Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adakah Potensi Lonjakan Covid-19 di Libur Nataru? Ini Prediksi Epidemiolog

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Andrii Vodolazhskyi
Varian baru Covid-19, HV.1 dan JN.1 mulai terdeteksi di beberapa negara di dunia.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, memprediksi ada potensi kenaikan kasus Covid-19 setelah libur Natal dan tahun baru (Nataru) 2024.

Prediksi Dicky, puncak kenaikan kasus Covid-19 terjadi di minggu pertama Januari 2024 dengan kasus yang lebih banyak.

Namun, meski mengalami lonjakan, kasus Covid-19 setelah libur Nataru masih terbilang gelombang kecil.

"Prediksinya adalah kita akan mengalami puncak di minggu pertama Januari dengan kasus yang lebih banyak, tapi ini adalah gelombang kecil," kata Dicky Budiman saat dihubungi Kompas.com, Jumat (22/12/2023).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Dalam lonjakan nantinya, kasus-kasus yang muncul cenderung dialami oleh kelompok berisiko tinggi, seperti lansia, orang dengan komorbid, atau orang yang telah terinfeksi Covid-19 berulang kali.

Kelompok-kelompok ini lebih rentan mengalami gangguan kesehatan yang memerlukan perawatan intensif.

Hal ini juga akan dihadapi oleh kota-kota besar, seperti Jakarta, yang memiliki populasi yang besar dan cenderung lebih sadar akan kesehatannya.

Masyarakat di kota-kota besar cenderung memiliki kesadaran dan kemauan untuk datang ke layanan kesehatan jika mereka mengalami gejala Covid-19.

Baca juga: Kasus Covid-19 Naik, Apakah Masker Akan Diwajibkan Saat Mudik Nataru?

Antisipasi lonjakan Covid-19 setelah Nataru

Mengenai antisipasi lonjakan Covid-19 setelah Nataru, Dicky mengimbau bahwa fasilitas kesehatan harus siap menghadapi lonjakan kasus meskipun tidak akan setinggi awal pandemi.

"Fasilitas kesehatan harus siap," ucapnya.

Hal ini lantaran lonjakan kasus akan diikuti dengan peningkatan keluhan atau kunjungan ke layanan kesehatan, sehingga dapat menjadi beban tambahan bagi layanan kesehatan jika tidak siap.

Oleh karena itu, pemerintah perlu meningkatkan kesiapan layanan kesehatan, mulai dari puskesmas hingga rumah sakit.

Mayoritas laporan kasus Covid-19 akan berasal dari wilayah dengan kapasitas kesehatan dan deteksi yang lebih memadai, seperti Jakarta dan sekitarnya.

Namun, hal ini tidak berarti bahwa wilayah lain tidak akan mengalami peningkatan kasus.

Oleh karena itu, pemerintah perlu mengantisipasi peningkatan kasus Covid-19 di semua wilayah, terutama pada kelompok rentan, seperti lansia dan orang dengan komorbid.

Salah satu cara untuk mengantisipasinya adalah dengan memberikan vaksinasi booster gratis.

Vaksin booster penting untuk memberikan perlindungan pada kelompok rentan dari Covid-19.

Vaksin booster dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan mengurangi risiko sakit parah.

Baca juga: Kemenkes Sebut Covid-19 Varian JN.1 Masuk Indonesia, Apa Gejalanya?

Covid-19 varian JN.1 masuk Indonesia

Dikutip dari Kompas.com, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengonfirmasi temuan Covid-19 varian JN.1 di Indonesia pada Selasa (19/12/2023).

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu menjelaskan, varian JN.1 ditemukan di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Batam, Kepulauan Riau.

Profesor dan wakil ketua di Departemen Mikrobiologi Molekuler dan Imunologi Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Andrew Pekosz menerangkan, belum ada pihak yang mengatakan bahwa infeksi JN.1 berbeda dengan varian Covid-19 lainnya dalam hal tingkat keparahan atau gejala.

Kendati demikian, orang yang tertular varian JN.1 akan merasakan beberapa gejala sebagai berikut:

  • Sakit tenggorokan
  • Hidung meler
  • Batuk
  • Kelelahan
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot
  • Demam atau menggigil
  • Kehilangan indera perasa atau penciuman.

Baca juga: Kasus Covid-19 Naik, Apakah Masker Akan Diwajibkan Saat Mudik Nataru?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi