KOMPAS.com - Burung perkici super langka dengan habitat asli di Indonesia, berhasil menetas di Kebun Binatang Chester, Inggris.
Menetasnya burung perkici Mitchell (Trichoglossus forsteni mitchellii) memberikan harapan baru dalam dunia pemeliharaan dan perlindungan satwa.
Kebun Binatang Chester mengatakan, dua anak burung perkici Mitchell ini berhasil menetas pada September lalu.
Dilansir dari IFL Science, Kamis (14/12/2023), anak burung pertama menetas pada 9 September, disusul saudaranya hanya selang dua hari.
Baca juga: Alasan Mengapa Gagak adalah Burung Paling Cerdas di Dunia
Burung perkici Mitchell hanya ada tujuh ekor di Bali
Burung perkici Mitchell adalah subspesies dari perkici dada merah (Trichoglossus forsteni) yang masuk dalam daftar hewan paling terancam punah di alam liar.
Beberapa subspesies burung ini tercatat hidup liar di Indonesia, tepatnya di Bali dan Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Namun, hasil pencarian para pegiat konservasi hanya menemukan tujuh ekor yang masih hidup liar di Bali pada 2020.
Maraknya perdagangan satwa liar ilegal di habitat asli menyebabkan populasi subspesies burung perkici berkurang drastis.
Belum lagi, warna bulu cerah dan beragam menjadi daya pikat tersendiri yang semakin mendorong pasar penjualan burung ini.
Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) pun telah melabeli perkici dada merah sebagai "endangered" atau "terancam punah".
Sebab, laporan sebelumnya menunjukkan bahwa populasi burung ini hanya sekitar 50 ekor di alam liar.
Baca juga: Kelahiran Bayi Delilah Tambah Populasi Badak Sumatera, Spesies yang Hanya Ada di Indonesia
Berada dalam pemantauan ketat
Manajer Tim Burung Beo Zoe Sweetman mengungkapkan, Kebun Binatang Chester bergabung dengan pengembangbiakan konservasi untuk melindungi masa depan perkici sejak 2018.
Langkah tersebut diambil setelah melihat laju perdagangan satwa liar ilegal yang merajalela, sehingga membuat spesies ini terancam.
Dia melanjutkan, dua ekor perkici Mitchell yang baru menetas menambah populasi di Kebun Binatang Chester.
"Sayangnya, jumlah itu lebih banyak dibandingkan yang tercatat di alam liar dalam beberapa tahun terakhir," kata Sweetman, dikutip dari laman BBC, Kamis.
Sweetman mengatakan, pihaknya telah memantau anak-anak burung berharga ini dengan sangat cermat dan ketat.
Kebun binatang juga senantiasa memeriksa berat badan keduanya, serta memberi mereka kesempatan untuk keluar dari sarang hingga mencapai usia dewasa.
Menurut Sweetman, jenis kelamin pendatang baru ini baru akan ditentukan melalui uji sampel DNA dari bulu di kemudian hari.
Baca juga: Sempat Dikira Punah, Hewan Purba Ini Kembali Ditemukan di Papua
Bekerja sama dengan pusat penangkaran lokal
Sementara itu, Kepala Burung Kebun Binatang Chester Andrew Owen mengaku telah bekerja sama dengan pusat penangkaran Cikananga Conservation Breeding Centre (CCBC) di Jawa Barat.
Kerja sama selama lebih dari satu dekade tersebut dikarenakan sebagian besar burung di Indonesia masuk dalam daftar punah.
"Banyak burung di Indonesia kini telah menghilang dari habitatnya di hutan," kata Owen.
Dia mengatakan, dalam kasus perkici Mitchell, kebun binatang konservasi berperan menyediakan tempat berlindung yang aman bagi burung-burung.
Tempat aman yang dimaksud, disertai program pembiakan khusus untuk menjamin masa depan dan membantu mengembalikan spesies dari kepunahan.
"Bagian dari pekerjaan ini juga mencakup kerja sama dengan masyarakat lokal untuk mencoba dan mengubah budaya 'menjebak burung' menjadi membantu melindungi mereka, yang mana merupakan tugas besar," tandasnya.
Baca juga: Bukan Hanya Penguin, Ini 7 Burung yang Punya Sayap tapi Tidak Bisa Terbang
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.