Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Alami GTM dan Susah Makan, Ini Penjelasan dan Cara Mengatasinya

Baca di App
Lihat Foto
iStock/ozgurcankayaa
Ilustrasi kondisi gerakan tutup mulut pada anak.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

 

KOMPAS.com - Unggahan foto yang menampilkan seorang anak menolak saat disuapi makanan, ramai dibicarakan di media sosial.

Warganet lalu menyinggung soal gerakan tutup mulut atau GTM yang menyebabkan anak di bawah lima tahun (balita) susah untuk makan. 

Video mengenai anak yang disebut melakukan GTM awalnya diunggah oleh akun X @tanyarlfess pada Minggu (14/1/2024) pukul 15.38 WIB.

Foto tersebut memperlihatkan seorang ibu yang sedang menyuapi anaknya saat GTM dengan menggunakan terowongan buatan dari galon bekas air minum.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Anak kecil kalo GTM tuh emang aneh aneh ya? kasian ibunya,” tulis pengunggah.

Lantas, apa itu GTM yang dilakukan anak balita, penyebab dan cara mengatasinya?

Baca juga: 3 Alasan Kenapa Jumlah Gigi Dewasa dan Anak-anak Berbeda


Baca juga: Gejala dan Tanda-tanda Polio pada Anak yang Harus Diwaspadai Orangtua

Penjelasan dokter 

Dokter spesialis anak dari RS Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Aisya Fikritama menjelaskan, GTM merupakan istilah yang dipakai orang tua ketika anaknya tidak mau makan.

Aisya menuturkan, anak yang sedang melakukan GTM sebenarnya tidak berperilaku aneh dan termasuk wajar.

“Setiap anak akan mengalami fase GTM di hidupnya, dan ini merupakan perilaku yang normal terjadi,” kata Aisya saat dihubungi Kompas.com, Senin (15/11/2024).

Meskipun demikian, GTM yang tidak ditangani dengan tepat dan berada dalam jangka waktu tertentu, kondisi ini dapat membahayakan kesehatan anak.

Salah satu risiko jika anak yang GTM tidak ditangani dengan tepat adalah terganggunya tumbuh kembang anak yang dapat berujung pada stunting dan berat badan menurun.

Baca juga: Jangan Disepelekan, Kenali 6 Gejala Demam Berdarah pada Anak Berikut Ini

Penyebab dan gejala GTM pada anak

Lebih lanjut, pihaknya menjelaskan, penyebab utama anak melakukan GTM adalah inappropriate feeding practice, yang merujuk pada perilaku memberi makan yang tidak benar atau pemberian makanan yang tidak sesuai usia.

Seringkali, fase ini terjadi sejak awal masa penyapihan anak atau waktu dimulainya pemberian makanan pendamping air susu ibu (MPASI).

Menurutnya, pemberian makan yang sesuai dapat dilihat dari berbagai hal, seperti waktu pemberian yang tepat, kualitas dan kuantitas makanan, kebersihan penyajian dan penyiapan makanan, dan wajib sesuai dengan tahapan perkembangan anak.

“Jadi kalau masih 6 bulan, makanan yang diberikan harus pure. Kalau mulai 8-9 bulan ke bubur kasar. Nanti 10 bulan mulai makanan yang dicincang halus, lalu naik ke nasi tim, dan di umur 11-12 bulan, makanan yang diberikan sudah sesuai dengan makanan keluarga,” ungkapnya.

Pure biasanya terbuat dari sayuran atau kacang-kacangan yang sudah dimasak kemudian dihaluskan

Adapun penyebab lain dari GTM disebabkan karena faktor anak yang bosan, sedang sakit, tidak merasa lapar, dan adanya trauma pada makanan atau proses pemberian makanan karena pemaksaan.

Selain itu, ada pula perilaku dan kebiasaan buruk dari orang tua yang akhirnya membuat anak melakukan GTM. Perilaku tersebut di antaranya :

Selain itu, gejala GTM yang bisa dikenali orangtua yaitu dengan menutup rapat mulut saat akan makan, menyemburkan makanan, atau melepehkan kembali makanan yang sudah masuk ke dalam mulut.

Baca juga: Cara Atur Kontrol Orang Tua di YouTube Kids agar Aman Dipakai Anak

Cara mengatasi anak yang GTM

Aisya memberikan tips yang dapat dilakukan oleh orang tua apabila anak sedang melakukan GTM.

Pertama, orang tua harus mengatur jadwal makan utama dan makanan ringan secara teratur. Untuk aturannya, anak diberikan tiga kali makanan utama dan dua kali makanan di antara waktu makan utama.

“Untuk pemberian susu, orang tua dapat memberikannya sebanyak dua kali sehari dengan takaran 500-600 ml per hari,” tuturnya.

Kedua, Aisya menyarankan untuk membatasi waktu makan untuk anak dengan waktu maksimal selama 30 menit.

Selain itu, orang tua dapat membuat lingkungan yang menyenangkan, seperti makan bersama keluarga di meja makan atau tetap latih anak untuk makan di meja makan.

Ia juga memberikan saran orang tua agar mendorong anak supaya bisa makan sendiri. Ketika terjadi penolakan, tawarkan makanan tanpa memaksa.

Namun, jika masih tidak mau makan selama 10-15 menit, Aisya menyarankan untuk menyudahi proses memberi makanan.

Cara ini akan berguna untuk melatih anak agar mereka mengerti kapan waktu lapar dan kenyangnya sendiri.

“Untuk dont’s, jangan biasakan anak makan sambil melakukan aktivitas lain, jangan memberikan minuman selain air putih di antara waktu makan, dan jangan menjadikan makanan sebagai hadiah,” jelasnya.

Baca juga: Apa Itu Asam Folat, Zat yang Berguna Mencegah Stunting pada Anak?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi