Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Ingatkan Ada "Negative Campaign" dan "Black Campaign", Apa Itu?

Baca di App
Lihat Foto
Ilustrator: Kompas.com/Andika Bayu Setyaji
Ilustrasi kampanye pemilu.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Pengamat politik Universitas Al Azhar Ujang Komarudin mengungkapkan ada  sejumlah kampanye yang perlu diwaspadai saat masa Pemilihan Umum (Pemilu) dan pemilihan presiden (Pilpres) 2024 saat ini.

Dua kampanye tersebut yaitu kampanye negatif (negative campaign) dan kampanye hitam (black campaign).

“Masyarakat harus hati-hati terhadap dua model kampanye itu,” ujar Ujang kepada Kompas.com, Sabtu (20/1/2024).

Diketahui, saat ini Pemilu dan Pilpres 2024 sedang dalam masa kampanye hingga 10 Februari 2024.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan adanya kampanye akbar di 38 provinsi Indonesia yang berlangsung mulai 21 Januari 2024 sampai dengan 7 Februari 2024.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, apa itu negative campaign dan black campaign?

Baca juga: Jadwal, Tata Tertib, dan Larangan Kampanye Akbar 2024

Mengenal perbedaan negative campaign dan black campaign

Ujang menuturkan, terdapat perbedaan yang mencolok antara kampanye negatif dan kampanye hitam.

“Kalau kampanye negatif itu, masih boleh dilakukan. Tapi kalau kampanye hitam, tidak boleh, itu pidana. Meski keduanya sama-sama buruk untuk dilakukan,” ungkapnya.

Lebih lanjut, kampanye negatif adalah bentuk kampanye yang membeberkan sejumlah kelemahan atau kekurangan dari lawan politiknya.

Kampanye negatif sesuai dengan data atau fakta yang ada. Misalnya, kejadian masa lalu atau kebijakan yang pernah diambil lawan politik.

Sementara, kampanye hitam adalah cara berkampanye yang menyerang lawan politik namun tidak menggunakan data.

Sehingga, hal tersebut bukan sebuah kebenaran, namun berupa tuduhan atau hoaks. Misalnya, kampanye model menyerang lawan politik dengan unsur ras, agama, atau kelompok tertentu.

“Mendiskreditkan lawan politik melalui negative campaign dan membunuh karakter dengan black campaign,” ucap Ujang.

Oleh karena itu, diharapkan masing-masing calon pemimpin pada Pemilu 2024 dapat memberikan kedewasaan berpolitik kepada masyarakat.

Baca juga: Selalu Populer Menjelang Pemilu, Apa Itu Golput?

Cara masyarakat menanggapi

Ujang menilai, kampanye negatif dan kampanye hitam sulit untuk dihindari oleh masyarakat.

Sehingga, masyarakat disarankan harus memverifikasi atau banyak bertanya kepada orang yang lebih mengerti agar tidak termakan opini yang dibawa oleh dua model kampanye tersebut.

“Kan ada istilah ‘malu bertanya, sesat di jalan’. Ketika masyarakat tidak ingin termakan opini dari dua model kampanye tersebut, yaitu dengan banyak bertanya kepada orang yang lebih memahami terkait politik dan hukum,” tutur Ujang.

“Karena kalau hanya sendirian, tidak bertanya, kemungkinan besar akan termakan dua model kampanye tersebut,” lanjutnya.

Masyarakat sebaiknya juga mencari sumber informasi yang kredibel. Namun tak hanya satu, masyarakat diharapkan juga mencari sumber informasi pembanding atau beberapa sumber lain.

Selain itu, menurut Ujang, masyarakat bisa memilah-milah secara bijak informasi yang didapatkan.

“Apapun informasinya, bisa dipilah-pilah, bisa kita bedakan. Mana kampanye baik, mana kampanye buruk,” paparnya.

“Negative campaign dan black campaign akan kelihatan dalam konteks norma-norma kehidupan sehari-hari,” imbuhnya.

Baca juga: Jadwal Pemungutan Suara Pemilu 2024 di Luar Negeri

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi