Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bergabung sejak: 31 Agu 2022

Pengajar Sosiologi Perkotaan UIN Jakarta

Generasi Netizen

Baca di App
Lihat Foto
Thinkstockphotos
Ilustrasi
Editor: Sandro Gatra

HARUS diakui bahwa kehadiran internet telah mengubah banyak hal dalam kehidupan manusia saat ini. Salah satu yang sekarang cukup dikenal adanya lahirnya entitas baru yang bernama “Netizen”.

Netizen berasal dari kata “internet” dan “citizen” yang kemudian digabung agar enak di telinga.

Dua kata yang merupakan representasi dari dua hal yang berbeda itu kemudian menghasilkan frasa baru yang saat ini begitu dikenal publik. Atau dengan bahasa yang lebih populer netizen adalah “warga yang hidup di ruang internet”.

Memang tidak semua bisa disebut netizen. Sebab ketika istilah ini muncul pertama kali pada tahun 1992, Netizen digambarkan sebagai komunitas yang menggunakan ruang maya atau internet untuk melakukan kegiatan seperti memobilisasi massa, membangun opini, melakukan komunikasi publik, membangun branding seseorang maupun suatu lembaga, mendifusi ilmu pengetahuan dan sebagainya.

Intinya meskipun semua orang terhubung dengan internet, tidak semua orang bisa dimasukkan dalam kategori sebagai netizen.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun kemudian harus disadari di luar fakta ontologis di atas, Generasi Netizen keberadaannya tidak terbantahkan. Bahkan beberapa kalangan sudah mulai membuat kategori-kategori generasi netizen.

Microsoft beberapa tahun lalu, bahkan sampai melakukan riset untuk mengobservasi perilaku netizen ketika mereka berinteraksi di dunia maya.

Hasilnya cukup mencengangkan bagi netizen Indonesia. Mereka dianggap sebagai salah satu netizen yang paling tidak ramah di dunia maya.

Sebagai entitas virtual, memang generasi netizen bisa dibilang ambigu. Kehadirannya di dunia maya tidak jarang mampu melakukan tekanan untuk melakukan sesuatu terhadap beberapa hal yang mereka soroti, menyebabkan eksistensi mereka tidak bisa dipandang sebelah mata.

Misalnya, ada arogansi seseorang atau sekelompok orang, atau ketidakadilan yang dilakukan oleh pihak tertentu kepada pihak lainnya, terkadang bisa ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum setelah netizen berteriak atau berdengung dan memviralkan fenomena itu. Sehingga muncul akronim “No Viral No Justice”.

Sementara itu, aturan kita tentang perilaku netizen di ruang maya memang bisa dikatakan absurd. Adanya UU ITE lebih banyak kemudian menjerat hal-hal yang sifatnya politik.

Misalnya, ketika ada seseorang yang melakukan tindakan-tindakan yang dianggap bertentangan dengan moralitas publik terutama ketika menyinggung kekuasaan, baru UU tersebut ditegakkan.

Namun hal-hal sejatinya mengatur persoalan etika publik lain cenderung dilakukan pembiaran–kecuali viral.

Kembali kepada persoalan generasi netizen, kehadiran entitas ini memang sejatinya perlu direspons secara kritis oleh siapa pun: akademisi/saintis, agama, tokoh budaya, pebisnis dan tentu saja negara.

Negara harus membuat posisi yang cukup jelas dan tegas terhadap eksistensi entitas ini.

Eksistensi entitas ini tidak boleh diserahkan kepada hukum pasar semata. Hukum pasar biasanya berkubang pada satu proposisi bahwa yang kuat membuat narasi adalah yang menang.

Sehingga ruang demokratis tidak akan bertumbuh secara natural dan menemukan jalan pencerahannya sendiri.

Lagi-lagi, jika diserahkan kepada hukum pasar, maka mereka yang memiliki kapital paling besar yang akan menguasainya.

Pentingnya entitas ini dipikirkan karena berkaitan dengan banyak hal. Satu di antaranya adalah pengisi generasi netizen merupakan mereka yang umurnya bisa jadi masih tergolong remaja dan muda.

Tidak jarang mereka merespons sesuatu karena ikut-ikutan atau istilah sekarang itu Fomo saja.

Selanjutnya jika kita identifikasi dan petakan secara lebih sosiologis, generasi netizen bisa dikategorikan sebagai berikut:

Pertama adalah mereka yang bisa disebut sebagai generasi netizen aktif. Mereka adalah yang mengoptimalisasi internet dan gawai yang ada dalam genggamannya untuk aktivitas produktif seperti membuat konten, pembangunan narasi, memasarkan produk dan hal-hal lain yang bermanfaat bagi masyarakat banyak maupun bisa menimba keuntungan baginya.

Kedua adalah generasi netizen pasif. Berkebalikan dengan generasi netizen aktif, kelompok ini adalah mereka yang meskipun terhubung kepada internet, namun kuota yang mereka kuasai justru hanya dihabiskan untuk menjadi user dan menikmati hiburan semata.

Mereka lebih banyak hanya menjadi konsumen. Bahkan bisa dikatakan konsumen pun sebagai konsumen pasif saja.

Sementara yang ketiga adalah generasi netizen pragmatis. Disebut generasi netizen pragmatis karena mereka sudah memanfaatkan internet dan gawai yang digenggamnya, tetapi hanya untuk mendapatkan keuntungan semata.

Jika pun mereka memproduksi sesuatu lebih banyak karena ingin mendapatkan atau meningkatkan keuntungan yang didapatkannya dari internet tersebut.

Tentu saja generasi netizen tetap memiliki potensi untuk dijadikan sebagai bagian dari penerus peradaban kemanusiaan.

Misalnya, negara memainkan peran untuk mengoptimalisasikan generasi netizen sebagai bagian dari diffuser atau influencer program-program baik dari negara sehingga bisa membangun partisipasi publik jauh lebih luas.

Kehadiran netizen aktif sebenarnya akan membantu negara dalam mengawasi program-program di masyarakat.

Sehingga program-program tersebut tidak kemudian dijadikan arena bancakan dan cawe-cawe para pemangku kepentingan maupun pembuat kebijakan.

Bahkan bisa jadi dengan kehadiran netizen aktif, maka uang negara bisa diselamatkan terutama pada optimalisasi anggaran di lapangan.

Namun untuk menuju ke arah sana, dibutuhkan perangkat yang tentu saja harus didesain sedemikian rupa. Terutama dibuatnya ekosistem yang memungkinkan generasi netizen ini tumbuh dalam ruang demokratis, aktif, partisipatif, kritis dan produktif.

Sebab jika tidak, maka mereka akan mendesain sendiri sistemnya yang tidak jarang bisa berpotensi kepada mendestruksi agenda utama negara, yakni: memberikan pencerahan kepada publik dan memastikan keberlanjutan peradaban.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi