Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyeri Menstruasi Terasa seperti Serangan Jantung, Ahli: Jauh Lebih Menyakitkan

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Marcos Mesa Sam Wordley
Ilustrasi wanita yang mengalami nyeri menstruasi, Nyeri menstruasi digambarkan sama buruknya dengan serangan jantung.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Haid atau menstruasi sering kali datang bersama serangkaian efek yang menyakitkan, termasuk nyeri dan kram pada bagian perut atau dismenore.

Saking menyakitkannya, dokter di Inggris menyebutkan nyeri menstruasi dapat sama buruknya dengan terkena serangan jantung.

Pernyataan tersebut kembali menuai perhatian usai diunggah oleh akun media sosial X (dulu Twitter) @tanyakanrl, Jumat (22/12/2023) sore.

Tampak dalam unggahan, sebuah tangkapan layar pemberitaan yang menuliskan nyeri saat menstruasi rasanya sama seperti terkena serangan jantung.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Dunia harus tau.. Bersyukurlah bagi yg pas menstruasi ga sakit gimana2," kata pengunggah.

Hingga Sabtu (23/12/2023) pagi, unggahan tersebut telah dilihat lebih dari 1,8 juta kali, disukai 29.000 pengguna, dan diunggah ulang oleh lebih dari 5.700 warganet.

Lantas, benarkah nyeri menstruasi terasa sama menyakitkannya dengan serangan jantung?

Baca juga: Perempuan Disebut Sering Sakit karena Siklus Menstruasi, Benarkah? Ini Kata Dokter Boyke


Nyeri menstruasi lebih menyakitkan dari serangan jantung

Sebuah artikel di Quartz pada 2016 berisi penderitaan bulanan yang harus dihadapi hampir sebagian besar perempuan di dunia, yakni kram menstruasi.

Artikel tersebut memuat pernyataan John Guillebaud bahwa pasien sering menggambarkan nyeri kram selama menstruasi hampir seperti serangan jantung.

"Seberapa parah? John Guillebaud, profesor kesehatan reproduksi di University College London mengatakan kepada Quartz bahwa pasien menggambarkan nyeri kram hampir sama buruknya dengan serangan jantung," tulis artikel.

Namun, ginekolog sekaligus spesialis pengobatan nyeri kronis dan gangguan vulvovaginal, Jen Gunter mempertanyakan perbandingan tersebut.

Dilansir dari laman Insider, Selasa (6/3/2018), Gunter menyampaikan, kram menstruasi sering kali jauh lebih menyakitkan daripada serangan jantung.

"Jika menunggu nyeri dada yang parah dan menyiksa untuk memberi tahu bahwa Anda mengalami serangan jantung, maka Anda akan melewatkan serangan jantung itu," katanya.

Menurut dia, serangan jantung sering kali menimbulkan gejala tidak jelas atau nyeri ringan yang kerap tidak dihiraukan penderita.

"Itulah sebabnya banyak orang mengabaikannya," sambungnya.

Selain nyeri, gejala serangan jantung juga dapat berupa sesak napas, rasa pusing, mual, muntah, dan kelelahan yang tidak dapat dijelaskan.

Namun, dia menambahkan, lebih dari 40 persen perempuan tidak merasakan nyeri akibat serangan jantung.

Oleh karena itu, berbahaya bagi perempuan jika berpikir bahwa serangan jantung sama buruknya dengan kram menstruasi.

Kondisi tersebut memungkinkan perempuan untuk "menunggu" hingga terjadi nyeri sama menyiksanya seperti dismenore, baru tersadar telah mengalami serangan jantung.

Penyebab nyeri saat menstruasi

Gunter menjelaskan, nyeri menstruasi sebagian besar terjadi karena zat yang disebut prostaglandin.

Zat ini dilepaskan dari lapisan rahim, sehingga membuat rahim berkontraksi. Selama periode kontraksi, tekanan pada rahim dapat sama tingginya dengan tekanan pada tahap "mendorong" saat persalinan.

"Jadi, jika memerlukan analogi untuk menggambarkan nyeri menstruasi, gunakan persalinan atau potong jarimu tanpa obat bius," paparnya. 

Baca juga: Darah Menstruasi Menggumpal Tanda Ada Kista? Ini Penjelasan Dokter

Dismenore berdampak pada kualitas hidup

Sementara itu, dilansir dari laman Medical News Today, sebuah penelitian terbatas sebenarnya telah menggambarkan atau mengkualifikasi nyeri dismenore.

Namun, daripada seberapa parah, banyak penelitian menunjukkan bagaimana kondisi ini berdampak pada kualitas hidup perempuan.

Nyeri dan kram kerap dimulai beberapa jam sebelum menstruasi dan berlangsung selama dua hingga tiga hari, dengan rasa sakit yang paling parah bertahan hingga 24-36 jam pertama.

Dismenore menyerang 45 hingga 95 persen perempuan yang sedang menstruasi. Rasa sakit yang dirasakan setiap perempuan bervariasi, mulai dari sedang atau berat.

Sekitar 3 hingga 33 persen perempuan yang sedang menstruasi melaporkan rasa sakit yang sangat parah hingga tidak berdaya selama satu sampai tiga hari.

Imbasnya, para perempuan ini tidak dapat menjalani aktivitas sebagaimana mestinya, termasuk sekolah atau bekerja.

Lebih dari seperempat perempuan mengambil cuti kerja atau mengurangi jam kerja setidaknya sehari setiap enam bulan karena nyeri haid.

Nyeri menstruasi juga dapat berdampak negatif pada berbagai aspek kehidupan seseorang, termasuk persahabatan, hubungan keluarga, prestasi sekolah atau pekerjaan, serta aktivitas sosial dan rekreasi.

Guna meredakan nyeri akibat menstruasi atau dismenore, penderita dapat mengonsumsi obat pereda nyeri maupun kontrasepsi oral dengan arahan dari dokter.

Perubahan gaya hidup pun perlu dilakukan, seperti rutin melakukan latihan aerobik, latihan pernapasan, yoga, meditasi, istirahat cukup, serta mengonsumsi makanan sehat.

Mandi air hangat dan mendapat pijatan ringan di sekitar perut bagian bawah juga dapat menjadi solusi untuk meredakan nyeri saat menstruasi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi