Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Besar FK UI Minta Orangtua Waspada Gejala Penyakit Kawasaki pada Anak

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/felipe caparros
Guru Besar FK UI minta orang tua mewaspadai penyakit Kawasaki yang banyak menyerang balita.
|
Editor: Mahardini Nur Afifah

KOMPAS.com - Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Najib Advani mengingatkan orangtua untuk mewaspadai gejala penyakit Kawasaki pada anak.

"Saya katakan ini bukan penyakit sehari-hari. Enggak semua dokter mungkin menyadari gejala penyakit kawasaki," jelas Najib dikutip dari Antara (31/1/2024).

Ia menerangkan, hingga kini belum diketahui secara pasti penyebab penyakit Kawasaki atau dikenal dengan Kawasaki Disease tersebut.

Biasanya, kata dia, penyakit ini diderita anak di bawah lima tahun (balita). Sesuai namanya, penyakit ini ditemukan oleh dokter anak bernama Tomisaku Kawasaki, pada 1967 di Jepang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Kenapa Anak Balita Suka Memukul? Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya

Gejala penyakit Kawasaki

Najib menyampaikan, ada beberapa gejala penyakit kawasaki yang perlu diwaspadai sejak dini oleh para orangtua, di antaranya:

Ia menuturkan, orangtua yang mendapati gejala penyakit Kawasaki pada anak segera membawa buah hatinya ke dokter. 

Pasalnya, apabila tidak segera ditangani, penyakit ini bisa menyebabkan gangguan jantung, seperti penyumbatan pembuluh darah arteri koroner.

"Kelainan jantung timbul setelah minggu kedua, di hari ketujuh. Hari kesepuluh mulai timbul kelainan jantung. Kalau koroner tersumbat, otot-otot jantung akan rusak, sehingga darah tidak bisa beredar dengan baik," jelas dia.

Baca juga: Apa Efek Narkoba jika Dikonsumsi Balita? Ini Kata BNN dan Ahli UGM

Cara mengobati penyakit Kawasaki

Menurut Najib, penanganan penyakit kawasaki harus dilakukan sejak dini, atau sebelum hari ketujuh, agar dapat dilakukan secara maksimal.

Adapun langkah penanganannya yakni dengan rawat inap di rumah sakit selama setidaknya empat hari untuk diberikan berbagai jenis obat-obatan.

Setelah itu, akan dilanjutkan dengan rawat jalan dengan pemeriksaan jantung secara rutin menggunakan alat elektrokardiogram (EKG).

"Entry point-nya tiga sebenarnya, demam, ruam, dan mata merah. Tiga saja ingat itu, tiga dulu ya. Kalau sudah tiga itu, pikirkan kemungkinan Kawasaki. Nah, baru ke dokter yang biasa menangani Kawasaki," paparnya.

Baca juga: 6 Langkah untuk Tingkatkan Kemampuan Bicara Balita

Diagnosis penyakit Kawasaki

Apabila hasil pemeriksaan dokter mengarah pada gejala penyakit Kawasaki, dokter biasanya menganjurkan penderita untuk menjalani serangkaian pemeriksaan kesehatan.

Dilansir dari laman resmi RSUD Dr. Sardjito, biasanya pemeriksaan laboratorium pasien penyakit kawasaki menunjukkan penurunan kadar albumin, hemoglobin, dan kadar elektrolit dalam darah, kolesterol, dan limfosit.

Hasil laboratorium juga menunjukkan, terjadi peningkatan laju endap darah, enzim hati (SGOT SGPT), jumlah leukosit, jumlah netrofil, dan jumlah trombosit.

Selain itu, pada pemeriksaan EKG, umumnya ditemukan pemanjangan interval PR dan/atau perubahan gelombang ST dan T don spesifik.

Pemeriksaan laboratorium dan EKG tersebut merupakan pemeriksaan penunjang untuk penegakan diagnosis.

Terdapat kriteria klinis untuk menegaskan diagnosis penyakit kawasaki, yaitu injeksi konjungtiva nonpurulen, perubahan ekstremitas, ruam polimorfik, limfadenopati servikal unilateral, serta perubahan mukosa bibir dan rongga mulut.

Sejumlah kriteria klinis tersebut dapat diketahui melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter.

Setelah menyimak penjelasan gejala penyakit kawasaki oleh pakar di atas, ada baiknya para orangtua lebih meningkatkan kewaspadaan pada penyakit berbahaya ini. Terutama jika mendapati gejala demam tinggi, ruam, dan mata merah pada anak. 

Baca juga: Ramai soal Balita Pakai Behel, Kapan Usia Tepat Bisa Pakai Behel?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi