Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Sebut PDI-P Jadi Salah Satu Penyebab Anjloknya Suara Ganjar

Baca di App
Lihat Foto
Tangkapan Layar YouTube KompasTV
Pasangan capres-cawapres nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD saat menghadiri Rapat Koordinasi Nasional Sentra Penegakkan Hukum Terpadu (Gakkumdu) yang diadakan oleh Bawaslu RI, Senin (27/11/2023).
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Elektabilitas Ganjar Pranowo-Mahfud MD masih berada di bawah pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka berdasarkan survei Litbang Kompas Desember 2023.

Bahkan, elektabilitas calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang diusung PDI-P, PPP, Hanura, dan Perindo tersebut juga terpaut tipis di bawah pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.

Dilansir dari Harian Kompas, Senin (11/12/2023), hasil survei Litbang Kompas menunjukkan Prabowo-Gibran sebagai pasangan dengan elektabilitas tertinggi dengan perolehan 39,3 persen.

Sementara Anies-Muhaimin berada di posisi kedua dengan perolehan sebesar 16,7 persen dan Ganjar-Mahfud memperoleh 15,3 persen.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Litbang Kompas Desember 2023 dilakukan secara tatap muka pada 29 November-4 Desember 2023.

Sebanyak 1.364 responden yang dipilih secara acak terlibat dalam survei tersebut dengan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38 provinsi.

Hasil survei tersebut mempunyai tingkat kepercayaan sebesar 95 persen dan margin of error penelitian kurang lebih 2,65 persen.

Baca juga: Survei Litbang Kompas: Alasan Naiknya Elektabilitas Prabowo dan Turunnya Suara Ganjar

Faktor anjloknya elektabilitas Ganjar

Elektabilitas Ganjar pada Desember 2023 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan survei Litbang Kompas pada Agustus 2023.

Pada saat itu, elektabilitas mantan Gubernur Jawa Tengah tersebut mencapai 24,9 persen, sementara Prabowo memperoleh 24,6 persen dan Anies memperoleh 12,7 persen.

Pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat mengatakan, turunnya elektabilitas Ganjar dipengaruhi oleh sejumlah faktor, di antaranya "Jokowi effect" dan sikap PDI-P ketika Gibran ditunjuk sebagai cawapres Prabowo.

"Ini luar biasa penurunannya (elektabilitas Ganjar)," ujar Cecep kepada Kompas.com, Senin (11/12/2023).

Baca juga: Visi Misi Lengkap Anies-Cak Imin, Prabowo-Gibran, dan Ganjar-Mahfud di Pilpres 2024

1. "Jokowi effect"

Cecep menilai, salah satu faktor yang menyebabkan elektabilitas Ganjar anjlok adalah pandangan pemilih terhadap keberpihakan Jokowi pada salah satu capres, dalam hal ini Prabowo.

Ia mengatakan, sejak awal 2023, pemilih mencari sosok yang dinilai cocok untuk melanjutkan pemerintahan Jokowi pada 2024-2029.

Pemilih yang menginginkan perubahan mengalihkan suaranya ke Anies, sedangkan yang ingin kinerja Jokowi dilanjutkan memilih Ganjar dan Prabowo.

Namun, pada saat itu pemilih belum mengetahui siapa sosok cawapres yang akan mendampingi Ganjar dan Prabowo.

Keduanya juga saling klaim bahwa mereka mendapat dukungan dari Jokowi.

Namun, hal tersebut berubah ketika Prabowo mengumumkan Gibran sebagai cawapresnya pada Minggu (22/10/2023).

Diusungnya Gibran sebagai pendamping Prabowo pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, menurut Cecep, memunculkan kesan bahwa Jokowi lebih mendukung Prabowo.

"Jadi, di sini survei yang Desember ketimbang survei Agustus sudah jelas posisinya (Jokowi). Jokowi berada di belakang Prabowo. Jadi, Prabowo dapat suara masyarakat yang puas dengan kinerja Jokowi," ungkap Cecep.

"Sehingga kemudian mereka yang ingin keberlanjutan dari Jokowi lebih menitipkan keberlanjutan tersebut kepada Prabowo ketimbang Ganjar," tambahnya.

Baca juga: Mengenal Three Finger Salute, Salam Tiga Jari ala The Hunger Games yang Digunakan Ganjar

2. Sikap ofensif PDI-P

Di sisi lain, Cecep juga menilai bahwa turunnya elektabilitas Ganjar disebabkan oleh sikap PDI-P yang ofensif.

Sikap tersebut tercermin ketika sidang gugatan batas usia capres-cawapres di Mahkamah Konstitusi (MK) dan saat Gibran ditunjuk sebagai cawapres Prabowo.

Cecep menyampaikan, pada saat itu sikap elite PDI-P terkesan ofensif terhadap Jokowi dan keluarganya.

"Posisinya ofensif dan ini semakin saya kira berdampak pada menurunnya dukungan (dalam) survei terhadap Ganjar," ucap Cecep.

Ia menambahkan, sikap ofensif yang ditunjukkan PDI-P tersebut tidak membuat masyarakat menaruh simpati.

Meski begitu, Cecep menilai bahwa PDI-P sudah dan seharusnya mengubah strategi kampanye karena tren yang negatif terhadap elektabilitas Ganjar.

"Jadi, ini yang kemudian membuat suara Ganjar turun hampir belasan persen dalam empat bulan. Ini tren yang sangat signifikan sebenarnya," jelas Cecep.

Baca juga: Alasan Khofifah Diperebutkan Kubu Ganjar dan Prabowo untuk Jadi Timses

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi