Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Direktur Perkumpulan Strada
Bergabung sejak: 4 Jan 2024

Odemus Bei Witono, Direktur Perkumpulan Strada, Mahasiswa Doktoral Filsafat STF Driyarkara Jakarta

Kontroversi AI Generatif dan Dampaknya terhadap Pendidikan

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Zapp2Photo
Ilustrasi artificial intelligence (AI), kecerdasan buatan.
Editor: Sandro Gatra

PADA akhir 2022, ada peristiwa besar peluncuran ChatGPT, terobosan dalam kecerdasan buatan generatif (GenAI).

Inovasi ini tidak hanya memunculkan antusiasme dan kekaguman atas kemampuan GenAI dalam menghasilkan teks yang luar biasa, tetapi juga memicu gelombang kontroversi yang mendalam seputar dampak dan risiko etika yang mungkin terjadi pada berbagai sektor, khususnya dalam dunia pendidikan.

ChatGPT, sebagai alat GenAI yang revolusioner, membawa perubahan signifikan dalam cara kita berinteraksi dengan teknologi.

Meskipun demikian, muncul pertanyaan kritis seputar bagaimana GenAI, termasuk ChatGPT, dapat membentuk dan mengubah secara menyeluruh lanskap pendidikan, sebagaimana diuraikan oleh UNESCO (2023) dalam panduan mereka yang tertuang dalam buku "Guidance for Generative AI in Education and Research".

Dalam konteks tersebut, terdapat berbagai aspek kontroversi yang muncul seiring dengan meningkatnya popularitas dan penetrasi GenAI, bersama dengan risiko etika yang melekat dan implikasi terhadap pendidikan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kendati teknologi kecerdasan buatan sungguh bermanfaat, ada sejumlah aspek krusial yang muncul dari kontroversi seputar GenAI di antaranya kemiskinan digital, permasalahan etika dalam pelatihan model, penggunaan konten tanpa izin, ketidakjelasan model, dan potensi ancaman deepfake yang semakin canggih.

Selain itu, kita akan mengeksplorasi bagaimana pemahaman terhadap dunia nyata dan keberagaman pendapat mungkin terpengaruh oleh penggunaan GenAI dalam lingkungan pendidikan.

Melalui analisis mendalam ini, kita akan mendapatkan wawasan yang lebih baik tentang bagaimana GenAI, seperti ChatGPT, dapat membentuk masa depan pendidikan dan bagaimana kita sebagai masyarakat dapat mengelola teknologi secara etis untuk mencapai kemajuan positif.

Kontroversi pertama, kemiskinan digital dan kesenjangan akses. Salah satu dampak signifikan GenAI menurut UNESCO (2023) adalah kemiskinan digital yang muncul akibat ketergantungan pada data besar dan daya komputasi.

Hal ini menciptakan kesenjangan akses dan "kemiskinan data" di negara-negara yang tidak memiliki infrastruktur memadai, mengancam kesesuaian GenAI dengan kebutuhan komunitas di wilayah yang kurang maju.

Kedua, regulasi dan kontrol demokratis. Menurut UESCO (2023) tantangan serius muncul karena kekurangan ketaatan terhadap regulasi, menyulitkan lembaga pemerintah untuk mengatur aspek hukum dan etika GenAI.

Kontrol demokratis yang terbatas menimbulkan keprihatinan, memerlukan regulasi yang tepat untuk memastikan pengembangan GenAI sesuai dengan kepentingan publik.

Ketiga, pandangan kritis terhadap model pelatihan. Dalam hal ini diperlukan pandangan kritis terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam model pelatihan GenAI menyoroti kesenjangan dalam kontrol model.

Peneliti, guru, dan pelajar perlu mengadopsi sikap kritis terhadap perkembangan GenAI.

Keempat, penggunaan dan implikasi konten tanpa izin. Penggunaan data dari internet tanpa izin menimbulkan tuntutan pelanggaran hak kekayaan intelektual.

Pendidikan dan penelitian perlu mempertimbangkan aspek hukum internasional dan kepatuhan terhadap regulasi untuk menghindari pelanggaran.

Kelima, ketidakjelasan model dan dampaknya. Model GenAI, terutama jaringan syaraf tiruan (JST), sering dianggap sebagai 'kotak hitam,' meningkatkan masalah kepercayaan. Kesadaran akan keterbatasan ini perlu ditanamkan dalam pendidikan dan penelitian.

Keenam, cemaran konten AI di internet. Data pelatihan dari internet sering mengandung bahasa diskriminatif, menciptakan masalah konten GenAI yang tersebar luas. Pendidikan dan penelitian perlu mewaspadai materi yang dapat merugikan pelajar.

Ketujuh, kurang pemahaman tentang dunia nyata. UNESCO (2023) mengungkapkan bahwa GPT dan model serupa dapat menghasilkan teks tanpa pemahaman makna, menimbulkan risiko kepercayaan pada keluaran GenAI tanpa pemahaman bahasa dan dunia nyata.

Kedelapan, ancaman deepfake yang lebih canggih. Generative Adversarial Networks (GAN) dapat menciptakan deepfake yang sulit dibedakan dari gambar atau video asli.

Pendidikan perlu meningkatkan kesadaran akan risiko ini dan melindungi hak cipta serta privasi pengguna.

Seiring dengan perkembangan teknologi GenAI, pengetahuan dan pemahaman yang mendalam menjadi kunci untuk mengelola dampaknya secara efektif dalam masyarakat dan pendidikan.

Pentingnya kesadaran terhadap potensi bias yang mungkin terkandung dalam algoritma GenAI harus menjadi fokus utama dalam upaya memitigasi risiko dan memastikan keadilan.

Pendidikan harus berperan sebagai tonggak utama dalam membentuk kesadaran ini, mengajarkan siswa, peneliti, dan praktisi pendidikan untuk mengenali dan mengatasi potensi bias yang dapat muncul dalam aplikasi GenAI.

Sikap kritis terhadap informasi yang dihasilkan oleh GenAI, seperti ChatGPT, juga menjadi landasan penting.

Penggunaan alat ini harus disertai dengan keterampilan analisis kritis, memungkinkan individu untuk menilai keandalan dan relevansi informasi yang diberikan. Dengan begitu, masyarakat dapat menghindari risiko menyebarnya informasi yang tidak valid atau bias.

Pemahaman risiko deepfake dalam konteks GenAI menjadi perhatian serius. Kecanggihan Generative Adversarial Networks (GAN) membawa potensi ancaman terhadap hak cipta, privasi pengguna, dan integritas informasi.

Oleh karena itu, upaya edukasi dan penelitian harus difokuskan pada pemahaman mendalam tentang teknologi deepfake, serta langkah-langkah perlindungan yang dapat diambil untuk mengurangi dampak negatifnya.

Privasi dalam berbagi gambar online perlu dilindungi. Penggunaan GenAI, kebijakan privasi yang kuat dan penerapan standar etika dalam pengumpulan dan pengolahan data menjadi sangat penting.

Pendidikan dan penelitian perlu mencurahkan perhatian pada upaya mengembangkan panduan dan praktik terbaik guna mendorong penggunaan GenAI secara etis dan menghormati privasi individu.

Terakhir, pemahaman lebih baik tentang keterbatasan dan risiko yang terkait dengan GenAI menjadi esensial dalam mengarahkan penggunaan teknologi ke arah positif.

Pendidikan harus menjadi pilar dalam memberikan pengetahuan yang diperlukan untuk mengelola GenAI dengan bijak.

Peraturan yang melindungi hak dan kepemilikan perlu diperkuat untuk menciptakan lingkungan yang aman dan adil dalam pemanfaatan GenAI di berbagai sektor, termasuk pendidikan dan penelitian.

Dengan mengintegrasikan kesadaran akan bias, sikap kritis, pemahaman risiko deepfake, dan perlindungan privasi sebagai komponen inti pendidikan dan penelitian, kita dapat memastikan bahwa kemajuan GenAI memberikan kontribusi positif pada perkembangan masyarakat dan pendidikan di masa depan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi