Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Hal Menakutkan yang Mungkin Dilakukan AI di 2024, Apa Saja?

Baca di App
Lihat Foto
Forbes
Ilustrasi ChatGPT
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) telah ada dan digunakan selama beberapa dekade. Namun, tahun ini kemungkinan akan menjadi terobosan bagi teknologi tersebut.

Sebab dengan ChatGPT OpenAI yang menciptakan AI dapat dengan mudah diakses dan digunakan secara praktis bagi banyak orang. 

Secara umum, inovasi dalam AI bisa meningkatkan hal-hal seperti diagnostik medis dan penemuan ilmiah. Misalnya, salah satu model AI dapat mendeteksi apakah seseorang berisiko tinggi terkena kanker paru-paru dengan menganalisis pemindaian sinar-X.

Selain itu, AI juga telah digunakan untuk merancang eksperimen fisika kuantum di luar apa yang dibayangkan manusia.

Meskipun dapat membantu manusia, namun tidak semua inovasi berdampak baik. Sebab AI juga dapat menciptakan terobosan berbahaya, mulai dari drone pembunuh hingga AI yang mengancam masa depan umat manusia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Studi Baru: AI Bisa Prediksi Kematian tetapi Musnahkan Misteri yang Buat Hidup Lebih Menarik


Terobosan AI yang menakutkan yang mungkin terjadi di 2024

Dikutip dari dari Live Science, berikut beberapa terobosan AI yang paling menakutkan dan mungkin bisa terjadi di 2024:

1. Q* — Artificial General Intelligence (AGI)

Masih menjadi pertanyaan mengapa CEO OpenAI Sam Altman diberhentikan dan kemudian diangkat kembali pada akhir 2023.

Namun demikian, di tengah kekacauan perusahaan di OpenAI, beredar rumor tentang teknologi canggih yang dapat mengancam masa depan umat manusia.

Sistem OpenAI tersebut, disebut sebagai Q* (diucapkan Q-star) yang mungkin merupakan perwujudan potensi terobosan dari kecerdasan umum buatan (AGI), menurut laporan Reuters.

Sedikit yang diketahui tentang sistem misterius ini, namun bila laporannya benar, maka kemampuan AI pada Q* akan meningkat lebih baik.

AGI adalah titik kritis hipotetis, juga dikenal sebagai “Singularitas,” di mana AI menjadi lebih pintar dari manusia.

Meski demikian, generasi AI yang ada saat ini masih tertinggal dalam bidang-bidang yang menjadi keunggulan manusia, seperti penalaran berbasis konteks dan kreativitas.

Meski tidak semuanya, namun sebagian besar konten yang dihasilkan AI hanya menampilkan ulang data yang digunakan untuk melatihnya.

Namun di masa depan, terobosan AGI berpotensi melakukan pekerjaan tertentu dengan lebih baik daripada kebanyakan orang, kata para ilmuwan.

Teknologi ini juga bisa dijadikan senjata dan digunakan, misalnya, untuk menciptakan patogen yang lebih kuat, melancarkan serangan siber besar-besaran, atau mengatur manipulasi massal.

Ide AGI telah lama terbatas pada fiksi ilmiah, dan banyak ilmuwan yakin kita tidak akan pernah mencapai titik ini.

Namun, jika OpenAI telah mencapai titik kritis ini tentu saja merupakan sebuah kejutan, tapi bukan berarti hal tersebut tidak mungkin terjadi.

Baca juga: Isi SE Menkominfo soal Etika Penggunaan AI, Pelaku Tunduk UU ITE dan UU PDP

2. Deepfake hiperrealistis yang mencurangi pemilu

Salah satu ancaman dunia maya yang paling mengerikan adalah deepfake.

Deepfake adalah salah satu dari tipe AI yang digunakan untuk membuat foto, audio, ataupun video palsu yang sering digunakan untuk melakukan tindak kejahatan, seperti pemerasan dan penindasan.

Terlebih, AI yang sekarang ini dapat menghasilkan deepfake secara real time. Dengan kata lain, AI dapat memberikan video langsung.

Selain itu, teknologi ini juga menjadi semakin baik dalam menghasilkan wajah manusia, sehingga orang tidak dapat lagi membedakan antara mana yang asli dan yang palsu.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Science pada 13 November 2023, mengungkap fenomena hiperrealisme.

Hiperrealisme yaitu konten yang dihasilkan AI lebih cenderung dianggap "nyata" dibandingkan konten sebenarnya. Ini membuat orang hampir tidak mungkin membedakan fakta dan fiksi dengan mata telanjang.

Meskipun terdapat alat yang dapat membantu orang mendeteksi deepfake, namun alat ini belum menjadi alat yang umum digunakan.

Seiring dengan matangnya AI generatif, salah satu kemungkinan yang menakutkan adalah orang-orang dapat menggunakan deepfake untuk mencoba menggagalkan pemilu.

Financial Times (FT) melaporkan, misalnya, Bangladesh bersiap menghadapi pemilu pada Januari yang akan terganggu oleh deepfake.

Selain itu, saat AS bersiap untuk pemilihan presiden pada November 2024, ada kemungkinan bahwa AI dan deepfake dapat mengubah hasil pemungutan suara yang penting ini.

Baca juga: Perusahaan China Hidupkan Orang Meninggal dengan AI, Tarif Puluhan Juta Rupiah

3. Robot pembunuh bertenaga AI

Pemerintah di seluruh dunia semakin banyak yang memasukkan AI ke dalam alat perang.

Dilansir dari Live Science, pemerintah AS pada 22 November 2023 mengumumkan, ada 47 negara bagian yang telah mendukung deklarasi penggunaan AI yang bertanggung jawab di militer, yang pertama kali diluncurkan di Den Haag, Belanda pada Februari.

Deklarasi tersebut penting dilakukan lantaran penggunaan yang “tidak bertanggung jawab” adalah prospek yang nyata dan menakutkan. Seperti halnya drone AI yang diduga memburu tentara di Libya tanpa campur tangan manusia.

AI dapat mengenali pola, belajar mandiri, membuat prediksi atau menghasilkan rekomendasi dalam konteks militer.

Pada 2024, selain digunakan dalam sistem persenjataan, kemungkinan besar AI juga akan digunakan dalam sistem logistik dan pendukung keputusan, serta penelitian dan pengembangan.

Berbagai cabang militer AS telah memesan drone yang dapat melakukan pengenalan target dan pelacakan pertempuran lebih baik daripada manusia.

Selain AS, Israel juga telah menggunakan AI untuk mengidentifikasi target dengan cepat setidaknya 50 kali lebih cepat daripada manusia dalam perang Israel-Hamas terbaru, menurut NPR.

Namun salah satu bidang pengembangan yang paling ditakuti adalah sistem senjata otonom mematikan (LAWS) atau robot pembunuh.

Beberapa ilmuwan dan ahli teknologi terkemuka telah memperingatkan terhadap robot pembunuh, termasuk Stephen Hawking pada 2015 dan Elon Musk 2017, namun teknologi tersebut belum terwujud dalam skala massal.

Meskipun demikian, beberapa perkembangan yang mengkhawatirkan menunjukkan bahwa tahun ini mungkin akan terjadi terobosan bagi robot pembunuh.

Misalnya, di Ukraina, Rusia diduga mengerahkan drone Zala KYB-UAV, yang dapat mengenali dan menyerang target tanpa campur tangan manusia.

Selain itu, Australia juga telah mengembangkan Ghost Shark, sistem kapal selam otonom yang akan diproduksi dalam skala besar.

Nah, itulah sejumlah teknologi AI yang kemungkinan besar akan semakin berkembang di tahun 2024 dan berpotensi membahayakan umat manusia. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi