Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PLN Luncurkan SPBU Hidrogen Pertama di Indonesia, Ini Keunggulannya Dibanding SPBU BBM

Baca di App
Lihat Foto
Instagram
Tangkapan layar unggahan PLN soal Stasiun Pengisian Hidrogen pertama di Indonesia.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - PT PLN melalui PLN Indonesia Power akan segara mengoperasikan Stasiun Pengisian Hidrogen atau Hydrogen Refueling Station (HRS) pertama di Indonesia yang berlokasi di Senayan, Jakarta.

Pembangunan HRS itu bertujuan untuk melanjutkan pemanfaatan hasil produksi hidrogen hijau dari 21 Green Hydrogen Plant yang telah dioperasikan perseroan sejak November 2023.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan, proses pembangunan HRS tersebut kini telah mencapai 98 persen dan ditargetkan selesai pada Februari 2024.

"Rencana besok (Rabu, 21 Februari 2024) pagi jam 07.00 WIB akan diresmikan," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (20/2/2024).

Berikut beberapa hal yang perlu Anda ketahui soal SPBU Hidrogen yang akan diluncurkan PLN pada Rabu (21/2/2024):

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Alasan Prabowo Evaluasi Subsidi BBM dan Elpiji 3 Kg untuk Makan Siang Gratis


1. Hidrogen hijau alternatif untuk BBM ramah lingkungan

Lebih lanjut ia mengatakan, PLN bersama pemerintah terus mengambil langkah-langkah strategis dalam transisi energi. Salah satunya melalui pemanfaatan hidrogen hijau.

Pemanfaat hidrogen hijau digunakan sebagai energi alternatif ramah lingkungan pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM), sekaligus bagian dari upaya mereduksi emisi karbon di sektor transportasi.

"Ini menjadi bukti, we walk the talk bahwa komitmen ini kami wujudkan dalam bentuk nyata. Tidak hanya infrastruktur pengisian daya kendaraan listrik, kami juga siap menghadirkan HRS pertama di Indonesia sebagai opsi energi yang ramah lingkungan bagi kendaraan," jelas Darmawan.

2. Melayani semua jenis kendaraan berbasis hidrogen

Ia melanjutkan, HRS siap melayani segala jenis kendaraan berbasis hidrogen dari kendaraan pribadi, kendaraan umum, hingga kendaraan berat karena HRS Senayan dilengkapi dengan HRS 150 bar, 300 bar, dan secara bertahap akan dinaikkan hingga 700 bar.

Selain itu, PLN juga sedang membuat inovasi kendaraan listrik berbasis hidrogen yang akan dipamerkan saat peresmian HRS Senayan dengan tekanan 150 bar.

"Pengembangan rantai pasok hidrogen hijau ini sekaligus memperkuat ketahanan energi nasional. Artinya, kita beralih dari BBM yang mayoritas berbasis pada impor ke green hydrogen yang diproduksi domestik di dalam negeri," ujar Darmawan.

Baca juga: Penjelasan Pertamina soal Harus Turun dari Motor Saat Isi BBM di SPBU

3. Diklaim lebih irit 

Berdasarkan perhitungan PLN, bahan bakar green hydrogren yang dihasilkan dari sisa operasional pembangkit sangat kompetitif jika dibandingkan dengan BBM.

Perbandingannya, per 1 kilometer (km) mobil BBM membutuhkan biaya Rp 1.400, sedangkan mobil listrik Rp 370 per km, dan mobil hidrogen hanya Rp 350 per km.

"Sehingga, transisi energi ini tidak hanya untuk mengurangi penggunaan energi beremisi tinggi di sektor transportasi, tetapi sekaligus beralih ke energi yang ramah lingkungan, bahkan nol emisi, dan tentu dengan harga yang jauh lebih murah," terang Darmawan.

Baca juga: Perbandingan Harga BBM Pertamina, Shell, dan BP AKR per 1 Februari 2024, Ada yang Naik

4. Tersedia tempat pengisian kendaraan listrik

Selain itu, HRS Senayan juga dibangun charger electric vehicle berbasis hidrogen yang memiliki fungsi sama dengan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).

Di sana juga dibangun Hydrogen Center dan Hydrogen Gallery Room sebagai pusat pelatihan dan pendidikan terkait hidrogen di Indonesia.

Darmawan menyampaikan, PLN saat ini bisa memproduksi 199 ton green hydrogen. Dari total produksi tersebut, PLN hanya menggunakan 75 ton untuk kebutuhan operasional pembangkit, sementara 124 ton sisanya bisa digunakan untuk kebutuhan lainnya.

"Jumlah tersebut dapat digunakan untuk melayani 424 unit cell electric vehicle, sehingga dapat menghemat impor BBM sebesar 1,55 juta liter/tahun dan menurunkan emisi karbon hingga 3,72 juta kg CO2/tahun," jelasnya.

Untuk menjalankan program ini, pihaknya telah berkolaborasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Indonesia Fuel Cell and Hydrogen Energy (IFHE).

"Dalam perjalanan panjang transisi energi ini, PLN tidak bisa berjalan sendirian, satu-satunya cara untuk tetap maju adalah dengan kolaborasi. Karena apa pun tantangannya, kita harus berjuang agar bumi jadi tempat yang lebih baik bagi generasi mendatang," tutup Darmawan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi