Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Letusan Gunung Slamet Disebut Bisa Belah Pulau Jawa, Ini Kata PVMBG

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA
Gunung Slamet di Jawa Tengah mengalami peningkatan aktivitas sejak Kamis (19/10/2023) dan statusnya naik, dari Level I atau Normal menjadi Level II atau Waspada.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Gunung Slamet merupakan gunung dengan tinggi 3.428 meter di atas permukaan laut (mdpl). Gunung ini terletak di 5 kabupaten di Jawa Tengah, yaitu Pemalang, Banyumas, Brebes, Tegal, dan Purbalingga.

Sejumlah warganet di media sosial menyebutkan, letusan Gunung Slamet diyakini dapat membelah Pulau Jawa.

"Gunung slamet yang rumornya kalau meletus bisa membelah pulau jawa bener gak ya?" tanya pengguna akun X (dulu Twitter) @sitimayacantik, Sabtu (16/12/2023).

"Katanya bukan letusannya yg bikin belah pulau jawa, tapi retakan alias gempa yg dtimbulkan yg bisa membelah pulau jawa," balas akun @Monkey_Is_Butt.

Namun, rumor tersebut dibantah oleh warganet lainnya. Ada yang menyebut keyakinan itu hanya bermakna kiasan sementara ada yang berusaha menjelaskan secara ilmiah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Membelah pulau jawa secara istilah (biasane mergo politik)," kata akun @theluckiestboy.

"Inilah pentingnya belajar geografi jadi bisa membedakan vulkanik dan tektonik," ujar akun @Ravedon77.

Berdasarkan data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gunung Slamet berada di status Level II atau Waspada hingga Senin (18/12/2023).

Lalu, benarkah jika Gunung Slamet meletus bisa membelah Pulau Jawa?

Baca juga: UPDATE Status Gunung Slamet, Naik Jadi Waspada, Masyarakat Diminta Tidak Panik


Penjelasan PVMBG

Koordinator Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api PVMBG, Ahmad Basuki membantah anggapan jika letusan Gunung Slamet bisa mematahkan Pulau Jawa.

"Sejarah erupsi Gunung slamet yang tercatat sejak tahun 1772 menunjukkan erupsi Slamet maksimalnya volcanic eruption index (VEI) 2," jelasnya kepada Kompas.com, Selasa (19/12/2023).

Volcanic Explosivity Index merupakan ukuran relatif dari gunung api yang digunakan untuk mengetahui volume material yang dikeluarkan saat erupsi.

Skala ini dapat menghitung kekuatan daya erupsi, volume material vulkanik yang dierupsikan, serta menganalisis frekuensi erupsi gunung api.

Menurut Ahmad, Gunung Slamet memiliki VEI maksimal 2 dengan ketinggian kolom erupsinya berkisar antara 1-5 kilometer.

"Jadi kalau berdasarkan sejarah erupsi tersebut tergolong tidak terlalu besar dan sepertinya tidak akan meratakan apalagi membelah Pulau Jawa," tegasnya.

Berdasarkan data PVMBG, Gunung Slamet tercatat mengalami erupsi sebanyak kurang lebih 24 kali sejak 1772 hingga 2014.

Gunung Slamet tercatat meletus pada 1772, 1825, 1835, sekitar 1847, 1849, 1860, 1875, 1885, sekitar 1890, 1934, 1939, 1940, 1953, 1955, 1957, 1958, 1960, 1961, 1966, 1969, 1973, 1988, April 2009, serta Maret-September 2014.

Terakhir, Gunung Slamet mengalami peningkatan aktivitas sejak 2018.

Baca juga: Daftar Gunung Berstatus Siaga dan Waspada per Desember 2023, Termasuk Marapi dan Merapi

Kondisi erupsi Gunung Slamet

Lebih lanjut, Ahmad menjelaskan erupsi Gunung Slamet didominasi oleh letusan abu dan semburan lava pijar.

Belum ada catatan terjadi aliran piroklastik atau awan panas guguran di gunung tersebut.

Gunung ini, katanya, juga memiliki manifestasi panas bumi atau hidrothermal. Artinya, terdapat sumber panas bumi di dekat gunung berapi ini.

"Biasanya tidak memiliki potensi untuk terjadi letusan besar," tegas Ahmad.

Gunung Slamet rata-rata memiliki jenis letusan eksplosif yang sama dengan gunung api lain di Indonesia.

Namun, ini berbeda dengan Semeru dan merapi yang umumnya dilanda awan panas saat terjadi erupsi.

"Jika Gunung Slamet erupsi dengan VEI 2, saya kira area terdampak masih sekitar radius 5 km dari kawah," imbuh dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi