Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marak soal Masyarakat Percaya Hoaks Taylor Swift Berterima Kasih ke Prabowo, Ini Kata Pakar

Baca di App
Lihat Foto
Akun Facebook
Tangkapan layar cuitan akun X yang diklaim Taylor Swift berterimkasih kepada Prabowo
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Video tangkapan layar cuitan Taylor Swift yang berterima kasih kepada calon presiden (capres) nomor urut 02, Prabowo Subianto, ramai memenuhi lini masa TikTok.

Ucapan tersebut disampaikan Swift melalui akun X (Twitter) @taylorswift13, tetapi hasil penelusuran menemukan bahwa unggahan itu hanyalah manipulasi.

"Thank you Mr Prabowo Subianto for helping me. I thank you very much, I hope you live a long time when I play in Indonesia," narasi yang disebut dibuat oleh Taylor Swift pada 10 Januari 2024.

Jika diterjemahkan, unggahan memiliki arti, "Terima kasih Pak Prabowo telah membantu saya. Saya ucapkan terima kasih banyak, semoga panjang umur saat saya bermain ke Indonesia."

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Padahal, berdasarkan pantauan, unggahan terbaru Swift sekaligus cuitan perdananya pada 2024 berisi informasi album baru bertajuk The Tortured Poets Departement pada Selasa (6/2/2024).

Sementara itu, unggahan akun @taylorswift13 sebelumnya dituliskan pada 13 Desember 2023, saat Swift merayakan ulang tahun ke-34.

Menanggapi maraknya hasil manipulasi, penggemar di media sosial X pun menyerukan untuk melaporkan konten berita palsu yang memanfaatkan penyanyi asal Amerika Serikat tersebut.

"PERHATIAN TERHADAP SWIFTIES!!!!!! Indonesia akan mengadakan pemilu 10 hari dari sekarang. Salah satu pendukung calon presiden membuat berita palsu tentang Taylor Swift dan memanfaatkannya sebagai pengaruh. Video tersebut mencapai 29 ribu suka dan menyebarkan informasi yang salah. Silakan laporkan tentang misinformasi di TikTok," ujar akun @goldrush503, Selasa.

Meski tampak jelas hasil manipulasi, pengunggah mengatakan bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang mempercayai video TikTok dengan puluhan ribuan suka tersebut.

"Jika menurutmu orang tidak peduli dengan hal ini. Kamu salah. Banyak sekali orang yang mempercayai berita misinformasi ini. Pendukungnya menyebarkan berita palsu ini ke netizen Indonesia," kata pengunggah.

Lantas, mengapa masih banyak masyarakat Indonesia percaya berita bohong saat Pemilihan Umum (Pemilu) 2024?

Baca juga: [HOAKS] Cuitan Taylor Swift Berterima Kasih kepada Prabowo Subianto


Maraknya kepercayaan terhadap berita bohong

Pakar keamanan siber dari Vaksincom Alfons Tanujaya mengatakan, maraknya kepercayaan terhadap berita bohong atau hoaks berkaitan dengan komposisi pengguna internet yang mirip piramida makanan.

"Masalahnya begini, komposisi pengguna internet itu mirip seperti piramida makanan," ujar Alfons, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (7/2/2024).

Alfons menjelaskan, piramida makanan adalah gambaran jumlah porsi yang sesuai untuk dikonsumsi dari masing-masing kelompok makanan.

Merujuk piramida makanan, macan yang berada di puncak akan makan rusa yang posisinya di tengah, sedangkan rusa akan mengonsumsi rumput yang posisinya berada di bawah piramida.

Sebagai makhluk yang menempati posisi teratas, jumlah macan pasti paling sedikit, diikuti rusa, serta rumput yang jumlahnya paling banyak di antara tingkatan piramida lain.

Alfons mengibaratkan pengguna internet dengan kemampuan tinggi memiliki jumlah paling sedikit layaknya jumlah macan.

"Ini mengerti banget soal IT (teknologi informasi) dan sulit ditipu, atau malah ini penipunya," kata dia.

Di posisi tengah ada pengguna internet dengan kemampuan sedang yang jumlahnya agak banyak, seperti halnya rusa.

Menurut Alfons, pengguna jenis ini cukup mengerti IT, tetapi masih dapat tertipu soceng (penipuan dengan rekayasa sosial) yang canggih.

Terakhir, pengguna internet dengan kemampuan rendah berjumlah paling banyak seperti rumput.

"Skill rendah sama dengan rumput, paling banyak. Nah ini masyarakat umum pengguna internet yah itu ibaratnya rumput," ungkap Alfons.

Dengan kemampuan teknologi informasi rendah, kategori pengguna internet paling banyak ini mudah mempercayai apa pun yang disebarkan.

"Karena itulah maka fake news (berita palsu) mudah menyebar dan dipercayai," sambungnya.

Baca juga: Beredar Video Surat Suara di Taiwan Sudah Dicoblos, KPU: Diduga Hoaks

Algoritma media sosial mendukung pilihan pengguna

Di sisi lain, Alfons menerangkan, terdapat psikologi manusia dalam mengonsumsi suatu konten atau berita.

Menurutnya, pada dasarnya orang yang mengonsumsi konten mudah sekali percaya apa yang diyakini benar, sekali pun informasinya meragukan atau tidak benar.

"Jadi misalnya kita pendukung 02, lalu mendapatkan informasi yang mendukung 02 atau menjelekkan calon lain, secara psikologis kita akan lebih mudah percaya kepada konten-konten seperti itu," papar Alfons.

Bahkan, celakanya, algoritma di media sosial saat ini bekerja untuk memanfaatkan informasi tersebut.

Sebagai contoh, lini masa media sosial akan mendukung salah satu pendukung pasangan calon yang sering kali mengakses konten terkait pilihannya.

Dukungan tersebut dalam bentuk kemunculan konten atau berita serupa yang ditampilkan dan disarankan kepada pengguna, termasuk konten hoaks.

"Pada umumnya algoritma akan bekerja seperti itu. Akan mencari konten yang mirip, serupa, kreator konten yang serupa lalu disarankan kepada pengguna media sosial," kata dia.

Oleh karena itu, perlu tindakan dari pemerintah, baik dari Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) atau Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) untuk menyetop penyebaran berita bohong terutama di tengah penyelenggaraan Pemilu 2024.

"Mungkin ada tim khusus kalau bisa Bawaslu dan Kemenkominfo yang melakukan patroli siber atas konten-konten yang merusak dan segera bertindak melakukan pelaporan atau koordinasi dengan penyedia layanan media sosial," tandasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi