Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Seseorang Bisa Overdosis Kafein? Ini Penjelasannya...

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Yulia Furman
Efek samping kafein.
|
Editor: Mahardini Nur Afifah

KOMPAS.com - Kafein adalah stimulan yang biasanya terdapat dalam kopi, teh, coklat, atau minuman berenergi. Senyawa ini bisa menimbulkan overdosis apabila dikonsumsi berlebihan. 

Menurut National Institutes of Health (NIH), kafein secara alami dapat ditemukan pada tumbuhan, kacang-kacangan, dan biji-bijian.

Namun, beberapa produsen juga sering menambahkannya ke dalam makanan dan minuman tertentu. 

Saat dikonsumsi, kafein dapat memberikan berbagai manfaat pada tubuh, mulai dari menekan nafsu makan, atau membuat seseorang merasa lebih terjaga.

Kendati demikian, kafein yang dikonsumsi secara berlebihan dapat memberikan efek samping pada sebagian orang, seperti denyut jantung dan laju pernapasan meningkat semakin cepat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, bagaimana orang bisa mengalami overdosis kafein, apa saja efek dan gejalanya? Simak penjelasan berikut.

Baca juga: 6 Manfaat Minum Kopi Tanpa Kafein untuk Penderita Diabetes, Apa Saja?


Bagaimana orang bisa mengalami overdosis kafein?

Dalam tinjauan jurnal ilmiah pada 2018, para peneliti mengidentifikasi 92 laporan kematian akibat overdosis kafein. Ulasan ini mencakup semua jurnal sejak database online dimulai.

Dilansir dari Medical News Today,  secara umum, kafein akan mulai memengaruhi tubuh jika kadarnya lebih dari 15 miligram per liter (mg/L) di dalam darah. Konsentrasi 80 hingga 100 mg/L bisa berakibat fatal atau mematikan.

Overdosis kafein ini kemungkinan besar disebabkan konsumsi suplemen makanan atau tablet kafein, bukan karena minum kopi atau asupan berkafein lainnya. 

Suplemen kafein dianggap lebih berrsiko lantaran kadar kafein yang lebih tinggi dibandingkan dari sumber alami seperti makanan dan minuman.

Tak hanya mengonsumsi suplemen kafein, penggunaan bubuk kafein murni juga sangat berbahaya dan lebih mungkin menyebabkan overdosis.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) memperingatkan bahwa satu sendok teh bubuk kafein bisa setara dengan 28 cangkir kopi.

Laporan tersebut menekankan bahwa produk kafein yang murni dan pekat dapat menimbulkan konsekuensi kesehatan yang serius.

Penyebab kematian akibat overdosis kafein biasanya adalah fibrilasi ventrikel. Kondisi ini terjadi ketika bilik jantung bagian bawah bergetar dan tidak berkontraksi secara teratur.

Fibrilasi ventrikel menghentikan jantung berdetak normal dan menyebabkan serangan jantung.

Baca juga: 5 Manfaat Minum Kopi Tanpa Kafein bagi Kesehatan, Apa Saja?

Efek kafein pada tubuh

Asalkan dosis kafein yang dikonsumsi masih dalam batas yang dapat ditoleransi tubuh, efek samping khas dari kafein dapat meliputi:

  • Merasa lebih terjaga atau waspada
  • Merasa gelisah, cemas, atau mudah marah
  • Peningkatan suhu tubuh
  • Dehidrasi
  • Sakit kepala
  • Pernapasan lebih cepat
  • Detak jantung lebih cepat.

Umumnya efek tersebut berlangsung dalam jangka pendek. Alias, bisa hilang sendiri setelah beberapa saat.

Tapi, Anda juga perlu waspada dengan overdosis kafein apabila kadar senyawa ini sangat berlebihan. 

Gejala overdosis kafein

Gejala overdosis kafein bisa meliputi:

  • Detak jantung yang sangat cepat atau tidak teratur
  • Tubuh rasanya tidak stabil
  • Merasa mual atau muntah-muntah
  • Kebingungan
  • Serangan panik.

Selain itu, perlu dipertimbangkan juga untuk tidak mengonsumsi alkohol bersamaan dengan kafein. Kombinasi keduanya bisa berbahaya.

Janin atau bayi baru lahir tidak mampu memecah kafein dengan cepat. Jadi, ibu hamil dan menyusui juga sebaiknya berkonsultasi ke dokter sebelum mengonsumsi asupan ini.

Baca juga: Kafein Memicu atau Mengobati Sakit Kepala?

Batas konsumsi kafein

Untuk mencegah overdosis kafein, setiap orang dianjurkan tidak mengonsumsi senyawa ini secara berlebihan, terutama pada ibu hamil dan ibu menyusui. 

American College of Obstetricians and Gynecologists menyarankan, ibu hamil untuk membatasi konsumsi kafein kurang dari 200 mg per hari atau setara dengan 1-2 cangkir kopi.

Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyarankan agar ibu menyusui untuk membatasi asupan kopi, atau sekadar icip-icip minum kopi dan asupan berkafein lainnya, dengan begitu asupan ini tidak berdampak pada bayi.

CDC merekomendasikan untuk asupan kopi rendah hingga sedang adalah 300 mg per hari, atau maksimal 2 cangkir kopi.

Namun, ibu menyusui harus mempertimbangkan untuk mengurangi asupan kafeinnya jika bayi tampak mudah tersinggung atau rewel.

Menurut FDA, American Academy of Pediatrics juga melarang anak-anak dan remaja mengonsumsi kafein. Secara khusus, minuman energi dapat mengandung gula dan kafein dalam jumlah yang tidak sehat.

Kafein mungkin memiliki efek yang lebih parah pada seseorang yang memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya.

Meskipun tidak ada hubungan jelas yang menghubungkan kafein dan kesehatan jantung, orang yang lebih sensitif terhadap kafein mungkin mengalami jantung berdebar-debar dan mungkin ingin mengurangi asupan kafeinnya.

Efek kafein dapat memengaruhi orang secara berbeda, tergantung pada kesehatan umum, usia, berat badan, dan tinggi badan.

Seseorang yang tidak biasa mengonsumsi kafein mungkin akan merasakan efeknya lebih terasa dibandingkan orang yang sering minum kopi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi