Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 di Jakarta Kembali Naik, Akankah Meledak seperti 2020?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Tenaga kesehatan melakukan perawatan terhadap pasien Covid-19 diruang ICU di RSUD Koja, Jakarta Utara, Selasa (29/6/2021). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja menjadi rumah sakit (RS) khusus untuk pasien virus corona (Covid-19) sesuai surat edaran Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Dinas Kesehatan DKI Jakarta melaporkan peningkatan jumlah kasus positif Covid-19 sepanjang akhir 2023.

Berdasarkan data terbarunya, sebanyak 80 warga positif Covid-19 per 3 Desember 2023. Angka ini meningkat dari 55 kasus di pertengahan November 2023.

Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ngabila Salama membenarkan kenaikan jumlah pasien Covid-19 terjadi pada November-Desember 2023.

Namun menurutnya, kenaikan ini masih terkendali karena tidak ada kenaikan jumlah pasien yang perlu dirawat di rumah sakit.

"Warga diimbau untuk kembali menerapkan protokol kesehatan serta perilaku hidup bersih dan sehat,” kata Ngabila, diberitakan Kompas.id, Jumat (8/12/2023).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat ini, pasien hanya perlu menjalani isolasi mandiri selama tiga hari dengan pantauan dari Puskesmas terdekat.

Tak hanya di DKI Jakarta, Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) juga mencatat peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia.

Pada 2 Oktober sampai 26 November 2023, tercatat ada 151 kasus konfirmasi positif Covid-19 dengan satu kasus meninggal dunia.

Berkaca dari situasi ini, akankah kasus Covid-19 kembali meledak seperti masa pandemi 2020?

Baca juga: Imbauan Kemenkes soal Kenaikan Covid-19 di Singapura dan Malaysia


Potensi ledakan kasus Covid-19

Epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, Covid-19 tidak hilang meski saat ini pandemi telah berakhir.

"Covid-19 ini menjadi endemik yang akan selalu ada menjadi masalah di sekitar kita. Sesekali akan terjadi lonjakan kasus atau outbreak," ujarnya kepada Kompas.com, Sabtu (9/12/2023).

Menurut dia, saat ini ada potensi peningkatan jumlah pasien penderita Covid-19 yang parah di Indonesia karena tingkat surveilans dan kesadaran masyarakat masih rendah.

"Namun, ini tidak akan terjadi ledakan seperti pandemi sebelumnya. Tapi dalam konteks peningkatan kasus akan ada selama deteksinya juga memadai," ujar dia.

Dicky mengungkapkan, fenomena penularan Covid-19 saat ini mengalami perubahan. Sekarang, pasien juga menderita infeksi saluran napas atau gangguan kesehatan lain.

Misalnya, pasien Covid-19 saat ini mungkin juga mengalami penyakit lain seperti pneumonia, flu, demam berdarah, diabetes, dan sebagainya.

Dicky mengungkapkan, meski kasusnya meningkat, angka keparahan dan kematian Covid-19 masih di bawah 1 persen. Namun, dia tetap mendorong pemerintah menuntaskan kasus ini.

Kegagalan penanganan dan diagnosis Covid-19 dapat membuat penyakit ini semakin parah dan menimbulkan kematian.

"Sangat diperlukan sistem rujukan yang lebih baik dan kesiapan dari obat dan alat kesehatan (dari pemerintah)," katanya.

Baca juga: Pasien Covid-19 Tak Ditanggung Pemerintah, Bagaimana yang Tak Punya BPJS Kesehatan?

Penyebab Covid-19 kembali meningkat

Menurut Dicky, lonjakan pasien Covid-19 terjadi karena jumlah populasi yang rawan terkena penyakit tersebut meningkat di masyarakat.

Adapun jenis orang yang rentan terkena Covid-19 terdiri dari anak-anak serta orang yang memiliki penyakit komorbid akibat diabetes, obesitas, atau masalah kesehatan lainnya.

Selain itu, Covid-19 juga akan mudah menyerang orang lanjut usia (lansia). Semakin tua umurnya, seorang lansia semakin rawan terkena penyakit ini.

"Ini kelompok yang menjadi rawan dalam ledakan kasus Covid-19 atau infeksi saluran pernapasan lain seperti flu dan pneumonia," lanjut dia.

Di sisi lain, Dicky menyebut peningkatan Covid-19 juga terjadi akibat beberapa negara memasuki musim dingin maupun musim hujan.

Kondisi cuaca yang dingin, kata dia, membuat orang-orang cenderung berkerumun mencari kehangatan di ruangan tertutup. Akibatnya, virus penyebab Covid-19 mudah menular ke banyak orang.

"Faktor lain yang juga berkontribusi adalah keberadaan subvarian (Covid-19) yang memiliki kemampuan lebih efektif dalam menembus benteng imunitas (manusia)," ujarnya.

Dicky mengungkapkan, sekarang sudah ada sekitar 100 subvarian Covid-19 semenjak penyakit ini muncul di 2020. Subvarian terbaru adalah JN 1 atau BA.2.86.

Dia menegaskan, kondisi ini tidak boleh dianggap remeh terutama menjelang libur Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 saat mobilitas warga meningkat. 

Baca juga: Muncul Varian Baru Covid-19 HV.1 dan JN.1 di Sejumlah Negara, Kenali Gejalanya

Cara mencegah peningkatan kasus Covid-19

Meski Covid-19 bisa meningkat terutama pada kelompok yang rawan penyakit tersebut, Dicky tidak memungkiri ada cara untuk mencegahnya.

"Semua itu masih bisa dicegah dengan mitigasi 5 M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas)," ujar dia.

Dicky juga mengimbau masyarakat untuk menjalani vaksin booster serta anak-anak diberi vaksin primer. 

Kondisi ini juga perlu didukung dengan peningkatan aliran udara melalui ventilasi yang baik.

Dia berpesan, masyarakat sangat perlu berhati-hati selama libur akhir tahun 2023. Sebaiknya, lakukan vaksinasi sebelum berlibur.

"Saat berada di keramaian, ya pakai masker. Jangan lupa makan bergizi seimbang dan istirahat," imbuhnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi