Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah WNI yang Anaknya Dapat Makan Siang Gratis di Jepang: Dipantau Ahli Gizi dan Bisa Pilih Makanan Halal

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/Epi Taufik
Potret Epi dan Aisyah saat berada di Jepang
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Seorang warga negara Indonesia (WNI) yang pernah tinggal di Jepang, Epi Taufik, mengisahkan pengalamannya saat anaknya mendapatkan makan siang gratis ketika bersekolah di Negeri Sakura.

Pada 2009 sampai 2012, sosok yang kini menjabat Kepala Divisi Produksi Ternak Perah Fakultas Peternakan IPB University ini melanjutkan studi doktoral di Obihiro University of Agriculture and Veterinary Medicine, Hokkaido, Jepang.

Epi kala itu turut memboyong istri dan kedua anaknya, termasuk sang putri bernama Aisyah Nur Taufik. 

Di Jepang, Aisyah sempat mencicipi bangku Taman Kanak-kanak (TK) selama 6 bulan di Obihiro, Hokkaido.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selanjutnya, Aisyah melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Oozora, Obihiro, Hokkaido Jepang dari kelas 1-3.

Epi menuturkan, selama bersekolah di Jepang, sang putri mendapatkan makan siang gratis yang menunya telah diatur oleh ahli gizi sekolah.

Menariknya lagi, Aisyah juga mendapatkan makanan halal karena sekolah setempat menghargai keyakinan keluarga Epi sebagai muslim.

Baca juga: Menilik Program Makan Siang Sekolah di Jepang yang Dirintis sejak 1889


Baca juga: Prabowo Akan Evaluasi Subsidi Energi untuk Program Makan Siang Gratis, Berapa Anggaran Subsidi Tahun 2024?

Makan siang gratis ditanggung negara

Epi menggambarkan bahwa di Jepang terdapat sejumlah sekolah yang menerapkan program makan siang gratis bagi anak kelas 1-6 SD.

Selain mendapatkan makan siang, para siswa di Jepang juga akan minum susu setelah makan siang selesai.

Ia mengatakan bahwa makan siang gratis sudah dimulai sejak akhir Perang Dunia II dan ada peraturan khusus yang mengatur program tersebut.

Terkait pelaksanaan makan siang gratis, Epi mengungkapkan bahwa sistemnya dapat berbeda di tiap prefektur.

Di Hokkaido dan tempat sekolah Aisyah, Epi menyebutkan makan siang gratis disiapkan di  dapur sekolah.

“Di prefektur lain, saya pernah melihat ada yang memasaknya di dapur umum kota. Setelah dimasak, kemudian didistribusikan ke berbagai sekolah. Namun di Hokkaido dan sekolah Aisyah, makan siang langsung dimasak di sekolah,” tutur Epi saat dihubungi Kompas.com, Jumat (23/2/2024).

Perbedaan sistem di tiap prefektur menjadi salah satu kewenangan pemerintah daerah dalam pelaksanaan makan siang gratis.

Baca juga: Program Makan Siang Gratis Prabowo, Siapa Saja yang Dapat dan dari Mana Uangnya?

Ada ahli gizi yang mengawasi makan siang gratis

Epi menuturkan, di Jepang ada ahli gizi yang mengawasi makan siang gratis ini setiap waktunya.

Ahli gizi yang bertugas akan menghitung kecukupan gizi bagi anak sekolah dasar di tiap jenjangnya.

“Jadi untuk makannya tidak sembarangan. Akan disesuaikan ketika anak sudah naik tingkat, disesuaikan juga kebutuhan gizi tiap umurnya,” katanya.

Ahli gizi juga akan memberikan daftar menu bulan depan yang sudah dicantumkan nilai gizi dan jumlah kalori dalam satu porsi makanan.

Tak hanya memperhatikan kalori tiap porsinya, pihak sekolah juga akan sangat memperhatikan kebersihan dari makanan yang disajikan.

Anak-anak akan diberi apron dan tutup kepala, diberikan tugas tim maupun individu untuk melatih kedisiplinan, kebersihan, dan team work bagi siswa.

Baca juga: Melihat Sumber Anggaran Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran...

Disediakan makanan halal

Epi juga menuturkan bahwa sejak kecil, Aisyah memang sudah memakai hijab sebagai pakaian sehari-hari.

Karena memakai hijab, pihak sekolah pun mengusahakan menu yang halal untuk makan siang Aisyah.

“Mereka (pihak sekolah) sangat memperhatikan sampai ke detail itu. Mereka mengatakan jangan sampai anak saya sudah terlihat berbeda dari penampilan dan agama, makanannya juga harus mengikuti mereka, yang mana aturan dalam agama bisa berbeda,” ungkapnya.

Epi pernah dipanggil oleh pihak sekolah terkait dengan persiapan makanan halal yang akan dikonsumsi Aisyah.

Saat itu, ia sempat merasa keberatan dan mengatakan untuk makan siang bisa disiapkan sendiri oleh istrinya.

Namun, pihak sekolah menolaknya karena khawatir akan ada persepsi bahwa Aisyah diistimewakan karena membawa makan siang sendiri.

Selanjutnya, pihak sekolah meminta Epi untuk memberikan ketentuan makanan halal yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi umat muslim.

“Jadi setiap akhir bulan saya diberikan daftar menu makan untuk bulan depan. Di situ saya mencermati makanan mana yang biasanya mengandung bahan non-halal. Ketika sudah ditandai, mereka akan menggantinya," ujarnya.

Ia memberi contoh ketika ada menu ramen yang umumnya menggunakan kaldu babi, akan diganti dengan kaldu dari bahan lain yang halal.

Selain itu, ahli gizi juga akan menyesuaikan makanan dengan kondisi kesehatan yang dialami tiap anaknya.

Epi mencontohkan, untuk anak yang alergi makanan, tim ahli gizi juga tidak akan memberikan bahan makanan pemicu alergi kepada anak yang mengalami kondisi tersebut.

Program makan siang gratis telah diterapkan di beberapa negara, seperti Jepang, India, Brasil, Finlandia, sampai Swedia.

Baca juga: 3 Hal yang Perlu Diketahui soal Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi