Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Efek Samping Makan Kerupuk, Tinggi Kalori meski Hanya Tiga Keping

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Ketut Mahendri
Ilustrasi kerupuk kemplang goreng. Efek samping kerupuk.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Kerupuk merupakan salah satu pelengkap makanan yang sangat melekat dengan masyarakat Indonesia.

Bahkan, sejumlah orang kerap merasa kurang jika makan tanpa didampingi dengan makanan olahan ini.

Bukan hanya pelengkap nasi dan makanan pokok lain, kerupuk juga cocok menjadi camilan yang menemani aktivitas atau waktu santai masyarakat.

Namun, sebagian besar kerupuk mengandung kalori yang tidak sedikit untuk setiap kepingnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Padahal, kerupuk layaknya makanan adiktif yang kerap membuat orang lupa untuk membatasi asupannya.

Kerupuk kemplang goreng misalnya, berdasarkan Data Komposisi Pangan Indonesia, mengandung 504 kalori per tiga keping atau 100 gram.

Sementara itu, kerupuk udang goreng dengan ukuran sama mengandung setidaknya 477 kalori.

Tiga buah kerupuk kaleng atau kerupuk mi berukuran sedang menyajikan 476 kalori, sedangkan kerupuk emping dengan berat sama mengandung 439 kalori.

Lantas, apa efek samping makan kerupuk?

Baca juga: Manfaat dan Efek Samping Makan Lele, Jadi Bumerang jika Salah Olah


Efek samping makan kerupuk

Dilansir dari Kompas.com, Sabtu (22/2/2020), kerupuk umumnya terbuat dari bahan dasar tepung terigu, air, dan bumbu-bumbu seperti bawang putih, gula, garam, dan penyedap rasa.

Jika dilihat dari bahan dasarnya, kerupuk seperti makanan olahan dengan kandungan lemak yang tidak terlalu banyak.

Kendati demikian, proses pengolahan yang tidak sehat membuat lemak dan kalori kerupuk melambung tinggi.

Ahli gizi Tan Shot Yen menjelaskan, kalori makanan ringan seperti kerupuk dan keripik tidak dapat dipandang sebelah mata.

Sebab, di balik renyahnya tiga buah kerupuk kaleng atau kerupuk mi berukuran sedang, dapat mengandung lebih dari 400 kalori.

Padahal, kebutuhan kalori orang dewasa dengan kondisi kesehatan normal di Indonesia rata-rata 2.000 kalori per hari.

"Kerupuk itu buat stimulasi oral. Orang jadi doyan makan kerupuk kasusnya sama, mengapa orang susah lepas dari rokok, sementara bayi dengan dot," ujar Tan.

Baca juga: Rendah Kalori, Ini 3 Efek Samping Mangga Muda yang Patut Diwaspadai

Terlalu banyak asupan kalori sendiri dapat memicu beberapa masalah kesehatan, antara lain:

1. Kadar kolesterol naik

Kalori sebenarnya energi yang digunakan sebagai bahan bakar bagi tubuh untuk bergerak dan beraktivitas.

Kebutuhan energi tersebut bergantung pada jenis kelamin, usia, berat badan, tinggi badan, kondisi kesehatan, serta aktivitas sehari-hari.

Dikutip dari Livestrong, mengonsumsi terlalu banyak kalori dalam bentuk lemak trans dan lemak jenuh, seperti kerupuk, dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat dan kolesterol total dalam darah.

Naiknya kadar kolesterol jahat atau low-density lipoproteins (LDL) dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit arteri koroner secara signifikan.

Penyakit arteri koroner terjadi saat pembuluh utama yang memasok darah ke jantung mengeras dan menyempit akibat penumpukan kolesterol.

2. Berat badan naik

Dilansir dari Healthline, keseimbangan antara kalori yang dikonsumsi dengan jumlah yang dibakar dapat memengaruhi berat badan seseorang.

Saat seseorang makan lebih banyak daripada yang dikeluarkan, atau bernama surplus kalori, tubuh akan menyimpan kalori tambahan sebagai lemak.

Kelebihan lemak dalam tubuh ini dapat meningkatkan risiko obesitas atau berat badan berlebihan, kondisi saat indeks massa tubuh (BMI) 30 atau lebih.

Baca juga: Kaya Akan Kolagen, Ini Manfaat dan Efek Samping Makan Ceker Ayam

3. Risiko diabetes

Obesitas merupakan salah satu faktor risiko utama sindrom metabolik, sekelompok kondisi yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes.

Sindrom metabolik ditandai dengan naiknya kadar lemak dalam darah, peningkatan tekanan darah, resistensi insulin, serta peradangan.

Resistensi insulin sendiri berkaitan erat dengan kebiasaan makan berlebihan, termasuk mengonsumsi kerupuk.

Penyakit ini berkembang lantaran kemampuan hormon insulin untuk menyimpan gula darah di sel-sel berkurang.

Jika tidak terkontrol, resistensi insulin dapat berkembang menjadi penyakit diabetes tipe 2.

4. Fungsi otak terganggu

Seiring waktu, kebiasaan mengonsumsi kerupuk, terutama jika tidak terkontrol, dapat merusak fungsi otak.

Efek samping ini telah terbukti oleh beberapa penelitian, seperti studi dalam Scandinavian Journal of Psychology (2009).

Studi tersebut menemukan, orang dewasa yang mengalami kelebihan berat badan berdampak negatif terhadap ingatan, dibandingkan dengan individu dengan berat badan normal.

Namun, masih perlu lebih banyak penelitian untuk mengidentifikasi tingkat dan mekanisme penurunan fungsi otak akibat terlalu banyak kalori.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi