Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Cara Pemungutan Suara Orang Yunani dan Romawi Kuno, Adu Teriak dan Pakai Kerikil

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/HANDINING
Ilustrasi pemilu
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Pemungutan suara pada pemilihan umum (pemilu) tidak hanya dilakukan di Indonesia. Warga Athena dan Romawi kuno, ternyata juga melakukannya.

Dikutip dari Getty, pemilu diperkirakan sudah ada sejak tahun 490 SM di Athena, Yunani dan Romawi, Italia.

Pemilu masa itu dikenal sebagai proses demokrasi atau demokratia yang berarti "kekuatan rakyat". Sayangnya, tidak semua rakyat di Athena dan Romawi memilik hak suara yang sama dalam pemilu.

Warga yang bisa berpartisipasi dalam proses pemilu terbatas pada demos, yakni warga negara laki-laki yang bebas. Perempuan dan budak tidak mempunyai hak suara sama sekali.

Beda dari masa kini, pemilu di zaman tersebut dilakukan dengan cara-cara yang berbeda termasuk adu teriak maupun menggunakan kerikil untuk melakukan voting.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak selalu untuk memilih pemimpin negara, pemilu di masa kuno juga dilakukan untuk mengambil keputusan lain dalam kehidupan bernegara, seperti dikutip dari History (19/12/2023).

Lalu, bagaimana penyelenggaraan pemilu di Athena dan Romawi pada abad ke-5 SM?

Baca juga: Link Twibbon Resmi Pemilu 2024, Dipasang di Hari Pemungutan Suara 14 Februari


Cara pemungutan suara di zaman kuno

Berikut beberapa cara pemungutan suara pemilu di zaman Romawi dan Yunani kuno:

Dipilih acak dengan mesin

Profesor sejarah di Indiana University Eric Robinson mengungkapkan, tidak ada banyak pemilu di Athena karena tidak banyak orang menerapkan budaya demokratis dalam memilih pejabat.

“Agar demokrasi bisa memberikan kekuasaan penuh kepada rakyat untuk menjalankan segala sesuatunya, dan bukan hanya orang kaya, Anda harus memilih orang secara acak," jelasnya.

Orang Athena menggunakan sistem penyortiran untuk memutuskan pejabat di badan utama pemerintahan Athena, Dewan 500. Jabatan itu diberikan ke perwakilan 50 warga dari masing-masing 10 suku di Athena selama satu tahun.

Untuk menentukan perwakilan tersebut, setiap orang yang memenuhi syarat akan mendapat token khusus. Token itu dimasukkan ke mesin bernama kleroterion berupa tabung dan bola. Mesin ini dapat memilih nama perwakilan setiap suku secara acak.

Harus hadir untuk punya suara

Sementara itu, pemungutan suara juga dilakukan untuk memutuskan kasus di majelis pengadilan Athena.

Setiap warga laki-laki punya hak suara untuk memutuskan kasus hukum di pengadilan.

Sekitar 6.000 orang rutin hadir dan berpartisipasi dalam sidang. Mereka harus hadir secara fisik untuk menggunakan hak suaranya.

Pemungutan suara dilakukan juri dengan mengangkat tangan. Sembilan orang dipilih acak di pagi hari sebelum sidang untuk menjadi juri. Cara ini membuat sulit untuk menyuap mereka.

Baca juga: Menilik Suasana Pencoblosan Pemilu WNI di Luar Negeri, Rela Tunggu dan Tempuh Perjalanan Berjam-jam

Surat suara dari batu

Putusan pengadilan pidana dan perdata di Athena ditentukan oleh 200 hingga 5.000 orang juri. Pemungutan suaranya dilakukan di depan umum.

Namun, suara diberikan secara rahasia menggunakan batu. Setiap juri diberi dua batu kecil, satu batu padat, dan satu batu berlubang di tengah. Kemudian, mereka mendekati dua guci.

Saat pemungutan suara, juri akan menjatuhkan batu berisi keputusannya ke guci pertama dan melemparkan batu yang tidak terpakai ke guci kedua.

Tulis nama dengan tembikar

Pemungutan suara di Athena juga dilakukan untuk mengusir dan mengasingkan tokoh masyarakat yang memalukan atau terlalu populer selama 10 tahun.

Untuk menentukannya, setiap anggota dewan akan mendapatkan sepotong kecil tembikar. Mereka harus menuliskan nama seseorang yang pantas diasingkan dengan tembikar itu.

Jika setidaknya 6.000 orang menuliskan nama yang sama, orang dengan suara terbanyak akan dikeluarkan dari Athena selama 10 tahun.

Adu teriak untuk cari pemenang

Di Kota Sparta, Yunani Kuno, tidak ada pemilu demokratis. Kota itu memiliki dewan penguasa tertinggi Sparta yang terdiri dari dua raja dan 28 pejabat. Semuanya menjabat seumur hidup.

Posisi yang kosong di pemerintahan diisi dengan pemungutan suara secara aklamasi. Setiap kandidat bergiliran masuk ke ruang pertemuan besar. Lalu, orang-orang yang hadir akan berteriak dan menyorakkan persetujuan mereka.

Di ruangan lain, juri yang bersembunyi bertugas membandingkan volume teriakan untuk menentukan pemenang.

Baca juga: Kisah Amplop Putih Isi Rp 100 Ribu, Serangan Fajar di Masa Tenang Pemilu 2024

Lihat Foto
wikipedia.org
Pantheon, salah satu peninggalan Romawi berusia ribuan tahun
Hak suara untuk orang kaya

Sementara itu, orang Romawi menentukan pemilu berdasarkan kelas dan dengan sistem yang menguntungkan kelompok kaya. Negara itu memiliki tiga majelis pengadilan.

Pemungutan suara di Majelis Centuriate diawali orang terkaya. Penghitungan suara dihentikan setelah suara mayoritas dari 193 anggota tercapai. Jadi, orang kaya dapat menentukan putusan tanpa memperhatikan pilihan anggota dari kelas bawah.

Sebaliknya, urutan pemungutan suara di Majelis Suku dan Dewan Plebeian ditentukan melalui sistem undian.

Pemungutan suara rahasia

Warga Romawi juga sempat melakukan voting dengan mengangkat tangan dan memberikan suara di depan umum. Seiring waktu, penduduk dari keluarga kaya menekan majelis untuk menyetujui pemungutan suara dilakukan rahasia.

Caranya menggunakan tablet kayu dengan lapisan lilin di bagian luar. Para warga akan menulis suara di kertas lilin. Kemudian, memasukkan seluruh tablet ke kotak suara untuk nanti dihitung.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi