Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jendela Kokpit Retak Saat Penerbangan, Maskapai Jepang Putar Balik ke Bandara Asal

Baca di App
Lihat Foto
Wikimedia/Masgatotkaca
Ilustrasi maskapai ANA. Boeing 737 milik maskapai Jepang, ANA, kembali ke Bandara New Chitose, Hokkaido karena jendela kokpit retak di udara.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Pesawat Boeing 737-800 milik maskapai Jepang, All Nippon Airways (ANA) kembali ke bandara setelah ditemukan retakan pada jendela kokpit.

Penerbangan domestik dengan nomor 1182 ini sedang dalam perjalanan menuju Bandara Toyama di Pulau Honshu dari Bandara New Chitose Sapporo, Hokkaido, pada Sabtu (13/1/2024).

Namun, diberitakan Reuters, maskapai terpaksa putar balik kembali ke bandara asal lantaran ada retakan di bagian terluar dari empat lapisan jendela yang mengelilingi kokpit.

Baca juga: Video Viral Jendela Pesawat Alaska Airlines Lepas di Udara, Penumpang: Ada Ledakan Keras

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Retak saat di udara

Pesawat berjenis Boeing 737 ini berhasil mendarat kembali di New Chitose Sapporo sekitar pukul 12.10 waktu setempat.

Juru bicara ANA mengungkapkan, jendela kokpit yang retak baru diketahui setelah pesawat mengudara selama beberapa menit, tepatnya ketika melewati Hakodate, masih di kawasan Hokkaido, Jepang.

Kendati demikian, pihak ANA memastikan, jendela kokpit yang retak tidak berdampak signifikan terhadap penerbangan.

"Retakan itu bukan sesuatu yang memengaruhi kendali atau tekanan penerbangan," kata juru bicara, Sabtu.

Dia menambahkan, tidak ada laporan cedera yang dialami di antara 59 penumpang dan enam kru pesawat.

Baca juga: Benarkah Pesawat Saat Terbang Tak Bisa Selamat dari Gempa dan Tsunami?

Di sisi lain, pakar penerbangan John Strickland mengatakan, penyebab retakan pada kaca kokpit ini masih belum diketahui.

Namun demikian, fenomena ini bukanlah yang pertama kali terjadi dan biasanya dipicu oleh tabrakan dengan benda-benda tertentu.

"Hal-hal seperti ini kadang terjadi, mungkin ada yang menabrak jendela, misalnya burung, hujan es besar," papar Strickland, dikutip dari BBC, Sabtu.

"Anda mungkin kadang-kadang mengalami patah tulang karena stres juga, karena keausan, tetapi itu sangat jarang terjadi," sambungnya.

Meski hanya satu lapisan yang rusak, Strickland menyampaikan, pihak maskapai kemungkinan harus mengganti seluruh jendela untuk memastikan pesawat benar-benar aman.

"Hal-hal seperti ini memang terjadi, tidak mungkin untuk mengukur seberapa seringnya," kata dia.

Baca juga: Kemenhub Larang Boeing 737-9 MAX Milik Lion Air Terbang, Ini Dampaknya

Dua pesawat Boeing bermasalah dalam sepekan

Insiden yang menimpa maskapai Jepang ANA merupakan peristiwa kedua yang melibatkan pesawat Boeing dalam sepekan.

Sebelumnya, pesawat Boeing 737 MAX 9 milik Alaska Airlines mengalami ledakan di sisi badan pesawat pada Sabtu (6/1/2024).

Meski penerbangan Alaska juga mendarat dengan selamat bersama 174 penumpang dan enam awak, data penerbangan menunjukkan bahwa pesawat naik ke ketinggian 16.000 kaki (4.876 meter) sebelum kembali ke Bandara Internasional Portland Amerika Serikat.

Diberitakan Aljazeera, insiden ini membuat Alaska Airlines menghentikan operasional armada pesawat 737-9 miliknya.

Baca juga: Kronologi Pesawat Garuda Indonesia Rute Jakarta-Melbourne Putar Balik ke Bandara Soekarno-Hatta

Pada Jumat (12/1/2024), Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) mengatakan bahwa semua pesawat 737 MAX 9 akan tetap dilarang terbang sampai Boeing memberikan data lebih lanjut.

"Demi keselamatan pelancong Amerika, FAA akan tetap melarang terbang Boeing 737-9 MAX sampai inspeksi dan pemeliharaan ekstensif dilakukan dan data dari inspeksi ditinjau," ujarnya.

Regulator juga telah meluncurkan penyelidikan keselamatan atas insiden tersebut, yang merupakan masalah keselamatan penerbangan besar pertama Boeing sejak kecelakaan fatal 737 MAX pada 2018 dan 2019.

Pada Oktober 2018, pesawat Boeing 737 Max tidak diperbolehkan terbang selama hampir dua tahun setelah kecelakaan di Indonesia yang membuat 189 orang meninggal dunia.

Lima bulan berikutnya, pada Maret 2019, kecelakaan yang melibatkan jenis pesawat serupa kembali terjadi di Ethiopia, menyebabkan 157 orang meninggal dunia.

Baca juga: Kronologi Kecelakaan Pesawat yang Tewaskan Aktor Christian Oliver dan Dua Anaknya

Kala itu, pesawat baru diizinkan untuk terbang kembali setelah Boeing memperbarui sistem kontrol penerbangan otomatisnya yang salah aktif dalam kedua kecelakaan tersebut.

"Kami berupaya memastikan hal seperti ini tidak terjadi lagi," kata administrator FAA Mike Whitaker.

"Satu-satunya kekhawatiran kami adalah keselamatan para pelancong Amerika dan Boeing 737-9 MAX tidak akan kembali mengudara sampai kami benar-benar yakin bahwa kondisinya aman," lanjutnya.

Melalui sebuah pernyataan pada Jumat, Boeing menyambut baik pengumuman FAA dan mengatakan akan bekerja sama secara penuh dan transparan.

"Kami mendukung semua tindakan yang memperkuat kualitas dan keselamatan, dan kami mengambil tindakan di seluruh sistem produksi kami," tuturnya.

Baca juga: Kisah Viral, Penumpang Ambil Alih Kemudi Pesawat Usai Pilot Terlambat

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi