Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Tanda-tanda Anak Punya Kecerdasan Emosional Tinggi

Baca di App
Lihat Foto
DOK. Tanoto Foundation
Ilustrasi anak-anak PAUD sedang belajar. Ciri anak yang punya kecerdasan emosional tinggi.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Sebagian orangtua mungkin lebih berfokus pada prestasi akademik anak dibandingkan kecerdasan emosional.

Padahal, kecerdasan emosional atau emotional quotient intelligence (EQ) lebih berpengaruh terhadap kehidupan sosial anak.

Dilansir dari Huffpost, Kamis (9/7/2020), beberapa penelitian menunjukkan, anak dengan kecerdasan emosional tinggi cenderung lebih aktif terlibat dalam kegiatan di sekolah.

Mereka juga biasanya memiliki hubungan yang lebih baik dan mendapatkan nilai yang lebih tinggi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat dewasa, seseorang dengan kecerdasan emosional lebih tinggi juga cenderung memiliki hubungan lebih berkualitas, kesehatan mental lebih baik, serta perasaan yang lebih positif terhadap pekerjaan.

"Berita baiknya adalah kecerdasan emosional bukan sekedar hadiah," ungkap penulis dan psikolog pendidikan, Michele Borba.

"Ini sebenarnya sebuah keterampilan, yang dapat diajarkan kepada anak-anak sejak masih balita," lanjutnya.

Meski demikian, benih dari keterampilan ini sudah ditanam sejak dini melalui cara orangtua berhubungan dan merespons bayi.

Lantas, apa saja ciri anak yang memiliki kecerdasan emosional tinggi?

Baca juga: 3 Tanda Bos Punya Kecerdasan Emosional Rendah, Termasuk Perfeksionis


Ciri anak yang punya kecerdasan emosional tinggi

Pakar pola asuh anak sekaligus pendiri platform The Connected Discipline Method, Reem Raouda mengatakan, terdapat sejumlah perilaku anak yang menunjukkan tingginya kecerdasan emosional.

"Saya telah mempelajari perilaku lebih dari 200 anak, dan saya menemukan bahwa mereka yang memiliki kecerdasan emosional tinggi melakukan enam hal utama," kata dia, dikutip dari CNBC, Minggu (4/2/2024).

Berikut enam perilaku anak dengan kecerdasan emosional tinggi:

1. Mengenali isyarat nonverbal

Seperti seorang detektif emosional, anak-anak yang memiliki kecerdasan emosional tinggi pandai memahami perasaan orang lain dengan menangkap bahasa tubuh dan ekspresi wajah.

Anak-anak ini mungkin kerap berkata, "Bu, temanku sangat pendiam hari ini. Saya bertanya apakah dia ingin bermain, dan dia menjawab tidak. Saya pikir dia sedih tentang sesuatu."

Sementara itu, untuk membangun keterampilan ini, cobalah membangun percakapan reflektif tentang hari yang dilalui anak.

Diskusikan pula emosi yang telah diamati anak pada orang-orang yang berinteraksi dengan mereka.

"Obrolan ini memperkuat kemampuan anak membaca emosi dan meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam memahami orang lain," tutur Raouda.

2. Menunjukkan empati dan kasih sayang

Anak dengan kecerdasan emosional tinggi tidak hanya mengidentifikasi emosi orang lain, tetapi juga menunjukkan kepedulian yang nyata dan menawarkan bantuan.

Saat bermain misalnya, anak yang melihat temannya tampak kesal karena dia tidak memenangkan permainan mungkin akan berkata, "Kamu bermain sangat bagus! Apakah kamu ingin memainkan sesuatu yang lain bersama-sama?"

Raouda mengatakan, cara paling ampuh membangun keterampilan ini adalah dengan mencontohkannya sendiri.

"Jika ada tetangga yang sakit, Anda bisa mengatakan, 'Ibu mengkhawatirkan Ibu Ani. Mari kita periksa dia dan lihat apakah dia membutuhkan bantuan'," ucap Rauoda.

Baca juga: Mantan Agen CIA Ungkap Ciri Orang dengan Kecerdasan Emosional Tinggi Saat Berinteraksi

3. Mampu menyebutkan emosinya

Anak-anak yang cerdas secara emosional pandai mengungkapkan perasaan yang tengah dirasakan.

Sebagai contoh, saat anak mengatakan, "Saya merasa frustrasi karena saya tidak dapat memecahkan teka-teki ini."

"Atau kalimat, 'Saya senang karena saya membantu teman saya memperbaiki mainannya.' Mereka mengenali dan mengomunikasikan emosinya," kata Rauoda.

Cara membangun keterampilan ini, antara lain dengan membuat label emosi dan mengungkapkannya dalam segala situasi.

Misalnya, merasa kecewa karena tidak dapat menemukan kunci atau sedikit kewalahan dengan semua pekerjaan yang harus saya lakukan.

"Hal itu membantu menormalkan diskusi tentang emosi, sehingga lebih wajar bagi anak untuk meniru hal yang sama," ungkapnya.

4. Mudah beradaptasi

Seorang anak yang mudah menyesuaikan perubahan atau mampu menangani berita mengecewakan dengan tenang, menurut Raouda, menunjukkan kematangan emosi.

Ketika membatalkan piknik di luar ruangan karena hujan misalnya, alih-alih kesal atau mengamuk, anak yang punya kecerdasan emosional tinggi dengan tenang menerima perubahan tersebut.

"Cara membangun keterampilan ini, sekali lagi dimulai dari orangtua. Bersikap fleksibel dan tenang saat bereaksi merupakan contoh perilaku adaptif yang dapat ditiru oleh anak-anak," ucapnya.

Baca juga: Kata-kata Ini Sering Diucapkan Seseorang dengan Kecerdasan Emosional Rendah

5. Pendengar yang baik

Anak-anak yang cerdas secara emosional pun dapat menangkap isyarat-isyarat halus yang mungkin terlewatkan oleh orang lain.

Contohnya, saat orangtua menceritakan harinya pada anak, mereka biasanya melakukan lebih dari sekadar mendengarkan.

"Anak mendengarkan dan menangkap emosi di balik kata-kata Anda. Mereka mengajukan pertanyaan dan menunjukkan rasa ingin tahu yang tulus," ungkap Raouda.

Oleh karenanya, keterampilan ini dapat dikembangkan dengan memberikan perhatian penuh kepada anak saat mereka menceritakan pengalaman bermain atau bersekolah.

6. Bisa mengatur diri sendiri

Anak yang cerdas secara emosional umumnya dapat menangani emosi, tetap tenang saat situasi rumit, serta mampu membuat pilihan yang cerdas untuk anak seusianya.

"Bayangkan anak bermain dengan teman-temannya dan kalah satu ronde. Daripada bereaksi karena frustrasi, anak yang pandai mengatur diri mungkin akan meluangkan waktu sejenak untuk mengatur napas, lalu kembali berpikir positif," kata Raouda.

"Mereka tetap tenang dan terus maju, bahkan setelah kecewa," sambungnya.

Sementara itu, menahan amukan kecil seperti membentak atau bereaksi berlebihan kepada anak adalah cara mendasar untuk membangun keterampilan ini.

Orangtua juga dapat memperkenalkan teknik "jeda dan bernapas", yakni menarik napas dalam-dalam atau menghitung 1-10 saat menghadapi kesulitan.

"Biarkan mereka melihat Anda melakukannya juga. Ketika anak-anak melihat kita menghadapi masa-masa sulit dengan anggun, itu adalah pelajaran yang tidak akan mereka lupakan," tandasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi