Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curah Hujan Diprediksi Akan Berkurang di Akhir Januari 2024, Apa Alasannya?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Brian A Jackson
Musim hujan diprediksi berakhir hingga akhir Januari 2024.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eddy Hermawan mengatakan, musim hujan akan sangat berkurang pada akhir Januari 2024.

Kondisi ini, menurut Eddy, berbeda dengan tahun-tahun lalu, di mana normalnya hujan sering mengguyur pada periode Desember, Januari, dan Februari.

"Sepertinya tidak sampai Februari hujannya sudah habis karena El Nino itu berawal bulan Mei 2023 dan akan berakhir pada Mei 2024," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (6/1/2024).

Namun, musim hujan yang lebih pendek ini hanya berlaku untuk kawasan dengan pola curah hujan (CH) monsunal.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Hanya saja itu berlaku untuk kawasan yang bertipe CH monsunal khususnya Pantura Jawa," kata Eddy.

Baca juga: BMKG: Berbagai Wilayah di Indonesia Potensial Hujan Lebat, Angin Kencang, Petir Hari Ini dan Besok


El Nino masih berefek pada jumlah curah hujan

Eddy menjelaskan, fenomena hujan yang saat ini rutin turun di berbagai wilayah Indonesia dipengaruhi oleh Monsun Asia atau angin barat.

Angin musim yang bersifat periodik itu membawa uap air dari Siberia, Jepang, Hong Kong, hingga Vietnam ke Indonesia, serta menciptakan hujan.

Menurut dia, Monsun Asia lebih dominan ketimbang El Nino moderat yang sekarang sedang berlangsung.

Imbasnya, hujan masih dapat turun terutama di daerah selatan Indonesia, seperti Pulau Sumatera bagian timur dan Pulau Jawa.

"Walaupun El Nino tidak kuat, tetap ada efek mengurangi jumlah curah hujan yang akan masuk ke Indonesia," terang Eddy.

Melihat fenomena ini, Eddy menyarankan agar para petani terutama di kawasan Pantura untuk mempercepat masa tanam selagi hujan masih turun.

Imbauan ini bertujuan agar tanaman yang membutuhkan banyak air seperti padi berkembang dengan baik.

Selain itu, opsi lain adalah menanam tanaman tahan kering seperti palawija, mengingat fenomena El Nino masih akan berlangsung sekitar empat sampai lima bulan ke depan.

"Meski ada irigasi, sumber air itu tetap berasal dari atas (hujan), kalau kering cepat-cepat menanam saja jangan sampai kehabisan air," tuturnya.

Baca juga: Sejumlah Wilayah Alami Hujan Lebat dan Angin Kencang, Sampai Kapan Cuaca Ekstrem Berlangsung?

Perkiraan cuaca hingga 10 Januari 2024

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, cuaca ekstrem berupa hujan lebat masih melanda beberapa daerah hingga 10 Januari 2024.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menyampaikan, hujan lebat bahkan memicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan longsor di beberapa daerah.

Menurut Guswanto, cuaca ekstrem disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk Monsun Asia Musim Dingin.

Diasosiasikan sebagai musim angin baratan, angin ini mulai menunjukkan dampak terhadap potensi peningkatan massa udara basah di sekitar wilayah Indonesia, sehingga pertumbuhan awan hujan di periode Januari diprediksikan cukup intens.

Selain itu, aktivitas Madden Jullian Oscillation (MJO) saat ini juga sudah mulai memasuki wilayah Indonesia.

"Dalam sepekan ke depan secara tidak langsung dapat memicu peningkatan potensi hujan sedang hingga lebat di beberapa wilayah," kata Guswanto kepada Kompas.com, Rabu (3/1/2024).

Kondisi tersebut diperkuat dengan adanya aktivitas gelombang Rossby di wilayah Indonesia bagian barat.

Di sisi lain, faktor dinamika lain yang turut memperkuat potensi tersebut, termasuk terbentuknya pola pertemuan angin dan belokan angin di sekitar wilayah Sumatera, Jawa, dan Kalimantan.

Dengan memperhatikan kondisi dinamika atmosfer tersebut, berikut daerah yang perlu mewaspadai potensi hujan intensitas hingga lebat:

  • Aceh
  • Sumatera Utara
  • Sumatera Barat
  • Riau
  • Kepulauan Riau
  • Bengkulu
  • Jambi
  • Kepulauan Bangka Belitung
  • Sumatera Selatan
  • Lampung
  • Banten
  • DKI Jakarta
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
  • Jawa Timur
  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Utara
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Selatan
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Selatan
  • Sulawesi Tengah
  • Gorontalo
  • Sulawesi Utara
  • Maluku
  • Papua Barat
  • Papua.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi