KOMPAS.com - Gempa berkekuatan magnitudo 5,0 mengguncang kabupaten Pangandaran, Jawa Barat pada Kamis (31/12/2023) sekitar pukul 11.52 WIB. BMKG memastikan gempa tidak berpotensi menyebabkan tsunami.
Infomasi gempa tersebut diunggah di akun media sosial X (Twitter) @infobmkg pada Kamis.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, titik gempa berada di 8.22 LS (Lintang Selatan), 107.87 BT (Bujur Timur).
"Gempa bumi berada di Garut, 90 km Barat Daya dari Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat dengan kedalaman 10 km," ujar Daryono.
Baca juga: Gempa Bumi M 5,0 Guncang Pangandaran, Tidak Berpotensi Tsunami
Jenis dan mekanisme gempa
Daryono menjelaskan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah lempeng Eurasia.
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Pihaknya menyebutkan, hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut.
Gempa bumi susulanSelain itu, hingga pukul 12.20 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan (aftershock).
Daerah yang merasakan gempa
Berdasarkan catatan BMKG hingga pukul 12.47 WIB, getaran gempa dirasakan di sejumlah wilayah di sekitar Pangandaran.
Gempa bumi dirasakan di daerah Garut, Pangalengan dengan skala II-III MMI. Sementara itu, di daerah Banjar, Cianjur, Tasikmalaya merasakakan gempa bumi Pangandaran dengan skala II MMI.
Kemudian skala II MMI berarti getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang. Skala III MMI berarti getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.
Baca juga: Mengenang 19 Tahun Gempa dan Tsunami Aceh 2004...
Imbauan untuk masyarakat
Daryono mengimbau supaya masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh terkait isu gempa Bumi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Selain itu, ia juga meminta masyarakat agar menghindari bangunan-bangunan retak atau bangunan yang rusak akibat gempa.
Periksa dan pastikan pula bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa ataupun tidak ada kerusakan yang dapat membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah.
"Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi," tutur Daryono.
Baca juga: Dampak Gempa Sukabumi, Puluhan Rumah Dilaporkan Alami Kerusakan
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.