KOMPAS.com - Mantan Menteri Pertambangan dan Energi Kuntoro Mangkusubroto meninggal dunia pada Minggu (17/12/2023) dini hari.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Betul. Innalillahi wainna ilaihi roji'uun. Kami turut berduka cita. Semoga almarhum bapak menteri Kuntoro Mangkusubroto husnul khotimah," ujar Kepala Biro KLIK Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi, diberitakan Kompas.com, Minggu.
Kuntoro Mangkusubroto meninggal dunia di usia 76 tahun pada Minggu (17/12/2023) pukul 01.30 WIB dini hari tadi di RSCM Kencana, Jakarta.
Kuntoro Mangkusubroto merupakan Menteri Pertambangan dan Energi yang menjabat di era Presiden Soeharto.
Jenazahnya akan disemayamkan di rumah duka Jalan Kesemek S-2 Komplek Kalibata Indah, Rawajati, Jakarta Selatan.
Berikut profil dan sepak terjang untuk mengenang Kuntoro Mangkusubroto.
Baca juga: Meninggal Dunia, Berikut Profil dan Perjalanan Karier Mantan Kepala BNPB Doni Monardo
Profil Kuntoro Mangkusubroto
Kuntoro Mangkusubroto lahir pada 14 Maret 1947 di Purwokerto, Jawa Tengah.
Dikutip dari situs Kepustakaan Presiden di Perpusnas, Kuntoro lahir dari ayah seorang pengacara dan ibu yang menjadi dosen bahasa Inggris di Universitas Sudirman, Purwokerto.
Menghabiskan masa kecil di kota kelahirannya, dia lalu melanjutkan studi sarjana di jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (ITB) hingga lulus pada 1972.
Setelah lulus kuliah, Kuntoro sempat diangkat menjadi dosen di almamaternya.
Tak lama, dia meneruskan pendidikan di bidang industrial engineering Stanford University pada 1976.
Setahun kemudian, dia lanjut mendalami bidang civil engineering di universitas yang sama.
Kuntoro meraih gelar doktor Ilmu Teknik bidang Ilmu Keputusan di ITB pada 1982.
Baca juga: Profil Kiki Fatmala, Artis yang Meninggal Dunia akibat Komplikasi Kanker
Sepak terjang Kuntoro Mangkusubroto
Satu tahun berselang, dia rangkap jabatan menjadi Pembantu Asisten Administrasi untuk Menteri Sekretaris Negara Safaruddin Husada.
Pada 1988, Kuntoro berhenti bertugas di kementerian karena diangkat menjadi Direktur Utama PT Tambang Batubara Bukit Asam di Tanjung Enim, Palembang.
Jabatan tersebut hanya diemban setahun karena dia pindah menjadi Direktur Utama PT Tambang Timah sejak Desember 1989 sampai 1994.
Namun, dia kembali ke kementerian ketika dipercaya menjabat sebagai Dirjen Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi pada 1993.
Di tahun 1998, Presiden Soeharto mengangkatnya menjadi Menteri Pertambangan dan Energi. Dia bertugas di Kabinet Pembangunan VII dan Kabinet Reformasi Pembangunan hingga 1999.
Setelah selesai bertugas di kementerian, Kuntoro menjadi Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN) pada 2000.
Kuntoro kemudian mengabdikan diri sebagai Ketua ITB School of Business pada 2001.
Tiga tahun kemudian, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengangkatnya menjadi Kepala Badan Pelaksana di Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi untuk Provinsi Aceh dan Kepulauan Nias, Provinsi Sumatera Utara.
Presiden SBY kembali menugaskan Kuntoro sebagai Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan di Kabinet Indonesia Bersatu II.
Kuntoro terakhir bekerja sebagai anggota Majelis Wali Amanat (MWA) di ITB.
Baca juga: Mengenang Yayu Unru, Aktor Legendaris Indonesia yang Meninggal akibat Serangan Jantung
Prestasi Kuntoro Mangkusubroto
Dikutip dari situs MWA ITB, Kuntoro berhasil menuliskan sejumlah karya dan mendapat banyak penghargaan selama hidupnya.
Dia membuat riset di International Institute for Applied Systems Analysis (IIASA) yang isinya mengenai cara menghubungkan koordinasi antara akademisi, pebisnis, dan pemerintahan.
Dia juga sukses melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Nias akibat tsunami yang terjadi pada Desember 2024.
Dilansir dari situs Asia Society, Kuntoro masuk nominasi Asia Game Changer Awards karena perannya mengembalikan Aceh dan Nias pasca-tsunami yang merengut 230.000 nyawa di seluruh Asia.
Kuntoro memimpin rekonstruksi di Banda Aceh yang menelan anggaran mencapai 8 miliar dollar AS.
Untuk mencegah pandangan negatif publik, dia menerobos birokrasi dan korupsi serta memastikan proyek rekonstruksi segera dimulai.
Salah satu caranya adalah menjalin kemitraan dengan UNICEF untuk membangun 200 sekolah-sekolah tahan gempa dan ramah anak yang selesai dibangun pada Februari 2009 atau kurang dari lima tahun setelah tsunami.
Tindakan cepatnya menetapkan standar baru dalam manajemen pascabencana yang terjadi di suatu wilayah.
Tak hanya mendorong pembangunan cepat terlaksana, dia juga bertindak dengan mengurangi potensi kerusakan suatu wilayah akibat bencana di masa depan.
Pada 2013, Kuntoro digandeng Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membantu memulihkan Filipna yang hancur akibat Topan Haiyan.
Kuntoro Mangkusubroto dapat disebut sebagai ikon nyata di bidang tanggap bencana dan pertolongan saat ini.
Berikut sederet prestasi yang berhasil didapatkannya semasa hidup.
- Association of South East Asian Nations (ASEAN) Engineering Excellence Award (1996)
- Honorary Lee Kuan Yew, Exchange Fellow (2006)
- Ganesha Prajamanggala Bakti Adiutama ITB, atas jasa dan pengabdian luar biasa sebagai menteri dalam kabinet Indonesia (2009)
- Royal Norwegian Order of Merit–Commander with Star (2012)
- Honoris Causa dari Northeastern University (2012).