Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warganet Soroti Cuaca yang Sebentar Hujan Sebentar Panas, Apa Penyebabnya?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/SONTORN CHUAYMOH
Ilustrasi hujan.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Sejumlah warganet menyoroti cuaca Indonesia yang belakangan tak menentu, di mana sehabis hujan langsung panas, kemudian kembali turun hujan.

"Ini cuaca maunya apa, sebentar panas sebentar hujan deres nanti panas lagi nanti tiba tiba langsung turun deres," komen akun @adinatazain di media sosial X, Minggu (21/1/2024).

"Hujan, panas, angin kencang kok cuma sebentar," balas akun @Suka_Konten.

Sementara akun @xrfitzy_ menyatakan wilayahnya dilanda hujan sebentar tapi kemudian panas lagi dan awan hitam hanya lewat saja di langit.

"Cuaca hari ini: sebentar terang, sebentar mendung gelap, sebentar hujan+angin, sebentar hujan+panas," tulis akun @anismashlihatin.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lalu, apa yang membuat cuaca Indonesia berganti-ganti antara panas dan hujan dalam waktu singkat?

Baca juga: BMKG Ungkap Alasan Hawa Gerah Saat Musim Hujan


Penjelasan BMKG

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) mengungkapkan penyebab cuaca Indonesia berubah-ubah antara hujan dan panas padahal sekarang masih musim hujan.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, pergantian cuaca antara hujan dan panas terjadi akibat hembusan angin Monsun Asia.

Monsun Asia adalah angin yang bertiup pada Oktober-April di Indonesia saat Matahari berada di belahan Bumi selatan.

"Saat ini, Indonesia dipengaruhi dua fenomena El Nino dan Monsun Asia sehingga perawanan terbentuk silih berganti," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Senin (22/1/2024).

"Terkadang hujan bila Monsun Asia menguat dan cerah bila Monsun Asia melemah," lanjut dia.

Guswanto menjelaskan, hembusan Monsun Asia menarik uap air yang basah dari perairan Samudra Hindia atau Laut Natuna. Ketika angin itu menguat, uap air akan lebih banyak membentuk awan yang lama-kelamaan menimbulkan hujan.

Sebaliknya, hembusan Monsun Asia yang lemah tidak akan membawa uap air atau hanya angin kering. Angin ini tidak menghasilkan hujan.

"Monsun melemah atau menguat itu tergantung karena tekanan udara," lanjutnya.

Udara akan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Suhu dingin membuat tekanan udara suatu wilayah menjadi tinggi. Sementara wilayah dengan tekanan udara rendah bersuhu rendah.

Ini berarti, wilayah yang suhunya dingin akan punya tekanan udara tinggi sehingga mendatangkan hembusan Monsun Asia yang kuat dan mendatangkan hujan.

Hal tersebut berlaku sebaliknya. Wilayah dengan suhu panas akan punya tekanan udara rendah sehingga Monsun Asia lemah dan tidak turun hujan.

Selain itu, Guswanto menambahkan, perubahan antara hujan dan panas yang terjadi dengan cepat dipengaruhi oleh Siklon Tropis Anggrek.

Siklon Tropis Anggrek adalah siklon tropis yang dapat membawa angin kencang, hujan lebat, banjir, dan gelombang pasang.

Baca juga: Siklon Tropis Anggrek Muncul di Wilayah Indonesia, Apa Dampaknya?

Hujan saat Matahari bersinar

Lebih lanjut, Guswanto menuturkan, hujan dapat turun meskipun Matahari bersinar terik.

"Kalau hujan, Mataharinya panas, biasanya hanya sesaat. Faktor lokal di pemanasan lokalnya," kata dia.

Menurutnya, sinar Matahari akan memanaskan wilayah di bawahnya sehingga menimbulkan uap air. Uap air itu kemudian terkonveksi sehingga turun hujan.

Dia menambahkan, kondisi hujan dan panas yang silih berganti tidak akan terjadi selama musim hujan berlangsung.

"Atmosfer kita terbuka sehingga hari ini seperti itu (tapi) besok sudah berubah. Tergantung sistem pembentuknya di udara," tambahnya.

Guswanto menyebut, curah hujan ini dipengaruhi oleh kadar sinar Matahari, tekanan udara yang tinggi atau rendah, serta hembusan angin di suatu wilayah. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi