Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disebut Gibran di Debat Cawapres, Kripto Investasi atau Spekulasi?

Baca di App
Lihat Foto
RONY ARIYANTO NUGROHO/KOMPAS
Tiga calon wakil presiden, yaitu Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD (dari kiri kanan), dalam Debat Calon Wakil Presiden Pemilu 2024 di Ballroom Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (22/12/2023). Debat kedua Pemilu 2024 menyajikan gagasan para calon wakil presiden yang berkontestasi dalam Pemilihan Presiden 2024. Debat kedua ini mengangkat tema Ekonomi (Ekonomi Kerakyatan dan Ekonomi Digital), Keuangan, Investasi Pajak, Perdagangan, Pengelolaan APBN-APBD, Infrastruktur, dan Perkotaan. KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO 22-12-2023
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menyebut kripto dapat menjadi investasi dalam debat cawapres pemilihan umum (Pemilu) 2024, Jumat (22/12/2023).

"Untuk menuju Indonesia emas, dibutuhkan generasi emas. Kita harus punya future talent yang dilengkapi future skill," ujarnya.

"Untuk itu, kita akan siapkan anak-anak muda yang ahli artificial intelligent, anak-anak muda yang ahli block chain, anak-anak muda yang ahli robotik, anak-anak muda yang ahli perbankan syariah, anak-anak muda yang ahli kripto," lanjut dia.

Pernyataan tersebut lantasi dikomentari oleh warganet yang menilai kripto tidak dapat menjadi investasi.

"Hanya Gen-Z dan Milenial t**** yang gak bisa bedain investasi dan spekulasi. Crypto kok dibilang investment," komentar akun X @vincent****.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sementara akun @ari** menyebut besaran nilai kripto tergantung pada permintaan dan pasokan sehingga cenderung spekulasi. Beda dengan harga saham yang ditentukan.

Sementara itu, akun @MAXF*** menyebut banyak CEO ternama yang berinvestasi ke kripto.

"Yg blg Crypto adalah spekulasi hanyalah orang yg ga ngerti teknologinya. No wonder orang Indonesia selalu tertinggal adopsi teknologinya dari negara2 maju lainnya. What a shame," balas akun @aditiakin*****.

Sebagai catatan, investasi merupakan penanaman modal untuk keuntungan jangka panjang dan berkelanjutan. Spekulasi adalah upaya mendapatkan keuntungan besar dalam waktu singkat.

Lalu, kripto merupakan investasi atau spekulasi?

Baca juga: 10 Mata Uang Kripto Paling Bernilai di Dunia, Bitcoin Kokoh di Puncak


Penjelasan ekonom

Ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Eddy Junarsin mengatakan, kripto tidak diciptakan untuk investasi ataupun spekulasi.

"Sebenarnya, kripto tujuan awalnya (sebagai) alat pembayaran seperti mata uang. Itu sama seperti rupiah, dollar, gitu," ujarnya kepada Kompas.com, Sabtu (23/12/2023).

Menurut Eddy, kripto atau kriptokurensi menjadi alat pembayaran saat bertransaksi jual-beli dalam bentuk digital.

Namun seiring waktu, kripto dijadikan sebagai alat investasi untuk menyimpan aset dalam bentuk mata uang digital. Penyimpanan ini semacam saat menabung dengan uang rupiah.

"Ada yang menganggap kalau beli kripto kemudian disimpan suatu hari harganya akan (naik) beribu-ribu kali lipat. Dan memang pada awalnya hasil kripto lumayan tinggi," lanjut dia.

Menurutnya, kripto sempat mengalami kenaikan nilai besar beberapa tahun lalu hingga mencapai 68.000 dollar AS per koin kripto.

Meski nilai tukarnya menjadi tinggi, Eddy menegaskan risiko ruginya juga tinggi. Ini karena nilai tukar kripto dapat tiba-tiba merosot drastis sehingga membuat pemiliknya rugi.

Situasi ini, kata dia, membuat kripto dapat menjadi spekulasi karena potensi nilai tukarnya dapat berubah naik atau turun dengan tidak pasti serta ada risiko membawa kerugian yang tinggi.

"(Kalau dibandingkan dengan uang rupiah) ya jauh lebih tinggi (spekulasinya)," tambah dia.

Baca juga: 7 Tips Cara Memilih Koin Kripto yang Tepat agar Tidak Tertipu

Kripto cocok atau tidak jadi investasi?

Terkait penggunaan kripto cocok atau tidak sebagai investasi, Eddy mengatakan hal tersebut tergantung orang yang memilikinya.

Namun, dia menyoroti penggunaan kripto lebih sesuai untuk sebatas alat pembayaran jual-beli dan bukan alat investasi.

"Misalnya deposito, beli obligasi, beli saham itu kan memang alat investasi pasar modal. Kalau mata uang, termasuk dollar atau kripto, tujuan utamanya untuk alat pembayaran. Jadi sebenarnya tidak ideal," tegas dia.

Kripto tidak ideal menjadi alat investasi karena potensi keuntungan besar tapi risikonya jauh lebih besar dibandingkan dengan alat investasi aslinya.

Ini karena pemilik kripto tidak mendapatkan jaminan nilai kripto akan meningkat seiring waktu. Sementara pemilik alat investasi pasti mendapatkan keuntungan dan nilainya bisa naik.

Di sisi lain, Eddy menjelaskan besar nilai kripto ditentukan mekanisme pasar. Jika beberapa tahun lalu mencapai 68.000 dollar AS, sekarang cuma 43.634 dollar AS. Ini menunjukkan fluktuasi nilai yang tinggi.

Mekanisme pasar dapat membuat nilai kripto dapat mendadak anjlok atau justru naik tergantung penawaran dan permintaannya.

"Harapannya (nilai kripto) naik terus tapi nggak juga karena nilai alat pembayaran bisa berubah seketika. Beda dengan beli saham yang pasti dapat dividen (laba) sambil berharap harganya naik. Kalau kripto, murni berharap harganya naik saja," terangnya lagi.

Dia menyebut, kripto bisa saja menjadi spekulasi untuk mendapatkan keuntungan besar dalam waktu cepat saat nilainya naik. Namun, ada potensi nilainya turun secara tiba-tiba sehingga merugikan.

Baca juga: Agar Tak Kaget, Ini 3 Pertimbangan Sebelum Terjun ke Dunia Kripto

Tips tidak rugi kripto

Eddy menjelaskan, anak muda memang cenderung berinvestasi lewat kripto karena berani dan punya lebih banyak waktu untuk memperbaiki kerugian yang mungkin dialami.

Namun ketika sudah dewasa atau lanjut usia, kerugian karena kripto menjadi hal yang sulit diperbaiki.

"Sebelum memilih alat investasi apapun, dipelajari dululah," sarannya.

Eddy mendorong anak muda untuk tidak mendadak membeli kripto demi mendapatkan keuntungan besar dengan cepat. Kondisi ini justru kurang sehat menurutnya.

Anak muda, kata dia, perlu melakukan analisis terhadap instrumen investasi yang dipilih dan besarnya uang yang diinvestasikan.

"Tapi kalau orang tiba-tiba investasi ya hak pribadi. Tapi risiko ya tanggung sendiri," pungkasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi