Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Monyet Retro Hasil Kloning Ilmuwan China, Bisa Bertahan Hidup Lebih dari 3 Tahun

Baca di App
Lihat Foto
Nature Communications
Monyet rhesus hasil kloning dari peneliti China yang diberi nama Retro dalam kondisi baik dan telah hidup lebih dari 3 tahun.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Retro, seekor monyet rhesus jantan hasil kloning yang dilakukan para ilmuwan China, berhasil bertahan hidup selama lebih dari tiga tahun sejak kelahirannya.

Monyet rhesus adalah salah satu spesies monyet dunia lama (benua Afro-Eurasia) yang kini banyak ditemukan di kawasan Afghanistan hingga ke India utara dan China selatan.

Para ilmuwan mengeklaim, metode baru yang telah disempurnakan ini dapat memberikan strategi menjanjikan untuk kloning primata di masa depan.

Proses pembuatan dan pertumbuhan Retro tertuang dalam penelitian yang terbit dalam jurnal Nature Communications pada Selasa (16/1/2024).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilansir dari CNN, salah satu penulis penelitian dari Chinese Academy of Sciences Falong Lu mengungkapkan, Retro lahir pada 16 Juli 2020.

"Dia sekarang berusia lebih dari 3 tahun, baik-baik saja dan tumbuh kuat," kata Lu.

Baca juga: Kisah Tico, Anjing Mati yang Hidup Lagi Lewat Kloning dan Picu Kontroversi


Hasil kloning dengan teknik SCNT

Nama Retro atau ReTro, merupakan akronim dari salah satu teknik pembuatannya, trophoblast replacement atau penggantian trofoblas.

"Kami telah mencapai monyet rhesus hasil kloning pertama yang hidup dan sehat, merupakan sebuah langkah besar yang mengubah hal mustahil menjadi mungkin," kata Lu.

Retro bukanlah monyet rhesus pertama kali yang berhasil dikloning. Sebelumnya, pada 1997, monyet rhesus hasil kloning bernama Tetra diciptakan ilmuwan AS menggunakan teknik pembelahan embrio.

Teknik yang disebut embryo splitting ini meliputi memecah embrio kera tahap awal menjadi beberapa bagian, sehingga menghasilkan sepasang kembar identik secara genetik.

Hasil primata dari cara kloning yang relatif "sederhana" ini juga terkadang dikenal sebagai kembaran buatan.

Melalui studinya, para ilmuwan dari Chinese Academy of Sciences dan University of Chinese Academy of Sciences berhasil mengkloning monyet rhesus jantan sehat melalui teknik yang lebih kompleks, somatic cell nuclear transfer (SCNT).

 Baca juga: Studi Baru: AI Bisa Prediksi Kematian tetapi Musnahkan Misteri yang Buat Hidup Lebih Menarik

Dikutip dari IFL Science, SCNT adalah teknik yang memasukkan inti sel somatik (sel apa pun selain sel sperma atau sel telur) ke dalam sel telur "kosong" yang telah dihilangkan intinya.

Sel hasil rekonstruksi itu kemudian dirangsang untuk menjalani pembelahan sel dan berkembang menjadi organisme utuh.

Secara genetik, menurut ilmuwan, organisme hasil kloning ini identik dengan hewan yang menjadi donor inti sel somatik.

SCNT merupakan teknik serupa yang digunakan untuk mengkloning banyak spesies mamalia, termasuk "Dolly si domba" pada 1996.

Sejak itu, para ilmuwan telah mengkloning banyak mamalia, termasuk babi, sapi, kuda, dan anjing. Namun, tidak semua proses berjalan dengan lancar.

Kegagalan juga sempat terjadi saat mencoba mengkloning monyet rhesus sebelum penelitian oleh ilmuwan China.

Sebuah penelitian pada 2022 misalnya, mengeklaim bahwa kelahiran monyet rhesus hasil kloning sel somatik mati kurang dari 12 jam setelah kelahiran.

Baca juga: Sederet Ritual Miliarder Bryan Johnson untuk Putar Balik Usianya, Termasuk Minum 61 Pil Sehari

Menyempurnakan metode kloning

Namun, SCNT telah dibuktikan pada spesies monyet serupa lainnya. Pada 2018, para ilmuwan China yang sama menciptakan dua monyet cynomolgus, bernama Zhong Zhong dan Hua Hua.

Keduanya menandai primata pertama di dunia yang berhasil dikloning melalui SCNT dan hidup hingga saat ini.

Sementara itu, studi baru terhadap monyet rhesus ini bertujuan untuk lebih memahami mekanisme teknik kloning reproduksi primata dan menyempurnakan prosesnya.

Melalui penciptaan Retro, tim berhasil menyoroti kelainan cara informasi genetik dibaca oleh embrio kloning yang sedang berkembang dalam plasenta.

Mereka mengatasi masalah ini dengan mengembangkan metode baru untuk memastikan embrio hasil kloning berkembang dengan plasenta yang sehat.

 Baca juga: Saat Ilmuwan Temukan Gunung Laut Setinggi Dua Kali Burj Khalifa...

Para ilmuwan mengatakan, keberhasilan mengkloning monyet mungkin dapat membantu mempercepat penelitian biomedis.

Mengingat, saat ini terdapat keterbatasan mengenai apa yang dapat dipelajari para ilmuwan dari tikus laboratorium.

Penelitian terhadap primata bukan manusia, spesies yang lebih dekat dengan manusia, sangat penting bagi kemajuan medis untuk menyelamatkan nyawa, termasuk pembuatan vaksin.

Namun, penggunaan monyet dalam penelitian ilmiah merupakan isu kontroversial lantaran bersinggungan dengan etika terhadap kesejahteraan hewan.

Tim ilmuwan pun mengaku telah mengikuti hukum dan pedoman China yang mengatur penggunaan primata bukan manusia dalam penelitian ilmiah.

Baca juga: Dijuluki Planet Merah, Ilmuwan Temukan Langit Malam Mars Berwarna Hijau

Bukti kloning manusia sulit dan tidak diperlukan

Di sisi lain, ilmuwan di Pusat Bioteknologi Nasional (CNB-CSIC) Spanyol, Luis Montoliu, yang tidak terlibat penelitian terbaru menyampaikan, keberhasilan kloning kedua spesies monyet di China menunjukkan dua hal.

"Pertama, kloning primata bisa dilakukan. Kedua, yang tidak kalah penting, sangat sulit untuk berhasil melakukan eksperimen ini dengan efisiensi yang rendah," katanya.

Dia menambahkan, rendahnya tingkat keberhasilan proses reproduksi ini menunjukkan bahwa kloning manusia bukan hanya tidak diperlukan dan diperdebatkan.

Melainkan, menurutnya, jika dicoba, kloning manusia akan sangat sulit dan tidak dapat dibenarkan secara etika.

Lu pun menyampaikan, kloning terhadap manusia tidak dapat diterima.

"Kloning reproduksi manusia sama sekali tidak dapat diterima," tandas Lu.

Baca juga: Ilmuwan Menduga Spesies Manusia Purba Mungkin Masih Ada di Pulau Flores

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi