Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Notifikasi Letusan Gunung Merapi Muncul di Ponsel, Ini Kata BPPTKG

Baca di App
Lihat Foto
X
Tangkapan layar soal notifikasi letusan vulkanik Gunung Merapi yang ramai di media sosial.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Unggahan tangkapan layar yang memperlihatkan notifikasi di ponsel terkait adanya letusan vulkanik di Gunung Merapi, ramai di media sosial.

Unggahan tersebut dimuat di akun media sosial X (Twitter) @merapi_uncover, Minggu (21/1/2024) yang diunggah sekitar pukul 23.30 WIB.

Dalam unggahan tertulis bahwa notifikasi tersebut adalah peringatan dini yang disebarkan untuk masyarakat.

"Yang lagi rame di bicarakan Netizen, notifikasi letusan Vulkanik Gunung Merapi di google maps," tulis pengunggah.

"Sing tenang lur, notifikasi tersebut merupakan peringatan dini, yang di kelola tim Google. Sedangkan Merapi sendiri juga ada lembaga yang memantau 24 jam, yaitu BPPTKG. Selain itu chanel2 YouTube yang menyiarkan langsung juga banyak," sambungnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hingga Senin (22/1/2024) siang, unggahan tersebut sudah dilihat sebanyak 131.600 kali dan mendapatkan lebih dari 50 komentar dari warganet.

Beberapa warganet mengungkapkan bahwa mereka terkejut saat menerima notifikasi tersebut.

"Kaget dapet notif ginian," tulis akun @PenyambutSenja.

"Lagi bikin laporan terus dapet notif ini juga gw kaget dikit ngga ngaruh," tulis akun @lvlykooo.

Lantas, benarkah notifikasi tersebut merupakan peringatan dini terkait adanya gempa?

Baca juga: Benarkah Pesawat Saat Terbang Tak Bisa Selamat dari Gempa dan Tsunami?

Penjelasan BPPTKG

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso mengatakan, menurutnya, notifikasi tersebut terjadi saat erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada Minggu (21/1/2024).

Meski begitu, ia menegaskan bahwa notifikasi letusan vulkanik di Gunung Merapi yang ada dalam unggahan bukanlah sebuah peringatan dini.

"Itu sepertinya informasi diambil dari MAGMA Indonesia terkait erupsi yang terjadi kemarin," ujarnya saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin (22/1/2024).

"Itu berarti hanya meneruskan informasi saja dari MAGMA Indonesia dan bukan peringatan dini gempa yang sedang terjadi," sambungnya.

Meski demikian, pihaknya mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan waspada terkait adanya informasi erupsi Gunung Merapi.

"Informasi tersebut bisa dipercaya selama itu berdasar sumber terpercaya," pungkasnya.

MAGMA Indonesia (Multiplatform Application for Geohazard Mitigation and Assessment in Indonesia) sendiri adalah aplikasi multiplatform, web dan mobile yang memuat informasi dan rekomendasi kebencanaan geologi terintegrasi.

Dikutip dari laman Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), beberapa informasi kebencanaan tersebut meliputi gunung api, gempa bumi, tsunami, dan gerakan tanah yang disajikan kepada masyarakat secara kuasi-realtime dan interaktif.

MAGMA Indonesia dibuat dan dikembangkan secara mandiri oleh PNS Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sejak 2015 dengan menggunakan teknologi terkini berbasis open-source.

Prinsip utama MAGMA Indonesia yakni mengubah data menjadi informasi dan rekomendasi yang mudah dipahami oleh masyarakat umum.

Baca juga: Daftar Gunung Berstatus Siaga dan Waspada per Desember 2023, Termasuk Marapi dan Merapi

Gunung merapi memasuki fase erupsi efusif

Sebelumnya, Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sudah memasuki fase erupsi efusif sejak 4 Januari 2021.

Akibatnya, awan panas guguran di Gunung Merapi sering kali terjadi lantaran dipicu curah hujan yang tinggi di puncak.

"Kemudian dengan adanya curah hujan yang tinggi itu juga memicu keluarnya suplai magma tersebut ke permukaan. Kemudian membentuk awan panas seperti yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini," ujar Agus dikutip dari Kompas.com, Senin.

Saat ini, BPPTKG masih menetapkan aktivitas Gunung Merapi di level III atau Siaga, sejak status tersebut diberlakukan pada 5 November 2020.

Langkah tersebut masih dilakukan hingga sekaranf karena jarak luncur awan panas guguran masih berada di dalam radius bahaya yang direkomendasikan.

Menurutnya, aktivitas erupsi efusif Gunung Merapi diperkirakan belum akan berakhir dalam waktu dekat. Sebab sampai saat ini suplai magma masih berlangsung.

"Ini sudah menjadi kebiasaan Merapi selama tiga tahun ini dan yang penting jarak luncur dari awan panas ini tidak membahayakan penduduk di pemukiman," jelasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi