Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bergabung sejak: 20 Mar 2020

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Alasan Psikologis Sebaiknya Menulis Resolusi Tahun Baru

Baca di App
Lihat Foto
Unsplash
Ilustrasi resolusi 2024
Editor: Sandro Gatra

Oleh: Bonar Hutapea*

REFLEKSI akhir tahun lalu dilanjutkan dengan menulis resolusi Tahun Baru? Sudahkah menjadi kebiasaan kita? Mengapa tidak?

Inspirasi, aspirasi, dan motivasi yang tinggi untuk pengembangan diri dan pencapaian tujuan tentu saja sangat baik dan semestinya diwujudkan, salah satunya dengan membuat resolusi Tahun Baru.

Resolusi itu bisa bermacam-macam dan berbeda-beda bagi tiap orang tergantung pada hasil refleksi diri terutama pada akhir tahun, kebutuhan, keinginan, harapan, tuntutan, situasi dan lainnya.

Misalnya, ingin lebih banyak berolahraga, memakan makanan lebih sehat, menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hal lain, mempelajari keterampilan dan kecakapan baru, misalnya, berkomunikasi dan bertindak asertif, yakni dengan tegas menyatakan penolakan bila merasa sering direpotkan, alih-alih segan dan tidak enak hati selama ini.

Atau lebih banyak membaca buku dan menulis, mengurangi kebiasaan menunda-nunda, mengurangi penggunaan ponsel dan aktivitas di media sosial dan lain-lain.

Mengapa harus pada Tahun Baru? Meski bukan satu-satunya, Tahun Baru adalah waktu yang sangat tepat dan bagus untuk memulai pengembangan diri dengan membuat resolusi.

Alasan psikologis atau penjelasan psikologi tampak sangat kuat untuk itu di antaranya:

Pertama, apa yang disebut sebagai efek memulai sesuatu baru, yang segar (the fresh-start effect).

Umumnya, menjelang akhir tahun banyak orang berlibur, berkesempatan memanjakan diri, atau mendapatkan kesenangan yang lebih banyak dan lebih besar.

Karenanya, pada awal tahun ada keinginan untuk melakukan perubahan dengan menjadi ‘lebih positif’ atau ‘lebih murni’ untuk tubuh dan jiwa dengan kembali menjadi orang yang, misalnya, bekerja keras, makan lebih sehat, berpikir mendalam dan serius alih-alih berpikir dangkal, dan menikmati hiburan semata.

Kedua, Tahun Baru adalah tonggak waktu (temporal milestone) yang memaksa orang berpikir untuk memulai awal yang baru.

Minggu terakhir Desember, umumnya merupakan hari libur atau setidaknya banyak yang mengambil waktu liburan atau sementara waktu terbebas dari pekerjaan dan/atau rutinitas belajar.

Dengan demikian, memungkinkan untuk membuat perencanaan dan berpikir lebih mendalam mengenai tujuan, terutama bila ada keinginan dan niat yang kuat disebabkan pengaruh tonggak waktu tadi sangat terasa atau dihayati.

Selain itu, sangat mungkin juga dipengaruhi adanya rasa jenuh pada tahun yang sudah berlalu serta adanya rasa was-was menjalani tahun yang baru.

Alasan lain yang tak kalah penting adalah persepsi tentang kehidupan. Hidup dipandang sebagai sesuatu yang episodik dan naratif, layaknya buku dengan lembar dan bab berbeda dengan kisah yang berbeda pula, di mana masing-masing memiliki awal yang baru.

Pentahapan atau pembabakan semacam ini sekaligus membantu menciptakan jarak psikologis dengan masa lalu dan dengan kesalahan serta kegagalan sebelumnya sekaligus mendorong melakukan sesuatu dengan lebih baik saat ini, menjadi episode baru dengan narasi yang baru.

Lalu, mengapa banyak orang tak membuat resolusi Tahun Baru? Bila ditanyakan kepada setiap orang, mungkin alasannya sangat beragam.

Secara umum, bagi orang yang tak mengikuti kebiasaan ini, membuat resolusi dianggap tak masuk akal, sesuatu yang tak penting dalam membuat perubahan hidup, serta dapat dibuat kapan saja.

Menurut mereka, tak perlu memaksakan diri untuk membuat perubahan diri dan perubahan hidup pada awal kalender baru. Namun, respons untuk anggapan ini, saya kira cukup dengan penjelasan sebelumnya.

Barangkali pengakuan dan testimoni orang yang gagal mewujudkan resolusi menjadi alasan yang sangat kuat untuk tak membuat atau tak lagi membuatnya.

Dari berbagai pendapat dan survei terdahulu diketahui bahwa setidaknya 1 dari 4 orang membuat resolusi pada Tahun Baru, tapi berakhir dengan kekecewaan. Bahkan, bulan Januari belum berlalu saja sebanyak 80 persen resolusi sudah gagal.

Mengapa resolusi Tahun Baru gagal? Dari berbagai pendapat dan kesaksian yang dihimpun para ahli dan peneliti ditemukan beberapa alasan, antara lain:

Pertama, berfokus pada menghentikan atau mengubah sesuatu, alih-alih tujuan yang lebih mungkin dicapai dalam memulai kebiasaan baru yang positif.

Kedua, kurangnya kemampuan dalam manajemen diri. Ketiga, tujuan yang hendak diraih terlalu tinggi atau tidak realistis.

Keempat, kesenjangan atau jarak antara niat dan perilaku atau tindakan nyata terlampau jauh sehingga menyebabkan peluang penundaan semakin besar terutama bila resolusi yang dibuat bukanlah sesuatu yang sederhana dan membutuhkan komitmen sangat kuat.

Saat ini, kita masih berada di penghujung tahun, belum terlambat melalukan refleksi akhir tahun dan sebentar lagi akan memasuki awal kalender baru sebagai saat yang tepat untuk membuat resolusi.

Mari membuat resolusi spesifik, terukur, realistis, memungkinkan untuk dicapai, dan dengan waktu yang jelas.

Resolusi harus dituliskan dan mudah dibaca kapanpun dan di mana pun untuk memperkuat komitmen untuk mencapainya.

Setiap pencapaian sasaran atau tujuan jangka pendek sebaiknya dirayakan dengan memberikan ganjaran (reward) kepada diri agar semakin termotivasi untuk mewujudkannya.

Mari membuat resolusi yang akan kita kawal sepanjang tahun hingga tercapai dan dievaluasi pada penghujung tahun depan untuk kemudian membuat resolusi baru.

Semoga sukses. Selamat menyongsong Tahun Baru 2024!

*Dosen Tetap Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi