Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menghororkan Politik dan Memolitikkan Horor

Baca di App
Lihat Foto
PIXABAY/ WOKANDAPIX
Ilustrasi politik.
Penulis: Jaya Suprana
|
Editor: Sandro Gatra

SAYA tak pernah henti berterima kasih kepada Sri Begawan Jurnalisme Nusantara, almarhum Jakob Oetama yang telah bermurah hati membukukan, bahkan memberi kehormatan berupa kata pengantar terhadap naskah-naskah saya yang dimuat harian Kompas dengan judul “Naskah-Naskah Kompas” diterbitkan anak penerbit Gramedia, Elex Media Komputindo pada tahun 2009.

Satu di antara para naskah di dalam buku “Naskah-Naskah Kompas” berjudul “Menghumorkan Politik dan Mempolitikan Humor” yang dimuat harian Kompas pada 25 Maret 1989, berarti sekitar 36 tahun yang lalu.

Naskah kajian humor politik dan politik humor tersebut ditulis pada masa Orde Baru yang kemudian pada masa awal Orde Reformasi saya petik-muat kembali secara fragmental di dalam buku Humorologi diterbitkan setelah Ensiklopedi Kelirumologi dan Kelirumologi Reformasi.

Sementara humor an sich tidak pernah berubah kecuali tafsir terhadap humor yang niscaya berubah, ternyata politik dari masa ke masa niscaya senantiasa berubah sesuai dengan perubahan sepak-terjang para pelaku politik maupun apa yang disebut sebagai sistem politik selaras dalil cetirus paribus.

Maka setelah saya baca kembali naskah Menghumorkan Politik dan Mempolitikan Humor dari masa Orde Baru yang dianggap tidak demokratis, dapat disimpulkan bahwa isi naskah tersebut sudah tidak sesuai dengan suasana politik masa kini yang disebut sebagai Orde Reformasi yang konon sempat dianggap demokratis.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada satu hipotesa humorologis yang kontradiktif, maka paradoks, yaitu bahwa humor yang berkeliaran akibat lepas kendali akhlak, etika dan hukum rawan berevolusi menjadi antonim humor, yaitu horor.

Ternyata paradoks tersebut terjadi panggung politik Orde Reformasi dalam bentuk politik uang, politik sandera, politik inkonsitusional, politik eufemisme, politik disintegritas, politik penyesatan, politik kurawa, politik sandiwara, politik amnesia, politik nirakhlak, politik nirmalu, politik munafik, politik dinasti dan politik apapun yang kurang layak dianggap apalagi secara taksonomis dikategorikan sebagai humor.

Maka wajar bahwa suasana yang tersurat dan tersirat di dalam naskah Menghumorkan Politik dan Mempolitikan Humor, sebenarnya sudah anakronis apabila dibandingkan dengan kemelut kenyataan yang terjadi di atas, bawah, depan, belakang panggung politilk masa kini.

Pada hakikatnya adalah lebih sesuai kenyataan apabila naskah Menghumorkan politik dan Mempolitikan Humor kini diganti menjadi Menghororkan Politik dan Memolitikkan Horor.

Namun tampaknya para penguasa masa kini sudah cerdik belajar dari masa lalu sehingga mahir membuat undang-undang yang hermetis melindungi penguasa dari ancaman kritik, maka demi keselamatan diri sendiri mohon dimaafkan bahwa terasa lebih aman jika saya berhenti menulis naskah berbahaya ini sampai di sini saja.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi