Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Zaman Es Kecil, Saat Kanal Membeku dan Pemakaman Ditunda dalam Waktu Lama

Baca di App
Lihat Foto
Unsplash/Annie Spratt
Zaman es kecil merupakan suatu periode selama beberapa abad pada milenium terakhir ketika sebagian belahan Bumi di utara bergulat dengan cuaca dingin.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Bumi pernah melewati zaman es selama ribuan tahun lamanya. Selain itu, Bumi juga pernah mengalami masa pendinginan meski dalam waktu yang relatif singkat, yang disebut zaman es kecil.

Zaman es kecil merupakan suatu periode selama beberapa abad pada milenium terakhir ketika sebagian belahan Bumi di utara bergulat dengan cuaca dingin yang terus-menerus.

Istilah zaman es kecil dicetuskan oleh seorang profesor sejarah lingkungan di Universitas Georgetown dan penulis The Frigid Golden Age, Dagomar Degroot.

Dikutip dari National Geographic, Selasa (20/2/2024), NASA memperkirakan zaman es kecil dimulai sekitar tahun 1550 yang diselingi dengan beberapa periode suhu hangat.

Adapun puncak musim dingin pada zaman es kecil terjadi sekitar 1650, 1770, dan 1850.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Ilmuwan Temukan Kawah Raksasa dari Gunung Berapi Lumpur Bawah Laut, Diduga Berasal dari Ledakan Zaman Es


Penyebab zaman es kecil

Hingga saat ini, para ilmuwan masih mencari tahu apa yang menyebabkan Bumi mengalami zaman es kecil.

Ada beberapa peneliti yang berpendapat mengenai penyebab Bumi mengalami zaman es kecil, seperti penurunan aktivitas Matahari, peningkatan letusan gunung berapi, hingga genosida penduduk pribumi di Amerika Utara.

Penduduk Amerika Utara yang dimusnahkan memungkinkan hutan menggantikan lahan pertanian, yang dalam prosesnya menghilangkan sekitar tujuh miliar ton karbon dari atmosfer.

Sebuah studi pada tahun 2022 berpendapat bahwa pemicu awal Bumi mengalami zaman ini adalah karena gelombang air yang sangat hangat.

Gelombang air ini mengalir ke utara dari daerah tropis pada akhir tahun 1300-an dan mendorong bongkahan es dari Arktik ke Atlantik Utara.

Baca juga: Kawanan Orca Terjebak di Lautan Es Jepang, Pejabat Hanya Bisa Menunggu hingga Lapisan Mencair

Bukti terjadinya zaman es kecil

Berbagai bukti terjadinya zaman es kecil ada di lukisan. Salah satunya, memaparkan bahwa pada sore hari tanggal 2 Januari 1565, sebuah gunung es melayang di sebuah desa nelayan, Pelabuhan Delfshaven, Rotterdam, Belanda.

Sebuah lukisan cat minyak abad ke-16 yang dilukis oleh Cornelis Jacobsz van Culemborch menggambarkan peristiwa tersebut.

Dalam lukisan itu, balok es yang datang digambarkan mempunyai tinggi hampir 20 kaki (6 meter) dan lebar 230 kaki (70 meter), dilansir dari Smithsonian Magazine, Selasa (30/1/2024).

Secara kebetulan, Belanda sudah mencapai masa pertengahan ketika mengalami zaman es kecil pada 1565.

Selain itu, ada pula lukisan tahun 1684 karya seniman tak dikenal berjudul Frost Fair on the Thames, With Old London Bridge in the Distance yang juga menggambarkan zaman es kecil.

Seniman Italia Gabriel Bella juga menggambarkan zaman es kecil dengan memaparkan bahwa kanal-kanal Venesia membeku pada 1708.

Lukisan dan ukiran lain dari Mediterania menunjukkan bahwa lagunanya membeku setidaknya dua kali lagi di abad ke-18 atau sekitar tahun 1789 dan 1791.

Baca juga: Video Viral Cara Mengecek Uang Palsu dengan Digosok Es Batu, Ini Kata BI

Dampak zaman es kecil

Zaman es kecil mempunyai dampak yang sangat parah terhadap kaum petani dan masyarakat miskin perkotaan, dikutip dari National Geographic, Selasa (20/2/2024),

Dalam bukunya The Little Ice Age, penulis Brian Fagan menggambarkan bahwa penduduk desa di Pegunungan Alpen hidup dengan roti yang terbuat dari kulit kacang tanah yang dicampur dengan barley dan tepung oat.

Selain itu, sebuah catatan tahun 1648 memaparkan bahwa banyak tangisan dan air mata dari orang-orang miskin yang kelaparan.

Peneliti dari Goldsmiths, University of London, Ariel Hessayon mengatakan, beberapa negara Eropa mengalami kelaparan besar pada akhir tahun 1600-an.

Menurutnya, musim dingin tahun 1684 begitu parah sehingga Raja Charles II mengizinkan pengumpulan amal.

Hal ini memungkinkan Inggris bertahan di musim dingin lebih baik dibandingkan beberapa negara tetangganya.

Meskipun demikian, Hessayon juga menuliskan bahwa banyak manusia, binatang, burung, dan ikan mati di seluruh negeri.

Pemakaman manusia ditunda karena tanah terlalu sulit untuk digali, pohon-pohon terbelah, dan tanaman mati.

Baca juga: BMKG Ungkap Penyebab Fenomena Hujan Es di Klaten

Cara manusia bertahan di zaman es kecil

Sungai Thames di Inggris pernah membeku pada zaman es kecil. Saking seringnya membeku, masyarakat bisa mengadakan “pameran es” lebih sering.

Warga memanfaatkan cuaca beku untuk mengembangkan sumber pendapatan alternatif dari acara pameran es.

Sementara itu, masyarakat Mojave, California, Amerika Serikat menghadapi zaman es kecil dengan mengembangkan budaya perdagangan yang terdesentralisasi.

Mereka juga menciptakan keranjang, tembikar, dan wadah lain yang tahan banting untuk mengangkut barang dalam jarak jauh di tengah cuaca ekstrem.

Di New England, Bangsa Wabanaki melewati musim dingin dengan menggunakan sepatu salju untuk melancarkan serangan terhadap penjajah Inggris.

Hal ini dilakukan sampai awal abad ke-18, dan penyelundup mengadopsi teknologi ini dan mengirimkan ratusan manusia sepatu salju untuk berpatroli di tempat berburu Wabanaki.

Baca juga: Viral, Video Hujan Es di Kompleks Candi Arjuna, Ini Penjelasan BMKG

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi