Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Banjir di Demak Sulit Surut? Ini Penjelasan dari Ahli

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/NUR ZAIDI
Kondisi banjir di Desa Wonoketingal, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Selasa (13/2/2024). (KOMPAS.COM/NUR ZAIDI).
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Banjir di Kabupaten Demak, Jawa Tengah sudah terjadi selama sepekan sejak Kamis (8/2/2024) lalu akibat jebolnya tanggul Sungai Nawang Wulan.

Dikutip dari Kompas.com, Selasa (13/2/2024), saat ini 19 desa di Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Gajah, Demak masih terendam banjir.

Adapun ketinggian air saat ini masih bervariasi, yaitu dari 40-200 sentimeter dan saat ini Desa Karanganyar dan Desa Ketanjung, Kecamatan Karanganyar menjadi daerah paling parah terdampak banjir.

Dampak banjir, 114 Tempat Pemungutan Suara (TPS) di 10 desa di Kabupaten Demak terpaksa harus menunda Pemilu 2024 akibat banjir, dilansir dari Kompas.com, Selasa (13/2/2024).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hingga Kamis (14/2/2024), 84.270 jiwa terdampak banjir dan sekitar 22.860 orang terpaksa harus mengungsi, dikutip dari Kompas.com, Selasa (13/2/2024).

Lalu, apa yang menyebabkan banjir di Kabupaten Demak membutuhkan waktu lama untuk surut?

Baca juga: Tanggul Sungai Nawang Jebol, Jalur Pantura Demak-Kudus Lumpuh


Penjelasan ahli

Dosen Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Salahuddin Husein menjelaskan fenomena ini.

Menurut Salahuddin, pada sekitar abad ke-8, Kabupaten Demak merupakan salah satu wilayah yang dulunya merupakan lautan, yang dikenal dengan nama Selat Muria.

Selain Kabupaten Demak, kota di sekitarnya seperti Kota Semarang, Kabupaten Kudus, Pati, dan Rembang juga masih berupa lautan.

Selat Muria merupakan selat yang memisahkan Pulau Muria yang terdiri dari gunung api (sekarang merupakan Gunung Muria) dengan daratan utama Pulau Jawa.

Meskipun dulunya berupa lautan, daerah di lima kabupaten tersebut mengalami sedimentasi yang begitu cepat, sekitar 40 meter per tahun, yang membuat daerah tersebut menjadi daratan.

“Hal ini ditunjukkan pada peta abad ke-16, dari yang awalnya garis pantai berada di arah Grobogan, Purwodadi menjadi bergeser ke arah Kabupaten Demak saat ini dengan pergerakan garis pantai sejauh 30 km dalam kurun waktu 800 tahun,” ungkap Salahuddin saat dihubungi Kompas.com, Senin (12/2/2024).

Sementara itu, Kabupaten Demak merupakan daerah yang terbentuk di antara dua aliran sungai, yaitu Sungai Wulan (gabungan Sungai Lusi dan Sungai Serang) dan Sungai Tuntang.

Debit dan volume sedimentasi kedua sungai tersebut yang menutup Selat Muria Purba secara cepat sehingga menjadi dataran rendah seperti saat ini.

Meskipun demikian, Sungai Wulan lebih berpotensi membawa debit air yang lebih besar daripada Sungai Tuntang karena ukuran Daerah Aliran Sungai (DAS) yang jauh lebih luas akibat bentukan kedua anak sungainya.

“Akibat proses ini, potensi banjir akibat Sungai Wulan jauh lebih besar daripada potensi banjir yang ditimbulkan oleh Sungai Tuntang,” ucap Salahuddin.

Salahuddin menuturkan, hujan deras yang secara terus menerus akan meningkatkan debit air di wilayah hulu Sungai Wulan dan Tuntang.

Akibatnya, banjir ekstrim akan terjadi dan sulit untuk surut selama berhari-hari, seperti yang terjadi sekarang ini.

Baca juga: Viral, Video Semburan Lumpur Disertai Gas di Sebuah Kamar Kota Demak, Apa Penyebabnya?

Upaya pencegahan banjir di Demak

Lebih lanjut, Salahuddin menjelaskan bahwa Kabupaten Demak perlu mengantisipasi kondisi banjir ekstrim di kemudian hari.

Menurutnya, Kabupaten Demak perlu melakukan normalisasi sungai dengan memakai perhitungan banjir ekstrim untuk desain tanggul baru.

“Normalisasi memang sudah dilakukan. Tetapi melihat kejadian jebolnya tanggul akibat cuaca, maka harus ada evaluasi kapasitas tanggul yang disesuaikan apabila terjadi potensi banjir ekstrim,” katanya.

Selain meningkatkan kapasitas tanggul, ia menyarankan agar ada perawatan tanggul secara berkala.

Perawatan ini bertujuan untuk mencegah tanggul longsor di berbagai titik yang dapat menyebabkan pendangkalan sungai yang sangat akut.

Menurut Salahuddin, pendangkalan yang terjadi juga akan membuat kapasitas tanggul menjadi berkurang dan tidak sesuai dengan ukuran saat dibangun.

“Kita harus mengingat bahwa upaya ini wajib dilakukan karena saat ini Indonesia sering terdampak cuaca hujan ekstrim akibat perubahan hidrometeorologis yang disebabkan pemanasan global,” jelasnya.

Baca juga: PGSI Sebut 2.000 Siswa di Demak Main Judi Online

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi