Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Deras dan Angin Kencang pada 2-3 Februari 2023

Baca di App
Lihat Foto
iStockphoto/kulkann
Wilayah yang berpotensi hujan lebat dan angin kencang pada 2-3 Februari 2024.
|
Editor: Mahardini Nur Afifah

KOMPAS.com - Sejumlah wilayah di Indonesia diprakirakan mengalami hujan deras disertai kilat, petir, dan angin kencang, pada Jumat-Sabtu (2-3/2/2024).

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut, sebagian besar wilayah di Indonesia masih akan diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga lebat. 

Lantas, mana saja wilayah yang berpotensi hujan lebat, petir, dan angin kencang pada 2-3 Februari 2024?

Baca juga: Januari Hampir Usai, Kapan Puncak Musim Hujan Terjadi? Ini Prakiraan BMKG


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wilayah yang berpotensi hujan lebat dan angin kencang

Berdasarkan data peringatan dini cuaca ekstrem yang dirilis BMKG, ada sejumlah wilayah yang diprediksi alami hujan lebat, petir, dan angin kencang pada 2-3 Februari 2024.

Berikut daftar wilayah yang mungkin akan terdampak:

2 Februari 2024

Wilayah yang berpotensi hujan lebat, kilat, petir, dan angin kencang pada 2 Februari 2024:

Wilayah yang berpotensi diguyur hujan, kilat, petir, dan angin kencang pada 2 Februari 2024:

Wilayah yang berpotensi dilanda angin kencang:

Baca juga: BMKG: Indonesia Berpotensi Alami Hujan Ringan-Lebat Awal Februari 2024

3 Februari 2024

Wilayah yang berpotensi hujan lebat, kilat, petir, dan angin kencang pada 3 Februari 2024:

Wilayah yang berpotensi diguyur hujan, kilat, petir, dan angin kencang pada 3 Februari 2024:

Baca juga: Prediksi BMKG, Awal Februari 2024 Banyak Wilayah Dilanda Hujan dan Banjir Rob

Penyebab cuaca ekstrem

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengungkapkan, penyebab cuaca ekstrem di sebagian besar wilayah Indonesia terjadi karena pusat tekanan rendah di Teluk Carpentaria.

Kondisi ini memicu terbentuknya daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) dan menginduksi peningkatan kecepatan angin lebih dari 25 knot (low level jet) dari Laut Arafura hingga Australia bagian utara.

Sementara itu, sirkulasi siklonik juga terpantau di pesisir barat Aceh yang membentuk daerah pertemuan angin (konfluensi) di Selat Malaka bagian utara dan Riau.

Selanjutnya, Sirkulasi Tertutup (Eddy) terpantau berada di Kalimantan bagian barat dan membentuk daerah kovergensi dari Kalimantan Barat hingga Kalimantan Tengah.

"Daerah konvergensi lain terpantau memanjang dari Kepulauan Mentawai hingga Laut Jawa bagian barat, dari Samudra Hindia barat Bengkulu hingga Jawa Timur, dari Samudra Hindia
selatan Jawa Tengah hingga selatan Jawa Timur," jelas dia.

Kemudian, daerah konvergensi juga terpantau di Brunei Darussalam hingga Seat Makassar, dari Selat Makassar hingga Sulawesi Tenggara, dari Laut Sulawesi hingga Laut Maluku, dari Laut Filipina hingga Laut Sulawesi, dari laut Banda hingga Papua, dan di Samudra Pasifik utara Papua.

Sedangkan, daerah konfluensi terpantau berada di Laut Jawa dan Samudra Hindia selatan Jawa hingga Bali.

"Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar pusat tekanan rendah atau sirkulasi siklonik dan di sepanjang low level jet/konvergensi/konfluensi tersebut," kata dia. 

BMKG juga menyebut intrusi udara kering/dry intrusion dari belahan bumi utara (BBU) melintasi Samudra Pasifik timur Filipina, Filipina, dan Laut Sulu. 

Kondisi ini memicu pengangkatan uap air basah di depan batas intrusi menjadi lebih hangat dan lembab yaitu di Laut Sulawesi dan Sulawesi bagian utara.

Peningkatan kecepatan angin permukaan mencapai lebih dari 25 knot terpantau di Filipina, dari Laut Banda hingga Papua bagian selatan, dan Samudra Pasifik utara Papua Nugini, yang dapat meningkatkan potensi gelombang tinggi di sekitar wilayah perairan tersebut.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi