Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Badan Gendut Tanda Seseorang Bahagia, Ini Kata Dokter

Baca di App
Lihat Foto
Unsplash
Makan singkong terlalu banyak memicu efek samping penambahan berat badan.
|
Editor: Mahardini Nur Afifah

KOMPAS.com- Topik mengenai badan yang gendut menandakan seseorang bahagia ramai diperbincangkan warganet di media sosial X.

Hal tersebut bermula dari pertanyaan warganet di akun @tanyarlfes pada Kamis (11/1/2024) yang menyinggung keterkaitan tubuh gendut dengan kebahagiaan.

"kalian setuju ga sama statement gendut = bahagia?" cuit pengunggah.

Menurut akun @rxc****, badan yang kelebihan berat belum tentu menandakan seseorang bahagia. Sebabnya, bisa jadi orang berat badannya bertambah sedang mengalami stres.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di sisi lain, akun @mmam**** menilai badan yang lebih berisi menunjukkan seseorang dalam keadaan sehat.

"gendut = bahagia, kalo sewajarnya sih:(" kata warganet lainnya.

Baca juga: Mengapa Kreator Konten Mukbang Tidak Gendut padahal Sering Makan Banyak?


Lantas, benarkah badan gendut menandakan seseorang bahagia?

Tanggapan dokter

Dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Berty Denny Hermawati merespons cuitan mengenai badan gendut adalah tanda bahagia.

Ia menyampaikan bahwa dari segi kesehatan, badan gendut tanda bahagia adalah hal yang kurang tepat.

"Kemungkinan didasari kurangnya pengetahuan tentang kesehatan tubuh sehingga menyebabkan sebagian orang berpendapat bahwa menjadi gendut artinya hidupnya kini bertambah bahagia," ujar Berty kepada Kompas.com, Sabtu (13/1/2024).

Ia mengatakan, definisi gendut dapat dilihat dari indeks massa tubuh (IMT) menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Berdasarkan WHO, IMT dihitung dari berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter, yaitu lebih dari 23 kg/m2 (nilai normal IMT 18,5-22,9 kg/m2).

Perhitungan tersebut kemudian dibagi menjadi overweight (23-24.9 kg/m2), obesitas tingkat I (25-29.9 kg/m2), dan obesitas tingkat II (lebih dari 30 kg/m2).

"Di samping itu terdapat kondisi yang disebut obesitas sentral, yaitu penumpukan lemak di perut yang diukur dengan menggunakan indikator lingkar perut," jelas Bertry.

"Disebut memiliki obesitas sentral apabila lingkar perut lebih dari 90 centimeter pada pria dan lebih dari 80 centimeter pada wanita," tambahnya.

Baca juga: Cuka Apel Ternyata Bisa Menurunkan Berat Badan, Simak Penjelasannya

Risiko badan gendut

Anggapan badan gendut tanda bahagia dinilai Berty bertolak belakang dengan risiko penyakit yang membayangi kondisi seperti ini.

Ia menerangkan, gendut, baik overweight, obesitas, ataupun obesitas sentral adalah faktor risiko yang menyebabkan berbagai masalah kesehatan di kemudian hari jika tidak segera diatasi.

Obesitas bisa meningkatkan risiko dua kali lipat terkena serangan jantung koroner, stroke, diabetes melitus atau penyakit kencing manis, dan hipertensi atau penyakit darah tinggi.

Tak hanya itu, obesitas meningkatkan kadar kolesterol dan asam urat darah.

Obesitas juga berisiko tiga kali meningkatkan terjadinya penyakit batu empedu.

"Obesitas mengakibatkan sumbatan saluran napas ketika tidur, berisiko terjadinya kanker baik pada pria maupun wanita, serta menurunnya tingkat kesuburan," ujar Berty.

"Kondisi kelebihan berat badan ini juga meningkatkan penyakit osteoarthritis atau radang sendi lutut dan panggul," imbuh Berty.

Baca juga: 6 Manfaat Minum Air Rendaman Nanas, Ampuh Turunkan Berat Badan

Bukan bahagia, ini penyebab berat badan naik

Lebih lanjut, Berty menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan berat badan bertambah hingga menjadi gendut. Berikut penyebab berat badan bertambah:

1. Gaya hidup tidak sehat

Kegendutan seringkali dikaitkan dengan gaya hidup yang tidak sehat, seperti pola makan yang kurang baik berupa gemar mengonsumsi makanan tinggi kalori seperti gorengan, makanan berlemak, dan manis-manis seperti makanan cepat saji serta jarang makan sayur dan buah.

Gaya hidup tidak sehat yang berkontribusi pada penambahan berat badan mencakup kurangnya aktivitas fisik, seperti aktivitas sedentary berupa mager, menonton TV, main game, aktivitas fisik kurang dari dua jam per hari.

Baca juga: Berapa Lama Durasi Jalan kaki untuk Menurunkan Berat Badan?

2. Mengonsumsi obat tertentu

Penyakit dan pengobatan tertentu dapat juga memicu obesitas. Beberapa obat dapat memicu penambahan berat badan jika tidak diimbangi aktivitas fisik yang cukup, seperti kortikosteroid, obat untuk alergi, beberapa jenis obat diabetes, anti depresan, obat migrain, serta obat kejang.

3. Usia

Seiring bertambahnya usia akan terjadi perubahan hormonal serta gaya hidup yang kurang aktif mengakibatkan meningkatnya risiko obesitas.

Baca juga: Selain Menurunkan Berat Badan, Ini 6 Manfaat Intermitten Fasting bagi Kesehatan

4. Genetik

Bila salah satu orangtua obesitas, maka peluang anak-anak menjadi obesitas sebesar 40-50 persen.

Namun, apabila kedua orangtuanya menderita obesitas, maka peluang faktor keturunan mengalami kondisi ini menjadi 70-80 persen.

5. Stres

Seseorang yang mengalami kondisi tertekan, penat, dan stres akan cenderung mengonsumsi makanan berkalori tinggi sebagai pelampiasannya sehingga rentan mengalami kegendutan.

Baca juga: Cara Mengonsumsi Air Kelapa untuk Menurunkan Berat Badan

6. Masalah emosional

Obesitas juga sering dikaitkan dengan masalah emosional, seperti kesedihan, kecemasan, dan depresi.

Berty menjelaskan bahwa orang yang mengalami obesitas memiliki risiko 55 persen lebih besar untuk mengembangkan depresi selama hidup mereka daripada orang yang memiliki tubuh yang ideal menurut sebuah studi.

Cara mengatasi badan gendut

Berty menyampaikan, gendut tanda bahagia tidak lagi dijadikan istilah pemanis bila melihat risiko kesehatan yang membayangi penderitanya.

Ia meminta seseorang yang mengalami obesitas agar mengatasi hal ini dengan menurunkan berat badan serta lingkar perut, seperti memulai hidup sehat.

Baca juga: Ramai soal Diet Telur Rebus, Efektifkah Turunkan Berat Badan?

Berikut beberapa cara mengatasi obesitas:

1. Pola aktivitas
  • Meningkatkan aktivitas fisik minimal satu jam
  • Membatasi aktivitas sedentari, seperti menonton TV, komputer, main game
  • Melakukan latihan fisik minimal 2-3 kali seminggu dengan waktu 30-50 menit per kali latihan, latihan fisik dianjurkan aerobik seperti jalan cepat, lari, senam, dan treadmill
  • Membatasi tidur berlebihan.
2. Membiasakan pola makan yang baik
  • Konsumsi sayur dan buah minimal lima porsi setiap harinya
  • Membiasakan pola makan teratur terdiri dari 3 kali makan utama pada pagi-siang-malam dan 1-2 kali makan selingan
  • Membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak berlebihan
3. Berkonsultasi

Jika membutuhkan bantuan profesional lebih lanjut, konsultasikan masalah kegendutan dan komplikasi yang terjadi ke dokter terdekat. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi