Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Erupsi Gunung Semeru, Bandara Abdulrachman Saleh Ditutup Sementara

Baca di App
Lihat Foto
Dok. PVMBG
Erupsi Gunung Semeru, Sabtu (18/11/2023)
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Operasional Bandara Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang, Jawa Timur ditutup untuk sementara waktu pada Jumat (12/1/2024).

Penghentian sementara operasional Bandara Abdulrachman Saleh Malang diumumkan melalui Notice to Airmen (NOTAM) Nomor C0079/24 NOTAMC C0063/24 mulai Jumat pukul 10.00 WIB.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara M Kristi Endah Murni mengatakan, penutupan sementara Bandara Abdulrachman Saleh dilakukan karena terdampak abu vulkanik Gunung Semeru.

Diketahui, abu vulkanik Gunung Semeru terdeteksi berkat paper test yang dilakukan pada Jumat pukul 08.00-08.20 WIB.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kami harus melakukan pemberhentian karena alasan keselamatan penerbangan. Sebaran abu vulkanik dapat membahayakan dan menghentikan kerja mesin pesawat terbang," ujar Kristi kepada Kompas.com, Jumat.

Baca juga: Penyebab Gunung Marapi Meletus Tiba-tiba Tanpa Didahului Aktivitas Vulkanik, Ini Penjelasan PVMBG

Kemenhub pantau erupsi Gunung Semeru

Lebih lanjut, Kristi menjelaskan, pihaknya akan terus melakukan monitoring dan pengawasan perkembangan situasi Gunung Semeru yang berdampak pada Bandara Abdulrachman Saleh Malang.

Hal tersebut dilakukan dengan pengamatan lapangan yang dijalankan dengan interval 30 menit sampai 1 jam sekali pada beberapa titik di sekitar bandara.

Terkait penutupan sementara bandara tersebut, Kristi meminta pihak maskapai untuk memberikan kompensasi kepada penumpang.

Pihak maskapai dapat memberikan opsi full refund, reschedule, ataupun re-route ke bandara terdekat jika seat masih tersedia.

Fasilitas tersebut, kata Kristi, diharapkan dapat membantu penumpang yang terkena dampak penutupan bandara.

Baca juga: Warganet Sebut Gunung Marapi Tiba-tiba Meletus Minggu Sore, Ini Penjelasan PVMBG

Status Gunung Semeru siaga

Terpisah, Petugas Pos Pengamatan Gunung Api Semeru Mukdas Sofian mengatakan bahwa status Gunung Semeru berada di level III atau siaga per Jumat.

Berdasarkan pantauan dari pos pengamatan, erupsi Gunung Semeru menyebabkan 19 kali gempa letusan dengan amplitudo 15-22 mm berdurasi 56-117 detik.

Erupsi tersebut juga memicu gempa hembusan sebanyak tiga kali dengan amplitudo 5-6 mm dan durasi 35-42 detik.

"Letusan teramati empat kali tinggi asap 300-500 meter warna asap putih kelabu condong ke arah barat daya," kata Mukdas kepada Kompas.com, Jumat.

Baca juga: Adakah Kaitan Erupsi Gunung Marapi, Anak Krakatau, dan Ili Lewotolok?

Wilayah yang berstatus waspada

Terkait erupsi Gunung Semeru, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) juga telah mengeluarkan peringatan kepada beberapa wilayah atas potensi awan panas, guguran lava, dan lahar.

Potensi tersebut kemungkinan terjadi di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat.

Mukdas menjelaskan, potensi awan panas, guguran lava, dan lahar juga dapat terjadi di sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

"Tim ahli dari PVMBG belum menurunkan status aktivitas. Berarti aktivitas masih tinggi, selain itu tumpukan material vulkanik di kawah masih banyak," jelas Mukdas.

Baca juga: Bandara Minangkabau Ditutup Sementara Usai Erupsi Gunung Marapi

Gunung Semeru meletus setiap hari

Ia menambahkan, Gunung Semeru setiap bulan Desember selama tiga tahun ke belakang telah mengeluarkan awan panas.

Namun, untuk letusan gunung setinggi 3676 mdpl tersebut, sebenarnya terjadi setiap hari dengan intensitas kecil.

"Laporan aktivitas dilaporkan setiap enam jam sekali," terang Mukdas.

Pihaknya pun mengimbau agar warga tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari puncak atau pusat erupsi.

Di luar jarak tersebut, warga juga diminta tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan.

"Karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak," ungkapnya.

"Tidak beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu atau pijar," tutupnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi