Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selalu Muncul Saat Natal, Siapa Sosok Sinterklas Sebenarnya?

Baca di App
Lihat Foto
Sosok Sinterklas sebenarnya.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Perayaan Natal identik dengan pohon Natal, lonceng, tradisi tukar kado, hingga kemunculan Santa Claus atau Sinterklas.

Sinterklas diyakini sebagai sosok berkostum merah khas Natal dan memiliki jenggot berwarna putih panjang dengan badan yang berisi.

Pada perayaan Natal, Sinterklas disebut akan datang secara sembunyi-sembunyi dan menaruh hadiah dari satu rumah ke rumah lainnya.

Banyak orang yang akan berdandan ala Sinterklas pada perayaan Natal tiap tahunnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, siapa sosok Sinterklas yang sebenarnya?

Baca juga: 40 Link Twibbon dan Kata-kata Selamat Natal 2023, Bisa Diunggah di Media Sosial

Sosok Sinterklas sebenarnya

Tidak ada bukti empiris yang menunjukkan keberadaan sosok Sinterklas asli.

Selain itu, belum ada seorang pun di dunia yang mampu menunjukkan bahwa Sinterklas itu ada, dikutip dari USA Today.

Namun, beberapa ahli mengatakan bahwa ada kemungkinan bukti empiris itu bukan tidak ada, tetapi sengaja dihilangkan.

Referensi paling awal mengungkap bahwa Sinterklas adalah Santo Nicholas.

Dia tinggal jauh dari Kutub Utara dan sebenarnya lahir di Mediterania timur pada masa Kekaisaran Romawi, hampir 2.000 tahun yang lalu.

Baca juga: 100 Pasien Anak Diterbangkan ke Kutub Utara untuk Rayakan Natal di Rumah Sinterklas

Kisah Santo Nicholas

Menurut catatan sejarah, Santo Nicholas adalah seorang uskup Kristen di kota pesisir kuno Myra yang sekarang menjadi kota Demre di Turki selatan.

Jenazahnya dicuri dari makamnya di Myra dan sekarang disimpan di sebuah gereja di Bari, Italia.

Dosen senior sejarah dan bahasa Yunani di University of Queensland (UQ), Dr Amelia Brown mengatakan, Santo Nicholas melayani pada abad ke-4 setelah Konstantin Agung menjadi kaisar Romawi pertama yang memeluk agama Kristen dan mendekriminalisasi Gereja.

"Nicholas dikenal sebagai uskup yang sangat dermawan. Dia adalah orang yang merawat rakyatnya dengan sangat baik," kata Dr Brown, dikutip dari ABC News.

Dia akan meninggalkan koin dan biji-bijian di ambang jendela atau di depan pintu orang-orang, serta memaksa para pedagang untuk menjual roti dan bahan makanan pokok lainnya dengan harga yang terjangkau.

Baca juga: 7 Promo Makanan Saat Natal 2023 dan Tahun Baru 2024, Ada Point Coffee dan Golden Lamian

Pada masa itu, uskup seperti Nicholas memiliki pengawasan amal atas kota-kota mereka, mengadakan kebaktian dan festival di gereja, serta meresmikan pernikahan dan pembaptisan.

"Mereka juga memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk pekerjaan umum. Sehingga para uskup bertanggung jawab untuk memperbaiki jalan dan air mancur, dan kadang-kadang bahkan membantu pertahanan kota dari perompak," ujarnya.

Nicholas melakukan perjalanan secara luas ke seluruh wilayah Mediterania pada tahun-tahun terakhirnya, sebelum meninggal di usia 70 tahunan.

Jasadnya dimakamkan di Myra. Namun, jasad itu dicuri oleh para pelaut pedagang pada 1087 untuk dibawa ke Bari, Italia. Mereka sekarang menyimpannya dalam sebuah sarkofagus.

Baca juga: Video Viral Pesawat Airbus Emirates Dimodifikasi Mirip Kereta Sinterklas, Ini Inspirasinya!

Cerita Sinterklas dikenal dunia

Menurut Brown, Myra adalah kota strategis yang menjadi titik penting dalam jaringan komunikasi Kekaisaran Romawi, karena terletak di sepanjang rute perdagangan dan pelayaran utama.

Hal inilah secara tidak langsung membuat kebaikan Nicholas tersebar ke seluruh penjuru negeri.

"Cara orang-orang kudus tertentu diadopsi secara lebih luas bukan hanya karena kisah-kisah mukjizat mereka yang sebenarnya, tetapi juga karena mereka dibawa oleh para pelaut, pedagang, dan pelancong. Itu sangat penting dalam menyebarkan ketenarannya," terang Dr Brown.

Merujuk pada salah satu kisah, Nicholas juga pernah menyelamatkan tiga saudara muda yang keluarganya tidak mampu membayar mas kawin mereka.

Nicholas diam-diam memberi mereka uang agar dapat menikah dan keluar dari kehidupan prostitusi.

Baca juga: Natal 2023 Diwarnai Fenomena Cuaca Panas Terik, Apa Penyebabnya?

Dalam salah satu deskripsi paling awal dari kisah ini, ia digambarkan menjatuhkan tiga kantong koin melalui jendela rumah keluarganya.

Oleh karena itu, Nicholas dikenal sebagai santo pelindung anak-anak remaja.

Sementara dalam lukisan abad pertengahan lainnya, gadis-gadis itu digambarkan sedang menjemur kaus kaki mereka dan koin-koin tersebut jatuh ke dalamnya.

"Ini mungkin merupakan asal mula tradisi mengisi kaus kaki Natal saat ini," jelas dia.

Hingga pada abad ke-9, Belanda mulai mengadopsi tokoh Sinterklas yang dianggap sebagai penyalur hadiah bagi anak-anak berkepribadian baik pada perayaan Natal.

Lalu, pada abad ke-17, Sinterklas mulai dikenal di Amerika Serikat.

Baca juga: Kisah Sinterklas Berpakaian Merah dari Iklan Coca-Cola, Benarkah?

Tradisi Jerman

Kisah Sinterklas sebagai pria merah yang datang memberikan hadiah kepada anak-anak pada perayaan Natal juga berkembang dalam tradisi Jerman.

Orang-orang Jerman meyakini bahwa Sinterklas adalah seorang dewa bernama Odin.

Dewa Odin digambarkan memiliki raut wajah cukup tua dan jenggot putih yang panjang.

Dikutip dari Kompas.com (2022), setiap tahun pada masa perayaan Yule (festival musim dingin), dilakukan pesta perburuan yang dibimbing oleh para dewa dan prajurit, sebagaimana cerita yang berkembang di Jerman.

Setiap anak akan mengisi sepatunya dengan wortel, jerami, atau gula di dekat cerobong asap untuk kuda terbang milik Dewa Odin dengan harapan kuda itu memakannya.

Sebagai penggantinya, Dewa Odin akan mengisi sepatu-sepatu itu dengan makanan, hadiah, atau permen.

Sampai sekarang, praktik ini masih terjadi di Jerman, Belgia, dan Belanda. Tradisi ini juga digabungkan dengan perayaan St. Nicholas.

Baca juga: Asal-usul Tradisi Pohon Natal, Kapan Pertama Kali Muncul?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi