KOMPAS.com - Calon presiden (capres) nomor urut 03 Ganjar Pranowo menyebut terjadi anomali perolehan suaranya di Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Hal itu mengacu pada hasil hitung cepat (quick count) yang dikeluarkan enam lembaga survei.
Berdasarkan hasil hitung cepat itu, perolehan suara PDI-P mengungguli partai politik lainnya, tetapi elektabilitas Ganjar justru berada di bawah PDI-P.
"Ada anomali dengan suara saya dan sedang diselidiki oleh kawan-kawan (TPN Ganjar-Mahfud). Semoga nanti ketemu apa faktornya. Sepertinya split ticket-nya agak terlalu lebar,” kata dia, dilansir dari Kompas.id.
Kendati demikian, Ganjar menambahkan bahwa TPN akan menunggu keputusan resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait hasil Pemilu 2024. Setelah itu, pihaknya baru menentukan langkah berikutnya.
Lantas, benarkah terjadi anomali pada suara Ganjar pada Pemilu 2024?
Baca juga: Penyebab Ganjar-Mahfud Kalah di Kandang Banteng
Pengamat sebut tidak ada anomali
Pengamat politik Universitas Indonesia (UI), Cecep Hidayat mengatakan, tidak ada anomali dalam perolehan suara PDI-P dan Ganjar-Mahfud.
Sebab, perolehan suara Ganjar dan PDI-P sama-sama turun jika dibandingkan hasil survei Pemilu 2024 selama April hingga Oktober 2023.
"Angka persentasinya antara Ganjar dan PDI-P itu hampir mirip, sama-sama di bawah 20 persen berdasarkan quick count. Anomalinya di mana?" kata Cecep, saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (16/2/2024).
Mengacu pada perolehan hasil quick count Pemilu 2024 Litbang Kompas, suara Ganjar-Mahfud mencapai 16,32 persen dari 99,7 persen data yang sudah masuk per Jumat (16/2/2024) pukul 13.09 WIB.
Sementara, perolehan suara PDI-P juga mencapai 16,31 persen di hari dan waktu yang sama.
Dibandingkan tahun lalu, persentase perolehan suara PDI-P dan elektabilitas Ganjar sama-sama mengalami penurunan.
Menurut Cecep, justru pemilih Ganjar kemungkinan besar adalah basis pemilih PDI-P.
Sebaliknya, Cecep tidak melihat adanya anomali dalam perolehan suara Ganjar dan PDI-P.
"Angkanya itu hampir mirip antara perolehan suara Ganjar dan PDI-P. Artinya ada variabel lain yang membuat suara Ganjar menurun," kata dia.
Penyebab penurunan suara Ganjar-Mahfud
Meskipun tidak ada anomali, perolehan suara Ganjar-Mahfud dan PDI-P mengalami penurunan jika dibandingkan dengan hasil survei sebelum Pemilu 2024.
"Memang ada suara (Ganjar-Mahfud) yang bergeser dari 35 persen lebih kini menjadi 17 persen. Ada sekitar 20 persen yang berpindah. Ke siapa? Ya kemungkinan ke Prabowo," kata Cecep.
Cecep menjelaskan, terdapat berbagai alasan yang menyebabkan pendukung Ganjar-Mahfud memilih pasangan capres cawapres lain, baik secara elektoral dan non-elektoral.
Secara elektoral, Cecep mengatakan, basis pemilih Ganjar-Mahfud mulai berpindah ke Prabowo-Gibran sejak munculnya keambiguan dukungan Presiden Joko Widodo selama April hingga Oktober 2023.
"Masyarakat melihat kecenderungan Jokowi mendukung Prabowo-Gibran karena dinilai lebih kuat meneruskan Jokowi," kata dia.
Apalagi, selama masa akhir kampanye, Jokowi selalu mengikuti lokasi kunjungan Ganjar, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Sedangkan secara non-elektoral, faktor yang menyebabkan suara Ganjar-Mahfud menurun adalah karena bantuan sosial (bansos) yang dibagikan Jokowi.
"Bansos di awal tahun 2024 sudah tinggi dibandingkan Pemilu 2019. Angkanya itu menyamai masa Covid-19," ucap Cecep.
Menurutnya, bansos yang diberikan Jokowi cukup efektif untuk mengalihkan pendukung Ganjar-Mahfud ke Prabowo-Gibran.
Selain itu, kampanye pilpres satu putaran juga mulai dikampanyekan oleh beberapa pihak dengan dalih lebih hemat biaya.
Narasi-narasi tersebut muncul dan memengaruhi suara Ganjar-Mahfud berada di bawah 20 persen.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.