Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Gus Dur dan Konsistensinya Membela Kaum Marginal...

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang juga Ketua Umum Dewan Syuro DPP Partai Kebangkitan Bangsa menjawab pertanyaan di Kantor PBNU, Jakarta, Jumat (29/7/2005). Gus Dur bersama sejumlah tokoh lintas agama membentuk Aliansi Masyarakat Madani untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan, ia meminta Mahkamah Agung segera menggelar sidang mengenai Ahmadiyah.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Hari ini 14 tahun lalu, Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) wafat pada 30 Desember 2009.

Kepergian Gus Dur membawa duka mendalam bagi bangsa Indonesia.

Gus Dur menghembuskan nafas terakhir usai menjalani perawatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.

Cucu dari KH Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) itu dikebumikan di Kompleks Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membicarakan Gus Dur, tak akan pernah lepas dari isu kemanusiaan dan kaum marginal.

Apalagi, dua isu tersebut belakangan ramai diperbincangkan, seiring masifnya penolakan pengungsi Rohingya secara tiba-tiba.

Mari sejenak mengingat kembali perjuangan Gus Dur...

Baca juga: Belajar Kearifan Islam dari Gus Dur dan Cak Nur

Membuka keran kebebasan warga Tionghoa

Semasa hidupnya, Gus Dur kerap menunjukkan konsistensinya dalam membela kaum marginal.

Dengan pijakan nilai-nilai keislaman yang ia pelajari, Gus Dur berjuang dan mengupayakan pemenuhan hak-hak dasar manusia.

Melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 6 Tahun 2000, misalnya, Gus Dur membuka keran kebebasan beribadah dan tradisi masyarakat Tionghoa.

Padahal, masyarakat Tionghori telah dikekang selama 30 tahun di bawah pemerintahan Soeharto.

Dengan adunya Keppres ini juga, warga Tionghoa bisa mengekspresikan kebudayaan dan kebebasan menjalankan agamanya seperti halnya agama lain.

Atas jasa besar itu, Gus Dur diangkat sebagai "Bapak Tionghoa Indonesia".

Baca juga: Mengenang Jenderal Hoegeng, Satu-satunya Polisi Jujur Menurut Gus Dur

Berpihak pada kelompok Ahmadiyah

Pembelaan mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini juga ditunjukkan kepada jemaah Ahmadiyah.

Meski tak sepakat dengan ajaran Ahmadiyah, Gus Dur tak ikut terbawa arus dalam isu kebencian.

Dalam catatan Kompas.com (5/6/2008), Gus Dur bahkan pernah menentang keras Surat Keputusan Bersama (SKB) terkait pembubaran Ahmadiyah.

Bagi Gus Dur, memprioritaskan kesatuan bangsa adalah hal yang paling utama.

"Akan saya tentang di pengadilan. Enggak usah kuatir. Kita di pihak yang benar kok," terang Gus Dur saat itu.

Baca juga: 5 Poin Amanat Ciganjur Dibacakan Saat Haul Gus Dur, Berisi Pesan soal Pemilu 2024 dan Demokrasi

Meminta maaf korban G30S

Saat menjabat sebagai presiden, Gus Dur tak ragu meminta maaf atas pembantaian massal dalam peristiwa 30 September 1965.

Ia juga mengakui bahwa organisasi yang pernah dipimpinnya (NU), telah banyak terlibat dalam peristiwa itu.

"Dari dulu pun, saya sudah minta maaf. Bukan sekarang saja, tanyakan pada teman-teman di lembaga swadaya masyarakat (LSM)," tegas Gus Dur, catat Harian Kompas, 15 Maret 2000.

"Saya sudah meminta maaf atas segala pembunuhan yang terjadi terhadap orang-orang yang dikatakan sebagai komunis," sambungnya.

Sikap Gus Dur yang humanis, humoris, dan tanpa lelah memperjuangkan hak asasi manusia (HAM) ini membawanya sebagai sosok yang dicintai oleh banyak orang dari berbagai latar belakang.

Baca juga: Bulan Gus Dur di Jombang, Komunitas Lintas Etnis Ikuti Kirab dan Ziarahi Makam Gus Dur

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi