Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Chaim Fetter, Warga Belanda yang Rela Jual Perusahaan demi Bantu Anak Lombok

Baca di App
Lihat Foto
Youtube/pedulianak
Chaim Fetter, pendiri Yayasan Peduli Anak yang menjual perusahaan di Belanda demi menolong anak Indonesia.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Media sosial diramaikan dengan kisah seorang warga negara asing (WNA) yang memutuskan untuk menjual perusahaannya demi menolong anak Indonesia.

WNA tersebut bernama Chaim Fetter, seorang pengusaha sukses asal Belanda yang datang ke Indonesia pada 2005.

Dia bahkan kini memiliki sebuah yayasan yang berkembang menjadi organisasi nirlaba untuk memperjuangkan kesejahteraan anak di Lombok dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Keinginan menolong anak Indonesia muncul pada 2005, ketika Chaim berlibur ke Lombok, Nusa Tenggara Barat. 

Berikut kisah Chaim yang rela jual perusahaan untuk anak Indonesia:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Kisah Putri Handayani, Orang Indonesia Pertama yang Tiba di Kutub Selatan


Sosok Chaim Fetter

Meski lahir di Belanda, orangtua dan kakek-nenek Chaim ternyata pernah tinggal di Indonesia pada masa Orde Lama.

Sejak usia belasan tahun, Chaim diam-diam bekerja dan berhasil mengumpulkan uang, hingga mampu mendirikan perusahaan sendiri pada usia 23 tahun.

Dikutip dari laman resmi Yayasan Peduli Anak, kecintaaannya pada Indonesia mulai muncul saat liburan ke Lombok pada 2004 dan kembali berkunjung setahun kemudian.

Dari perjalanan itu, Chaim justru bertemu dengan anak-anak jalanan di Kota Mataram, NTB yang meminta-minta.

Kejadian ini membuatnya sadar bahwa ada anak yang tumbuh dalam kondisi sulit dan kurang berpeluang menjalani kehidupan lebih baik.

"Melihat anak kecil berjuang di jalanan sembari menahan lapar ketika mereka sebenarnya masih ingin bersekolah, membuat hati saya tergerak menyelamatkan mereka. Ternyata ini yang membuat saya tahu untuk apa saya hidup," ujarnya, diberitakan Antara (29/9/2014).

Baca juga: Duduk Perkara Kades di Lombok Barat Divonis Penjara dan Denda Usai Kampanyekan Istrinya

Kepadanya, anak-anak jalanan itu mengaku ditinggalkan orangtua yang menjadi buruh migran. Ada juga anak yang terlantar karena nenek yang mengasuhnya meninggal.

Pada hari terakhir liburan, Chaim mengajak seorang anak jalanan ke sekolah dan meminta izin kepada guru untuk membiayai pendidikannya selama setahun.

Sang guru kemudian diminta mejadi wali anak itu karena dia harus kembali ke Belanda. Chaim kemudian menjual perusahaannya dan berniat pindah ke Indonesia.

Awalnya, dia ingin membuka resor di Gili Trawangan, Lombok Utara, NTB. Namun, rencana itu urung ketika melihat banyaknya anak di jalanan Lombok. 

Berbekal uang dari penjualan perusahaannya, Chaim bersama teman masa kecilnya mendirikan Yayasan Peduli Anak pada 2006 di Lombok.

Mereka awalnya membeli tanah seluas 1,5 hektar di tengah sawah untuk membangun tempat penampungan, sekolah, dan fasilitas kesehatan.

Baca juga: Kisah Pilu Remaja 13 Tahun Divonis Gagal Hati Stadium Akhir, Bagikan Brosur Cari Donor

Yayasan untuk anak jalanan Lombok

Ratusan anak pun tinggal di yayasan itu. Sumber pendanaan yayasan berasal dari kantong pribadi Chaim Fetter dan donasi dari lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Namun, seiring berjalannya waktu, dia kesulitan membiayai yayasan.

Pada 2012, Chaim beserta istri dan dua anak adopsinya kembali ke Jakarta. Di sana, dia tertarik melanjutkan pekerjaan di bidang internet yang dulu dijalaninya.

"Saya ingin kembali ke keahlian saya yakni perusahaan teknologi," ujarnya, dikutip dari Kompas.com (13/11/2014).

Pada 2014, Chaim Fetter akhirnya mendirikan situs jual-beli online barang bekas pakai bernama Jualo.com. Saat itu, perusahaan ini sukses dan bahkan menjadi pesaing perusahaan serupa OLX.

Sebanyak lima persen dari keuntungan Jualo.com disumbangkan ke Yayasan Peduli Anak, termasuk pemasukan dari layanan iklan premium di laman tersebut.

Yayasan Peduli Anak kini menjadi organisasi nirlaba yang berjalan untuk mensejahterakan anak di Lombok dan Sumbawa.

Baca juga: Kisah Perawat di Texas Didiagnosis Kanker Paru Stadium 4, Ketahuan Usai Berolahraga

Perjalanan yayasan tak mudah

Dilansir dari buku Aku Cinta Indonesia (2014) karya Prima Kharismanita, Yayasan Peduli Anak menjadi pusat perkembangan anak terbesar di Lombok. Yayasan ini bekerja sama dengan Rotary Foundation, Unicef, serta Kementerian Sosial.

Dalam perkembangannya, yayasan ini pernah mendapat repons kurang baik dari penduduk setempat karena status Chaim sebagai orang asing.

Meski begitu, yayasan terus berdiri sebagai rumah bagi anak usia 19 bulan sampai 18 tahun.

Anak-anak dibekali pendidikan dasar serta keterampilan otomotif, perkayuan, komputer, dan menjahit. Yayasan juga mendirikan Sekolah Dasar Peduli Anak (SDPA) yang diresmikan gubernur pada 2010.

Pada 2018, gempa Lombok merobohkan bangunan yayasan dan hanya menyisakan pusat pendidikan.

Untungnya, berkat donasi berbagai pihak, Yayasan Peduli Anak bisa kembali berdiri. Pada 28 Maret 2021, yayasan dan Chaim Fetter menerima penghargaan #kickandyheroes2021 dari Kick Andy Show.

Baca juga: Muncul Penampakan Benda Bercahaya Meluncur ke Atas di Langit Lombok, Apa Itu?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi