Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gen Manusia Purba Neanderthal Menjelaskan Mengapa Sebagian Orang Mudah Bangun Pagi

Baca di App
Lihat Foto
iStockphoto/oatawa
Ilustrasi bangun pagi
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Para peneliti menemukan gen dari nenek moyang manusia yang meningkatkan kecenderungan untuk bangun pagi.

Gen yang membuat seseorang bangun pagi berguna untuk wilayah dengan hari-hari musim dingin yang pendek.

Dikutip dari TheGuardian, hal tersebut sesuai yang dialami oleh manusia purba Neanderthal.

DNA dari manusia purba beralis tebal ini mungkin berkontribusi pada kecenderungan menjadi orang berkepribadian "larks".

Kepribadian ini mirip dengan morning person, yaitu seseorang yang lebih nyaman untuk bangun pagi dan tidur lebih awal daripada yang lain.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Ilmuwan Menduga Spesies Manusia Purba Mungkin Masih Ada di Pulau Flores

Hasil dari perkawinan silang kuno

Meski sebagian gen yang diperoleh manusia modern atau Homo sapiens melalui perkawinan silang kuno dengan Neanderthal sudah tersingkirkan oleh evolusi, namun sebagian kecilnya masih tersisa.

Kemungkinan besar gen tersebut membantu Homo sapiens beradaptasi dengan lingkungan baru ketika mereka berpindah tempat dari Afrika ke Eurasia.

Gelombang Homo sapiens diperkirakan bermigrasi dari Afrika ke Eurasia sekitar 70.000 tahun yang lalu.

Setibanya di Eurasia, mereka bertemu dengan Neanderthal yang telah beradaptasi dengan kehidupan di iklim lebih dingin karena telah mendiami wilayah tersebut ratusan ribu tahun sebelumnya.

"Dengan menganalisis potongan-potongan DNA Neanderthal yang tersisa dalam genom manusia modern, kami menemukan tren yang mencolok," ujar ahli epidemiologi University of California di San Francisco, John Capra.

Baca juga: Apa Makanan Homo Sapiens Sekitar 170.000 Tahun Lalu?

Ia menilai, banyak dari mereka memengaruhi gen yang mengatur jam tubuh atau ritme sirkadian pada manusia modern.

Pada banyak kasus, ritme sirkadian tersebut meningkatkan kecenderungan untuk menjadi orang yang suka bangun pagi.

Berkat perkawinan silang antara kelompok manusia purba itu, manusia yang hidup saat ini membawa hingga empat persen DNA Neanderthal, termasuk gen-gen yang berkaitan dengan pigmentasi kulit, rambut, lemak, dan kekebalan tubuh.

Capra dan rekan-rekannya menganalisis DNA dari manusia modern dan Neanderthal. Mereka menemukan adanya varian genetik berbeda yang terlibat dalam ritme sirkadian kedua kelompok manusia purba tersebut.

Sehingga menurut mereka, karena nenek moyang manusia kawin dengan Neanderthal, maka ada kemungkinan beberapa manusia yang hidup saat ini membawa varian gen Neanderthal.

Baca juga: Manusia Purba Meninggal karena Sembelit, Makan Banyak Belalang di Akhir Hidupnya

Bukan penyebab utama

Namun menjadi orang yang suka bangun pagi tidak selalu memerlukan gen Neanderthal tersebut.

Ratusan gen berbeda bisa memengaruhi kapan orang tidur dan bangun, serta ada banyak pengaruh lingkungan dan budaya juga.

Secara keseluruhan, gen Neanderthal hanya berdampak kecil pada manusia saat ini yang suka bangun pagi.

Capra menduga bahwa banyak manusia modern yang membawa gen Neanderthal karena gen tersebut membantu nenek moyang mereka beradaptasi dengan kehidupan di garis lintang yang lebih tinggi.

“Kami tidak berpikir bahwa menjadi orang yang suka bangun pagi adalah sesuatu yang menguntungkan. Sebaliknya, kami pikir itu adalah sinyal memiliki jam berjalan lebih cepat yang lebih mampu beradaptasi dengan variasi musiman dalam tingkat cahaya," ujar dia.

"Pada garis lintang yang lebih tinggi, akan lebih bermanfaat untuk memiliki jam yang lebih fleksibel dan lebih mampu menyesuaikan diri dengan tingkat cahaya musiman yang bervariasi,” tambahnya.

Baca juga: Jalan Terjal Pengembaraan Homo Sapiens

Dipengaruhi musim

Profesor dari University College London yang tidak terlibat dalam penelitian ini, Mark Maslin mengatakan, sekarang manusia memiliki bukti genetik dari nenek moyang bahwa sebagian orang adalah morning person.

"Ketika manusia berevolusi di Afrika tropis, panjang hari rata-rata 12 jam. Sekarang, para pemburu dan pengumpul makanan hanya menghabiskan 30 persen dari waktu terjaga mereka untuk mengumpulkan makanan, jadi 12 jam adalah waktu yang sangat lama,” ucap Maslin.

“Namun, semakin jauh ke utara, hari semakin pendek di musim dingin ketika makanan sangat langka, jadi masuk akal bagi Neanderthal untuk mulai mengumpulkan makanan segera setelah ada cahaya,” lanjutnya.

Baca juga: Arkeolog Temukan Fosil Manusia Purba Tertua Terkubur di Gua Maroko

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi