Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Panas Belum Berlalu, BMKG Ungkap Potensi Kenaikan Suhu Bumi pada 2024

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi suhu panas. Tahun 2023 secara resmi dinobatkan sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah sejak pencatatan suhu dilakukan pada 1850-an.
|
Editor: Mahardini Nur Afifah

KOMPAS.com - Cuaca panas yang melanda 2023 lalu dan tercatat sebagai tahun terpanas sepanjang 100.000 tahun terakhir belum berlalu.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap masih ada potensi kenaikan suhu bumi pada 2024.

Baca juga: BMKG Sebut Indonesia Dilanda El Nino dan Monsun Asia Saat Musim Hujan 2024, Apa Dampaknya?

Kepala Pusat Layanan Iklim BMKG Ardhasena Sopaheluwakan, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (12/1/2024), menyampaikan suhu bumi pada 2024 masih cenderung akan naik. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Trennya tahun ke tahun cenderung naik. Walaupun ada variasi, naik turun, tapi tren keseluruhan naik. Jadi 2024 bisa meneruskan tren cuaca panas 2023," kata dia.

Ardhasena membeberkan penyebab potensi kenaikan suhu bumi atau cuaca panas pada 2024.  

 

"Karena adanya pemanasan global dan perubahan iklim secara keseluruhan," imbuh Ardhasena.

Meskipun ada potensi cuaca panas 2024, BMKG masih akan melakukan analisis lanjutan untuk memprakirakan hal tersebut.

Baca juga: Cuaca Ekstrem Diprediksi hingga Februari 2024, BMKG Ungkap Penyebabnya

Perkiraan kenaikan suhu bumi pada 2024

Tak hanya BMKG yang memproyeksikan cuaca panas 2024, mantan ilmuwan terkemuka NASA, James Hansen turut menyampaikan kenaikan suhu bumi sebesar 1,5 derajat Celsius akan terjadi pada Mei 2024.

Kenaikan suhu bumi tersebut di atas ambang batas yang disepakati dalam Perjanjian Paris, yakni 1,5 derajat Celsius.

"Kita sekarang sedang dalam proses memasuki dunia dengan kenaikan suhu 1,5 derajat Celsius," kata dia, dilansir dari The Guardian.

Hansen mengungkap, kenaikan suhu bumi pada 2024 disebabkan karena adanya pemanasan global akibat pembakaran bahan bakar fosil.

Hal itu diperburuk dengan fenomena iklim El Nino yang secara berulang terjadi dengan alami.

El Nino adalah naiknya suhu permukaan laut di Samudera Pasifik di pantai barat Ekuador dan Peru yang lebih panas daripada rata-rata normalnya.

Sebagai fenomena, El Nino akan melemah pada Mei 2024. Namun, menurut Hansen, setelah El Nino yang biasanya meningkatkan rata-rata panas global mereda, rentang kenaikan suhu tahun berikutnya masih berada pada kisaran 1,5 derajat Celsius secara keseluruhan.

Pemanasan global juga diperkuat oleh emisi gas rumah kaca yang berdampak secara tidak langsung, seperti mencairnya es bumi.

Baca juga: 2023 Jadi Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah, Bagaimana dengan 2024?

2023 jadi tahun terpanas

Sebelumnya, layanan pemantau perubahan iklim bentukan Uni Eropa, Copernicus Climate Change Service (C3S) menetapkan 2023 sebagai tahun terpanas dalam 100.000 tahun terakhir.

Hampir setengah tahun pada 2023, kenaikan rata-rata suhu global mencapai 1,48 derajat celsius, hampir mendekati batas 1,5 derajat celsius yang disepakati dalam Perjanjian Paris.

”Ini juga merupakan tahun pertama dengan suhu harian lebih hangat 1 derajat dibandingkan periode pra-Industri,” ucap Samantha Burgess, Wakil Kepala Layanan Perubahan Iklim C3S, dikutip dari Kompas.id.

Sementara itu, World Meteorological Organization (WMO) alias badan cuaca dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga secara resmi telah menyatakan bahwa 2023 menjadi tahun terpanas sejak 1850.

WMO mencatat, rata-rata kenaikan suhu tahunan pada 2023 mencapai 1,45 derajat Celsius. Dikutip dari laman PBB, Juli dan Agustus tercatat sebagai dua bulan terpanas selama 2023.

Sekretaris Jenderal WMO, Prof. Celeste Saulo mengatakan, ada potensi tahun 2024 menjadi lebih panas lagi.

Hal itu lantaran fenomena La Nina yang digantikan dengan pemanasan El Nino pada pertengahan tahun 2023 biasanya akan berdampak besar pada suhu global setelah mencapai puncaknya sehingga membuat tahun 2024 menjadi lebih panas.

"Meskipun fenomena El Nino terjadi secara alami dan datang dan pergi dari tahun ke tahun, perubahan iklim jangka panjang semakin meningkat dan hal ini jelas disebabkan oleh aktivitas manusia," kata dia.

Oleh karena itu, Saulo mengingatkan perlunya pengurangan emisi gas rumah kaca dan percepatan energi terbarukan untuk mengantisipasi cuaca panas 2024 dan tahun-tahun mendatang.

Baca juga: Beda Prediksi BRIN dan BMKG soal Akhir Musim Hujan 2024

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi