Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potret Kota Terkecil di Dunia, Panjang Wilayah Hanya 100 Meter dan Dihuni 30 Orang

Baca di App
Lihat Foto
Wikimedia/AnaJur
Pemandangan di Hum, Kroasia, kota terkecil di dunia.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Kota terkecil di dunia, permukiman bernama Hum yang terletak di pedalaman Kroasia, hanya memiliki 30 penduduk dengan dua jalan utama.

Membentang sepanjang 100 meter dengan lebar 30 meter, kota mungil ini secara administratif berada di Buzet, tepatnya di puncak bukit bagian tengah semenanjung Istria.

Tak hanya ukuran yang menakjubkan, Hum menyimpan arsitektur yang sarat akan budaya Abad Pertengahan.

Tiga baris rumah yang menampung 30 orang misalnya, dipisahkan oleh dua jalan berbatu penuh sejarah sebagai akses utama penduduk.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Kehidupan di Area Terdingin Dunia, Minus 40 Derajat Celsius Dianggap Sore yang Hangat


Sejarah kota mungil Hum di Kroasia

Dilansir dari laman India Times, Minggu (24/12/2023), Hum pertama kali disebut dalam dokumen dari abad ke-12 dengan nama "Cholm".

Menurut legenda, kota ini lahir saat raksasa yang membangun kota-kota tetangga di Lembah Sungai Mirna memutuskan menggunakan sisa batu untuk mendirikan sebuah kota mini.

Namun, keberadaan sebenarnya dapat ditelusuri kembali hingga abad ke-11, dari deretan rumah pertama yang dibangun di atas sisa-sisa benteng sebelumnya.

Dikutip dari Expat in Croatia, pada abad ke-11, Count Ulrich I membangun kembali sejumlah kastil di semenanjung Istria yang saat itu dikuasai oleh Kekaisaran Franka.

Abad ke-12, tepatnya pada 1102, Ulrich II memberikan Hum yang saat itu bernama Cholm kepada takhta uskup, Patriarkat Aquileia.

Sekitar 500 tahun berikutnya, Hum tetap berada di bawah kendali Patriarkat Aquileia, dan selama itu disebut sebagai benteng kota.

Bahkan, hingga saat ini, Hum adalah contoh langka pembangunan perkotaan di awal Abad Pertengahan.

Kondisi bangunan yang dikelilingi tembok pertahananlah yang membuat arsitektur lama di sini dapat terpelihara dengan baik.

Baca juga: Mengintip Kehidupan Landais, Desa Unik yang Dihuni Orang-orang Pikun di Perancis

Potret bangunan di kota mungil

Sebuah kastil dibangun di dalam tembok pertahanan, sedangkan permukiman dibangun di samping kastil.

Tak pernah dibangun di luar, permukiman penduduk selalu berada di dalam tembok kota sejak abad ke-11.

Rumah-rumah penduduk ini dibangun dalam tiga urutan paralel, yang membentang dari timur ke barat.

Seluruh bangunan di Kota Hum terhubung dengan dua jalan utama. Tiga rumah paralelnya pun didirikan menghadap ke jalan.

Tata letak ini memungkinkan militer untuk sigap bergerak, sehingga evakuasi warga ke kastil berlangsung cepat jika terjadi keadaan darurat.

Sementara itu, antara abad ke-12 dan ke-15, saat seni mulai muncul, Kapel Saint Jeronim mulai dibangun dengan tambahan lukisan dinding.

Pada abad ke-17, ketika Hum berada di bawah kendali Venesia, tembok pertahanan dipulihkan, dan dua menara, pintu kota ganda, pondok kota, serta gedung administrasi lain mulai didirikan.

Kendati menyimpan keindahan, Hum sering kali menderita dalam konflik, perampokan, hingga kampanye perang.

Sepanjang sejarahnya, sistem benteng di kota mungil ini kerap kali dihancurkan, tetapi beberapa kali kembali dibangun.

Baca juga: Melihat Kehidupan di Bastoy Prison, Penjara yang Diklaim Paling Nyaman di Dunia

Meski kecil, Hum menyediakan minuman dan ritual khas

Dilansir dari Mirror, Sabtu (23/12/2023), pengunjung yang memasuki Hum akan disambut oleh gerbang berlapis tembaga dengan tulisan beraksara Glagolitic atau alfabet Glagol.

Tulisan dimaksudkan untuk memperingatkan pengunjung dan penduduk bahwa setiap pembuat onar atau niat buruk akan mendapat konsekuensi.

Meski kekurangan penduduk, Kota Hum tidak kekurangan minuman untuk dikonsumsi, terutama saat cuaca dingin.

Kota ini terkenal dengan Biska, brendi buah hasil campuran mistletoe yang konon merujuk pada resep peninggalan Celtic Druid, pendeta tingkat tinggi, sekitar 2.000 tahun lalu.

Ramuan tersebut mendapatkan perayaan spesialnya setiap akhir Oktober selama Festival Grappa.

Festival Grappa turut menampilkan sejumlah produk buatan tangan yang dinilai oleh produsen dari seluruh wilayah.

Penduduk Hum juga rutin melaksanakan ritual "Election of the Prefect" atau "Pemilihan Prefek" yang berasal dari abad ke -16.

Pertama kali diperkenalkan kembali pada 1977, acara ini mengharuskan pria berkumpul di balai kota pada hari Hum, setiap Juni, untuk memilih prefek kota.

Prefek sendiri bertanggung jawab untuk menyelesaikan perselisihan dan memberikan hukuman kepada mereka yang dinyatakan bersalah atas perilaku tidak tertib.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi