 pendaki yang dievakuasi berdasarkan data BNPB Senin pukul 10.30 WIB, 19 di antaranya sudah ditemukan dan dipulangkan oleh tim gabungan.
Sembilan pendaki lainnya juga sudah dievakuasi. Mereka kemudian dibawa ke fasilitas medis untuk perawatan lebih lanjut.
Tim gabungan membawa pendaki ke dua RS yang berbeda, yakni RSUD Dr Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi dan RSUD Padang Panjang karena mengalami luka-luka.
Abdul menerangkan, sebelumnya BNPB masih menerima informasi 26 pendaki yang belum berhasil dievakuasi.
Nama pendaki telah teridentifikasi, dengan rincian sebanyak 20 di antaranya teridentifikasi melalui pendaftaran yang terlacak dari jejak digital.
Sedangkan sisanya, mereka terdaftar saat di lokasi Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Marapi.
Baca juga: Update Letusan Gunung Marapi di Sumbar: Status Waspada, Warga Dilarang Mendekati Puncak
Daftar pendaki Gunung Marapi yang sudah dievakuasi
Terpisah, Kepala Basarnas Kota Padang, Sumbar, Abdul Malik, mengonfirmasi bahwa 11 pendaki dinyatakan meninggal dunia dan 12 pendaki lainnya masih dalam pencarian.
Berdasarkan data Senin pagi, sebanyak 49 pendaki yang dievakuasi telah teridentifikasi.
Dilansir dari Antara, berikut daftar selengkapnya:
- Iqbal
- Jeni
- Toni Alifian
- Al Fajri
- Selastri Anggini
- Nur Rizki
- Muhammad Suyudi
- Shadam Romeigo
- Adipatiawarman
- Muhammad Alif
- Lingga Duta Andrefa
- Muhammad Faith Ewaldo
- Elika Maharani
- Dewi Anggraini
- Naomi Johana Simanjuntak
- Sri Wahyuni
- Banget Hasiholan Mare-Mare
- Nolianus Hogejau
- Lolita Veronica
- Nabila Habibba Rabbi
- Diyah Surya Purnama Sari
- Noor Annisa Alsyarrina Putri Lubis
- Didik Salahudin
- Happy Nurafni
- Irwan
- Syaiful Anwar
- Lili
- Ahmad Albar
- Edho Rustamsyah
- Deswita
- Kasih
- Brima Danu
- Ikhwanudin
- Firnando Situmorang
- Widya Azhamul Fadilah Zain
- Rexy Wendesta
- Irvanda Mulya
- Bima Pratama Nasra
- Tita Cahyani
- Zulfadil Alzukri
- Michael Ahmad Zofthi
- Hendra
- Rofid Alhakim
- Rahmat Agus
- Chandra Sahiloho
- Lidia Fatmasari
- Zhafirah Zahrim Febrina
- Aditya Sukirno Putra
- Muhammad Fadli.
Baca juga: Saat Ilmuwan Temukan Gunung Laut Setinggi Dua Kali Burj Khalifa...
Kenapa tidak ada larangan pendakian?
Sementara itu, Ketua Tim Kerja Gunung Api PVMBG Ahmad Basuki mengatakan, letusan Gunung Marapi pada Minggu sore tidak menimbulkan gempa vulkanik.
Ia menjelaskan, letusan adalah pelepasan tekanan secara tiba-tiba. Ketika proses peningkatan ini, gunung api umumnya menimbulkan gempa vulkanik.
"Namun, Gunung Marapi saat ini tidak terjadi hal tersebut, jadi ini merupakan karakter dari Gunung Marapi yang perlu diwaspadai," ujar Basuki kepada Kompas.com, Senin.
Ia juga menambahkan, alat yang dipasang PVMBG untuk mendeteksi aktivitas Gunung Marapi harus berada sangat dekat dengan kawah. Namun, peralatan ini sudah hancur.
"Sayangnya, saat ini alat kami yang dekat dengan kawah sudah hancur karena letusan," pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.