Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kedaulatan Etnomatematika Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK
-
Penulis: Jaya Suprana
|
Editor: Sandro Gatra

SAYA berbesar hati merasa bangga etnomatematika sudah mulai memperoleh perhatian dari para guru besar berbagai universitas untuk dipelajari mahasiswa di Indonesia.

Bahkan berbagai makalah sudah digarap secara kolektif untuk diterbitkan di dalam jurnal ilmiah maupun secara individual untuk meraih gelar doktor.

Menurut Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran Prof. DR. Budi Nurani Ruchjana, M.S., etnomatematika merupakan kajian yang mengaitkan hubungan antara matematika dan budaya.

Konsep ini dinilai lebih mudah diterapkan untuk pengajaran matematika bagi para siswa. Melalui jalur etnomatematika setiap daerah Indonesia mulai dari Aceh sampai Papua sudah mulai cermat dan saksama diteliti para mahasiswa di bawah bimbingan para guru besar dengan menggunakan metodologi riset ilmiah dan akademis yang sepenuhnya dapat dipertanggung-jawabkan kredibilitasnya.

Tanpa sedikit pun niat memperkecil mutu kinerja akademis yang sudah nyata tercapai secara positif dan konstruktif, dapat disimpulkan bahwa budaya pendidikan nasional Indonesia masih didominasi demi menghindari istilah dijajah oleh budaya pendidikan akademis Barat sebagai warisan kolonialisme.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebenarnya dari budaya pendidikan warisan kolonialisme yang gigih dilawan Ki Hajar Dewantara dan kini dilanjutkan Prof Sri Edi Swasono, sementara ini matematika Indonesia masih merupakan obyek penelitian etnomatematika pada fakultas matematika di berbagai universitas Indonesia.

Ibarat musik gamelan sebagai obyek penelitian musikologi masih diterawang dengan kaidah musikologi diatonika Eropa tanpa menyentuh sukma pancanada slendro, pelog dan sunda.

Ibarat jamu masih disaintifikasikan dengan kaidah akademis tradisional Barat, yaitu farmasi tanpa menyentuh apalagi mengembangkan sukma sejati jamu yang oleh UNESCO sudah diakui sebagai warisan kebudayaan Indonesia.

Sukma jamu berdaulat mandiri berdasar fakta sejarah bahwa masyarakat Nusantara sudah memiliki kedaulatan kesehatan nasional jauh sebelum ilmu kedokteran dan farmasi dibawa masuk ke persada Nusantara oleh kaum kolonialis Portugis, Belanda, Inggris, Perancis.

Sama halnya dengan matematika sebenarnya sudah eksis pada masa wangsa Syailendra jauh sebelum matematika Eropa dibawa masuk ke persada Nusantara.

Maka besar harapan bangsa Indonesia bahwa masa depan peran matematika Indonesia bukan terbatas sebagai obyek, namun juga menjadi subyek penelitian tentang etnomatematika Nusantara tanpa cawe-cawe intervensi etnomatematika asing.

Sukma kedaulatan budaya mandiri seperti tersirat pada sukma kedaulatan mahakarya peradaban candi, subak, perahu pinisi, keris, batik, angklung, wayang, gamelan, jamu yang de facto dan de jure sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia dipersembahkan kepada dunia.

Dengan segala keterbatasan daya sebagai sekadar seorang pengagum serta pemelajar matematika, saya mengharapkan masa depan etnomatematika Indonesia terus berkembang sehingga mampu ikut membangun pilar-pilar kedaulatan matematika Indonesia demi mempersembahkan mahakarsa dan mahakarya matematika Indonesia sebagai bagian hakiki melekat pada Pembangunan Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur hidup bersama di negeri gemah ripah loh jinawi tata tenteram kerta rahardja.

Semoga di masa depan, etnomatematika bukan sekadar statis sebagai Etnomatematika di Indonesia, namun dinamis berkembang secara berkelanjutan demi berdaulat sebagai Etnomatematika Indonesia. MERDEKA!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi