Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PNS
Bergabung sejak: 31 Okt 2022

Saat ini bekerja sebagai periset di Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas, BRIN

Seblak dan "Vibes Kabupaten"

Baca di App
Lihat Foto
THINKSTOCKS/IPOPBA
Ilustrasi media sosial
Editor: Sandro Gatra

APAKAH kedua istilah di judul berhubungan? Bila pertanyaan tersebut diajukan ke netizen, mereka akan menjawab Ya.

Kalau Anda tak percaya, sila berselancar di media sosial X. Anda akan disuguhi berbagai VT viral dengan tema hastag "vibes kabupaten".

Awalnya, saya kesulitan memahami istilah kekinian dengan hastag vibes kabupaten. Saat dicermati dengan penuh penghayatan, ternyata VT menghadirkan cewek-cewek (bukan perempuan maupun wanita, mengingat rentang usia remaja) yang menggunakan outfit tertentu saat membeli seblak.

Iseng mencari di kamus bahasa Inggris, kata vibes memiliki makna ‘getaran’. Sepertinya kata vibes sudah mengalami perluasan makna menjadi ‘suasana suatu tempat seperti yang dikomunikasikan dan dirasakan oleh orang lain.’

Sederhananya, vibes dapat dimaknai sebagai suasana yang dirasakan (Siapa saja boleh tidak setuju dengan pemaknaan ini, lho). Bila ditambahkan dengan kata “kabupaten”, kita dapat memaknai dengan suasana di kabupaten.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, mengapa kabupaten?

Sebentar, vibes kabupaten ini biasanya ditujukan kepada mereka yang menggunakan outfit tertentu yang dianggap oleh “orang kota” sebagai outfit yang “enggak banget” alias “tidak kekinian.”

Di sini tampak kalau kata kabupaten di-paksakan menjadi antonim kata kota. Padahal sejak dahulu kebanyakan orang memaklumi kalau antonim kata kota adalah desa, meski tidak dicantumkan secara ter-tulis. Bahkan lirik lagu pun mempertegas, “Pamanku datang dari desa.”

KBBI makin meyakinkan kalau desa adalah antonim kota. Desa didefinisikan sebagai udik atau dusun (dalam arti pedalaman sebagai lawan kota).

Sepertinya, frasa vibes kabupaten merupakan istilah lain yang memiliki makna yang sama dengan istilah yang sudah ada di KBBI. Istilah yang dimaksud adalah “kedesa-desaan.”

KBBI mendefinisikan istilah tersebut sebagai berlaku (berlagak) sebagai orang desa. Menilik ke masa sebelum pandemi, viral pula kata “kamseupay” yang sepertinya juga memiliki kesamaan maksud dengan frasa "vibes kabupaten".

Istilah kamseupay merupakan bentuk akronim dari “kampungan sekali, uh payah.’ Ia digunakan untuk perbuatan seseorang yang tidak mengikuti tren kekinian.

Nah, frasa "vibes kabupaten" dikaitkan dengan outift cewek-cewek saat membeli seblak maupun mi gacoan.

Kata seblak diambil dari kata “nyeblak,” bahasa Sunda yang berarti ‘mengagetkan.’ Ada pula yang menganggap seblak berasal dari kata “segak” atau “nyegak” yang berati ‘menyengat.’

Karakter masakan ini memang menyebabkan pengonsumsinya menjadi kaget karena rasanya yang pedas menyengat.

Terlepas dari definisi tersebut, kita dapat mengambil informasi bahwa seblak makanan khas suku Sunda yang mulai digemari masyarakat umum.

Masayarakat penutur bahasa Sunda tidak hanya hidup dan berdomisili di “kabupaten”, namun sudah menyebar di kota-kota (besar).

Akan tetapi, masih ada saja oknum yang melabelinya sebagai makanan “vibes kabupaten” selayaknya outfit cewek-cewek yang membelinya.

Lanjut, seperti apa outfit dengan "vibes kabupaten" tersebut? VT juga menampilkan perempuan dengan inner daster atau pakaian sedikit gombrong yang biasa dipakai saat santai di rumah dan memadupadankannya dengan outer sweater atau jaket kupluk.

Alasan utama adalah kepraktisan karena hanya ingin membeli seblak. Lagi pula jenis makanan tersebut dijual bebas di mana saja, tidak harus di mal yang kebanyakan pengunjungnya memperhatikan outfit.

Bukti kebahasaan tersebut makin memperkuat hubungan bahasa dan media serta menjadi topik penelitian menarik bagi pemerhati bahasa.

Bahkan, The Annual Review of Applied Linguistics (2008) menguraikan empat alasan praktis dan prinsipil terkait hal itu.

Pertama, media menyajikan sumber data bahasa yang mudah diakses untuk tujuan penelitian dan pengajaran.

Kedua, media mencerminkan dan membentuk penggunaan bahasa serta sikap dalam suatu komunitas berbicara.

Ketiga, cara media menggunakan bahasa menarik secara linguistik untuk membangun citra mereka sendiri dan hubungan mereka dengan audiens yang tidak terlihat, tidak dikenal. \

Keempat, media merupakan presenter penting budaya, politik, dan kehidupan sosial.

Dulu, perkembangan media sosial tidak semasif saat ini. Kini, setiap saat ada saja istilah baru yang tidak kita ketahui maknanya bila tidak menyimak konteks kalimat yang dimasukinya.

Siapa saja berkesempatan menghadirkan istilah-istilah baru dan meng-update-nya di media sosial. Viral atau tidak, tergantung nasib!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi