KOMPAS.com - Elektabilitas pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (paslon capres-cawapres) nomor urut 03, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD dilaporkan kian menurun oleh sejumlah lembaga survei.
Sebaliknya, hasil survei menempatkan paslon nomor urut 01, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Amin) semakin naik dan kini berada di peringkat kedua, meninggalkan Ganjar-Mahfud.
Sementara itu, pasangan nomor urut 02, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka tampak kokoh di posisi wahid pada hampir semua survei.
Jajak pendapat oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pada 13-18 Desember 2023, misalnya, menempatkan Ganjar-Mahfud di urutan terakhir dengan elektabilitas 19,4 persen.
Baca juga: Mahfud Ungkap Alasan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tak Pernah Sentuh 7 Persen
Diberitakan Kompas.com, Minggu (24/12/2023), survei Center for Political Communication Studies (CPCS) pada 7-14 Desember turut menempatkan Ganjar-Mahfud di urutan ketiga dan mengantongi elektabilitas 21,3 persen, selisih 0,5 dari paslon 01.
Sementara itu, jajak pendapat Litbang Kompas pada 29 November-4 Desember 2023 juga melaporkan Ganjar-Mahfud di urutan ketiga, dengan tingkat elektoral sebesar 15,3 persen.
Elektabilitas Ganjar belakangan seakan bertolak belakang dari hasil survei pada periode-periode sebelumnya yang selalu menempatkan mantan Gubernur Jawa Tengah itu di peringkat teratas.
Lantas, mengapa elektabilitas paslon Ganjar-Mahfud menurun?
Baca juga: Survei Pilpres 2024 Usai Debat Capres-Cawapres, Siapa Paling Unggul?
Sikap politik tidak jelas
Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam mengatakan, terdapat sejumlah alasan menurunnya elektabilitas Ganjar-Mahfud MD, bahkan tersalip oleh pasangan Anies-Muhaimin.
Menurutnya, basis mesin suara partai pasangan nomor urut 01 memang lebih besar dibandingkan dengan kubu 03.
"Merujuk pada jumlah kekuatan kursi di parlemen, 01 mengantongi 29 persen, sedangkan 03 hanya 25 persen," paparnya, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (29/12/2023).
Selain itu, "gen politik" Ganjar-Mahfud juga menjadi tidak jelas, lantaran mencoba mencampurkan formula keberlanjutan akan program pemerintah dengan narasi kritis perubahan.
Narasi tersebut merupakan respons dari kemarahan atas keputusan politik keluarga Presiden Joko Widodo.
Baca juga: Dua Aturan Baru dalam Debat Capres-Cawapres Pilpres 2024
Sikap dan posisi politik Ganjar-Mahfud yang tidak jelas ini dimanfaatkan oleh kubu Anies-Muhaimin yang mengusung narasi perubuhan.
Akibatnya, Anies-Muhaimin lebih mudah mengonsolidasi basis pemilih loyal yang secara agregat pasar pro-perubahan hingga mencapai puncaknya di angka 40 persen.
Berbeda, Ganjar-Mahfud cenderung mengalami penurunan akibat migrasi pemilih dan simpatisan Jokowi yang bukan dari kelompok Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Padahal, menurut Umam, efek Jokowi ini turut dinikmati PDIP dengan kisaran 5-7 persen selama Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dan 2019.
"Alhasil, pendukung Jokowi itu keluar dari naungan PDIP dan pendukung Ganjar untuk sebagian masuk ke kubu Prabowo dan sebagian mempertebal segmen undecided voters (belum menentukan pilihan)," terang Umam.
Baca juga: Daftar Parpol Pemilu 2024 yang Diprediksi Tak Lolos ke Parlemen Menurut Survei Terbaru
Peluang satu putaran di balik melemahnya Ganjar-Mahfud
Dosen Ilmu Politik dan International Studies Universitas Paramadina ini mengatakan, jika tak diantisipasi oleh tim Ganjar-Mahfud, kubu Anies-Muhaimin berpeluang masuk di putaran kedua Pilpres bersama paslon nomor urut 02.
Peluang ini berpotensi terjadi, khususnya jika Prabowo-Gibran tidak mampu memenangkan Pilpres dalam satu kali putaran.
Umam menjelaskan, Pilpres satu putaran dapat terjadi jika kubu 02 mampu mengonsolidasi dukungan 50 persen plus 1 dari jumlah suara dengan minimal 20 persen suara di setiap provinsi di lebih dari setengah jumlah provinsi di Tanah Air.
Oleh karenanya, untuk dapat masuk ke putaran kedua, pasangan nomor urut 01 tetap membutuhkan sikap kompetitif dari Ganjar-Mahfud guna menahan dominasi Prabowo-Gibran.
"Jika 03 tidak mampu mengatasi gerusan elektoral secara signifikan dan eksodusme pemilih 03 ke 02 tidak terbendung, maka potensi Pilpres satu putaran menjadi semakin memungkinkan," tandasnya.
Baca juga: Jadwal dan Tema Debat Capres-Cawapres 7 Januari 2024
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.