Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan BMKG soal Puting Beliung Terjang Rancaekek dan Jatinangor, Jawa Barat

Baca di App
Lihat Foto
X
tangkapan layar video terjangan puting beliung di Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada Rabu (21/2/2024) sore.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Hujan deras disertai angin puting beliung menerjang Kecamatan Rancaekek dan Cicalengka, Kabupaten Bandung, serta Kecamatan Jatinangor dan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (21/2/2024) sore.

Akibatnya, beberapa pohon tumbang dan sejumlah atap rumah milik warga mengalami kerusakan.

Tak hanya itu, dahsyatnya puting beliung yang terekam kamera warga juga memporak-porandakan pabrik tekstil PT Kahatex yang berada di perbatasan Jatinangor dan Cimanggung.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumedang Atang Sutarno menyampaikan, puting beliung mulai tampak di Dusun Cikeruh RT 02/09, Desa Cikeruh, Jatinangor.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Dari informasi yang kami himpun, angin puting beliung terjadi saat hujan dan mulai terlihat di wilayah Cikeruh," katanya kepada Kompas.com, Rabu.

Baca juga: Februari Akan Berakhir, Kapan Indonesia Masuk Musim Kemarau?

Penjelasan BMKG

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Staklim Jawa Barat Rakhmat Prasetia mengatakan, peristiwa tersebut terjadi pukul 15.30 WIB-16.00 WIB.

Pada saat kejadian, curah hujan di Bandung tercatat sebesar 12,0 mm/jam, namun di Sumedang tidak terjadi hujan.

Data yang diperoleh BMKG di Jatinangor menunjukkan, kecepatan angin di Sumedang mencapai 36,8 km/jam pukul 15.50 WIB.

Menurutnya, citra radar memperlihatkan, terpantau awan di wilayah Kota Bandung bagian timur pukul 15.20 WIB.

Awan kemudian menguat dan meluas ke wilayah perbatasan Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Sumedang pukul 15.30 WIB.

"Kemudian pada pukul 15.40 WIB, nilai reflektivitas awan di wilayah Jatinangor menurun yaitu 55-60 dBz. Pada pukul 15.50 WIB awan kembali meluas ke bagian Tenggara dan barat laut dengan penurunan reflektivitas radar," kata Rakhmat kepada Kompas.com, Kamis (22/2/2024).

"Kondisi ini mengindikasikan adanya potensi hujan sangat lebat dengan disertai kilat atau petir dan angin kencang," tambahnya.

Baca juga: Warganet Sebut Hujan Sering Terjadi pada Malam Hari, BMKG Beri Penjelasan

Faktor yang memengaruhi pertumbuhan awan

Lebih lanjut, Rakhmat menjelaskan bahwa terdapat beberapa fenomena yang mendukung potensi pertumbuhan awan konvektif dan terjadinya hujan disertai angin kencang di sebagian wilayah Jawa Barat.

Hal tersebut diketahui BMKG Jawa Barat berdasarkan analisis dinamika atmosfer terkini pada Rabu.

Faktor yang dimaksud salah satunya adalah suhu muka laut di sekitar wilayah Indonesia dan di perairan selatan dan utara Jawa Barat yang masih relatif hangat.

"Kondisi tersebut mendukung penguapan di wilayah Jawa Barat," ujarnya.

Selain itu, BMKG Jawa Barat juga mendeteksi kelembapan udara pada lapisan 850-500 mb relatif lembap, yakni 60-95 persen dan sirkulasi siklonik di Samudera Hindia barat Pulau Sumatera.

Baca juga: BMKG: Daftar Wilayah yang Potensi Hujan Lebat 22-23 Februari 2024

 

Kata Rakhmat, sirkulasi siklonik tersebut mengakibatkan terbentuknya pertemuan angin (konfluensi) di sepanjang Pulau Sumatera bagian selatan, Selat Sunda hingga Laut Jawa, serta belokan angin (shearline) di sekitar wilayah Jawa Barat.

"Kondisi ini mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan di sekitar wilayah konfluensi dan belokan angin tersebut," katanya.

"Labilitas atmosfer pada skala lokal berada pada kategori labil sedang hingga kuat," sambung Rakhmat.

Sementara itu, Rakhmat menyampaikan, interpretasi citra radar menunjukkan, terpantau awan konvektif jenis Cumulonimbus di Jatinangor, Sumedang.

Awan Cumulonimbus memiliki reflektivitas maksimum 60-65 dBz pukul 15.30 WIB.

Kondisi yang demikian mengindikasikan potensi hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang.

Baca juga: Kapan Puncak Musim Hujan 2024? Ini Prakiraan BMKG

Imbauan BMKG

Terkait peristiwa puting beliung yang menerjang Bandung dan Sumedang, Rakhmat meminta masyarakat dan instansi terkait agar waspada terhadap terjadinya potensi bencana hidrometeorologis.

Bencana yang dimaksud berupa hujan lebat hingga sangat lebat dalam skala lokal, angin puting beliung, dan hujan es yang dapat mengakibatkan dampak seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, serta dampak kerusakan lainnya.

Ia mengingatkan supaya masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem berupa hujan sedang hingga lebat yang disertai angin kencang dan kilat atau petir pada sore hari.

"Terutama pada hari di mana terjadi pemanasan kuat antara pukul 10.00 hingga 14.00 WIB, biasanya ditandai dengan jenis awan yang berwarna gelap dan menjulang tinggi seperti kembang kol dan terkadang memiliki landasan pada puncaknya (awan jenis Cumulonimbus)," saran Rakhmat.

Baca juga: Puting Beliung, Rumah dan Pabrik di Sumedang dan Rancaekek Rusak

Ia menambahkan, dalam tiga hari ke depan diperkirakan terjadi hujan sedang hingga lebat disertai petir atau kilat dan angin kencang pada skala lokal dan durasi singkat antara siang hingga malam hari di wilayah Bandung dan Sumedang.

"Khusus untuk daerah bertopografi curam/bergunung atau rawan longsor agar tetap waspada khususnya pada kejadian hujan dengan intensitas ringan hingga sedang yang terjadi selama beberapa hari berturut-turut," imbuh Rakhmat.

"Pada daerah dataran rendah dan dekat aliran sungai, untuk mewaspadai potensi genangan atau banjir. Selain itu, waspada dengan adanya pohon, reklame, atau benda lain yang bisa roboh saat terjadi angin kencang," pungkasnya.

Baca juga: Ramai Diperbincangkan, Benarkah Indonesia Akan Alami Suhu Panas pada 27 Februari-4 Maret?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi