KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) dan Inggris menangguhkan aliran donasinya terhadap UNRWA yang dimulai pada Jumat (26/1/2024).
Penangguhan donasi juga dilakukan oleh negara-negara Barat, seperti Jerman, Italia, Belanda, Swiss, Finlandia, Australia, dan Kanada.
Penangguhan donasi kepada UNRWA itu dilatarbelakangi oleh tuduhan Israel kepada sejumlah staf lembaga di bawah Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut ikut berkontribusi pada serangan 7 Oktober 2023.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mengatakan, setidaknya ada 12 staf UNRWA yang diduga mengambil peran dalam serangan 7 Oktober 2023.
“Meskipun saya memahami keprihatinan mereka, saya sendiri merasa ngeri dengan tuduhan-tuduhan ini. Saya sangat mengimbau pemerintah-pemerintah yang telah menangguhkan kontribusinya untuk, setidaknya, menjamin kelangsungan operasi UNRWA," kata Guterres dikutip dari The Guardian, Minggu (28/1/2024).
Lantas, apa itu UNRWA?
Baca juga: Putusan Sementara Mahkamah Internasional, Apa Artinya Bagi Perang di Gaza?
Tentang UNRWA
Dilansir dari Al Jazeera, United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees (UNRWA) adalah badan bantuan untuk masyarakat Palestina di bawah PBB.
Didirikan pada 1949, UNRWA menangani puluhan ribu warga Palestina yang terusir dari tanah mereka.
Badan PBB itu beroperasi di Jalur Gaza dan Tepi Barat, Yerusalem Timur. Selain itu, UNRWA juga beroperasi di Yordania, Lebanon, dan Suriah yang merupakan negara tetangga tempat pengungsi Palestina berlindung.
Mereka memberikan bantuan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan dasar dan kejuruan, pelayanan kesehatan, layanan sosial, perbaikan infrastruktur, keuangan mikro, dan tanggap darurat.
Sumber dana dari UNRWA hampir seluruhnya berasal donasi, selain subsidi terbatas dari PBB yang digunakan secara eksklusif untuk biaya administrasi.
UNRWA memainkan peran kemanusiaan terpenting di Gaza dengan sekitar 3.000 staf inti berada di wilayah itu.
Baca juga: Bayi di Gaza Ditemukan Selamat Setelah Semalam Terjebak Reruntuhan
Kondisi keuangan terbatas
Gunnes mengatakan, UNRWA hanya punya waktu beberapa minggu sebelum mereka kehabisan uang untuk bantuan penting di Gaza.
Ia juga berharap kepada negara-negara Arab untuk mengatasi permasalahan keuangan UNRWA tersebut.
“Pesan saya kepada dunia Arab, khususnya negara-negara Teluk, di mana Anda berada? Karena mereka menghasilkan miliaran setiap hari dari pendapatan minyak," ujarnya.
Sebagian kecil dari pendapatan minyak tersebut akan membuat masalah keuangan UNRWA hilang dalam sekejap. Kesenjangan yang tidak masuk akal yang ditimbulkan oleh negara-negara Barat ini akan segera terisi,” sambungnya.
Menurutnya, banyak warga di Timur Tengah kini menghadapi kelaparan, sehingga negara-negara Arab perlu mengambil tindakan untuk mengatasi hal ini.
Baca juga: Siapa Itu Motaz Azaiza, Jurnalis Palestina yang Akhirnya Keluar dari Gaza
Penangguhan donasi tuai kecaman
Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini mengatakan, penangguhan donasi adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab.
“Akan sangat tidak bertanggung jawab jika memberikan sanksi kepada sebuah Badan dan seluruh komunitas yang dilayaninya karena tuduhan tindakan kriminal terhadap beberapa individu, terutama pada saat perang, pengungsian dan krisis politik di wilayah tersebut,” tuturnya.
Sementara pengacara sekaligus mantan direktur dari kantor hukum untuk UNRWA, Johann Soufi mengatakan, memberi sanksi kepada UNRWA sama dengan menghukum penduduk Gaza keseluruhan.
“Memberi sanksi kepada UNRWA yang hampir tidak bisa menjaga seluruh penduduk Gaza tetap hidup, sama saja dengan menghukum secara kolektif penduduk Gaza yang hidup dalam kondisi kemanusiaan yang sangat buruk,” kata Johann.
Mantan juru bicara UNRWA Chris Gunness menilai, ada serangan politik terkoordinasi terhadap badan PBB tersebut.
“Israel mengatakan mereka tidak bisa memenangkan perang di Gaza kecuali UNRWA dibubarkan. Jadi sinyal lebih jelas apa yang Anda inginkan?” ucapnya.
Baca juga: Mengenang dr Mueen, Alumni UGM dan UNS yang Jadi Korban Serangan Israel di Gaza
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.