KOMPAS.com - Vitamin D adalah salah satu nutrisi penting untuk menjaga kesehatan tubuh seseorang.
Meski begitu, terdapat sejumlah kelompok orang yang berpotensi kekurangan vitamin D. Sebab, sejumlah kondisi dapat memengaruhi penyerapan atau produksi vitamin D tersebut.
Dikutip dari ClevelandClinic (2/8/2022), vitamin D memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan kalsium dalam darah dan tulang.
Vitamin jenis ini dibutuhkan agar tubuh dapat menggunakan kalsium dan fosfor untuk membangun dan memelihara tulang serta mendukung kesehatan jaringan.
Lantas, siapa saja kelompok orang yang berpotensi kekurangan vitamin D?
Baca juga: Apa yang Terjadi jika Mengonsumsi Vitamin E Setiap Hari?
Baca juga: Ramai soal Vitamin A Disebut Bisa Mengurangi Mata Minus, Benarkah?
6 kelompok orang berpotensi kekurangan vitamin D
Dilansir dari WebMD (15/11/2022), berikut setidaknya enam kelompok orang yang berpotensi kekurangan vitamin D:
1. Orang yang menjalankan pola makan vegan ketatSeseorang yang jarang mengonsumsi makanan sehat, terutama memiliki kandungan vitamin D, dapat meningkatkan risiko kekurangan vitamin D.
Biasanya, hal ini terjadi pada seseorang yang mengikuti pola vegan yang ketat. Pola makan vegan sendiri hanya mengonsumsi makanan atau minuman hewani, termasuk keju dan susu.
Pasalnya, sebagian besar sumber alami vitamin D berasal dari hewani, seperti ikan, telur, susu, dan hati sapi.
2. Orang yang jarang terpapar sinar matahariOrang-orang yang jarang keluar rumah atau memiliki pola hidup yang jarang terpapar sinar matahari, memicu terjadinya defisiensi vitamin D.
Orang yang dimaksud seperti mereka yang bekerja pada malam hari atau pekerjaannya bisa dilakukan hanya di dalam rumah.
Hal itu dikarenakan tubuh dapat memproduksi vitamin D sendiri ketika kulit seseorang terkena sinar matahari.
3. Orang berkulit gelapKekurangan vitamin D dapat berpotensi tinggi dialami oleh orang yang memiliki kulit gelap.
Pasalnya, pigmen melanin akan mengurangi kemampuan kulit untuk membuat vitamin D sebagai respons paparan sinar matahari.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang lanjut usia dengan kulit lebih gelap berisiko tinggi mengalami kekurangan vitamin D.
Baca juga: Waktu Terbaik untuk Minum Vitamin A, B, C, D, dan E
4. Orang lanjut usiaBagi orang lanjut usia (lansia), akan berpotensi lebih tinggi mengalami permasalahan kekurangan vitamin D.
Hal itu karena seiring bertambahnya usia, kemampuan ginjal untuk mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya berkurang.
Meski begitu, remaja dan dewasa juga bisa mengalami kekurangan vitamin D jika mereka memiliki permasalahan pada ginjalnya.
5. Penderita penyakit pencernaan kronisSejumlah orang yang menderita penyakit tertentu, seperti penyakit Crohn, fibrosis kistik, dan penyakit celiac memiliki potensi tinggi kekurangan vitamin D.
Pasalnya, beberapa penyakit tersebut akan mempengaruhi kemampuan usus dalam tugasnya menyerap vitamin D dari makanan yang dikonsumsi.
6. Orang obesitasPotensi tinggi kekurangan vitamin D juga dapat dialami oleh orang yang memiliki berat badan berlebihan atau obesitas.
Diketahui, vitamin D diekstraksi dari darah oleh sel-sel lemak, mengubah pelepasannya ke dalam sirkulasi.
Sehingga orang dengan indeks massa tubuh 30 atau lebih dari itu, akan memiliki kadar vitamin D dalam darah yang rendah.
Baca juga: Ada Vitamin K, Mengapa Tidak Ada Vitamin F, G, H, I, dan J?
Bahaya kekurangan vitamin D
Perlu diketahui, kekurangan vitamin D yang kronis dan atau parah dapat memicu sejumlah masalah kesehatan.
Kekurangan vitamin D dapat memengaruhi penyerapan kalsium oleh usus yang menyebabkan hipokalsemia dan hipofosfatemia.
Hipokalsemia adalah kondisi ketika kadar kalsium rendah dalam darah. Sementara hipofosfatemia saat kadar fosfat dalam darah terlalu rendah.
Hipokalsemia tersebut akan mengakibatkan terjadinya hiperparatiroidisme sekunder atau kelenjar paratiroid terlalu aktif berusaha menjaga kadar kalsium darah tetap normal.
Kedua masalah tersebut, jika parah, dapat menimbulkan sejumlah gejala, seperti merasa lemah, kelelahan, kram otot, bahkan depresi.
Hiperparatiroidisme sekunder itu kemudian akan mengambil kalsium dari tulang, yang menyebabkan percepatan demineralisasi tulang atau kondisi ketika tulang rusak lebih cepat.
Hal itu kemudian membuat seseorang menderita osteomalacia (tulang lunak) pada usia dewasa dan rakhitis pada anak-anak, yang meningkatkan risiko patah tulang.
Terlebih pada anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan, demineralisasi akan membuat tulang menjadi bengkok.
Baca juga: Apa yang Terjadi jika Mengonsumsi Vitamin D Setiap Hari?
Cara meningkatkan vitamin D
Menurut Kementerian Kesehatan, kebutuhan vitamin D per hari umumnya 600 unit internasional (IU) atau 15 mikrogram untuk semua orang berusia 1-70 tahun.
Jumlah tersebut biasanya dapat dicukupi dengan mengonsumsi makanan tinggi zat besi dan lewat berjemur di bawah sinar matahari.
Untuk orang lansia di atas 70 tahun, disarankan mengonsumsi vitamin D 800 IU guna mengoptimalkan kesehatan tulang.
Adapun batas atas aman konsumsi vitamin D yaitu 4.000 IU. Dokter mungkin meresepkan lebih dari 4.000 IU untuk memperbaiki kekurangan vitamin D parah atau punya kondisi kesehatan tertentu.
Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh Ketika Minum Vitamin C Setiap Hari?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.